Got You

197 15 2
                                    


"Ehm, kau tinggal di apartemen sendirian?."

Temari tidak langsung menjawab. Ia menatap lamat-lamat wajah Shikamaru. Shikamaru merasa sangat terganggu.

"Um, aku biasanya berdua dengan kekasihku. Tapi, baru-baru ini kami berpisah, hehe." Lagi, wanita itu terkekeh.

"Oh, aku pikir sebaiknya, setelah ini aku pulang, hm?."
Shikamaru jadi merasa was-was. Bagaimana jika sang mantan kekasih salah paham terhadapnya?.

"Oh, secepat itu?." Tiba-tiba wajah Temari terlihat sedih.

"Ya, aku juga masih punya pekerjaan."
"Um, oh tunggu dulu. Kau haus? Aku akan buatkan jus buah. Kau pesan sesuatu?."
"Oh, kau sangat baik. Tapi aku tidak mau merepotkanmu." Shikamaru makin merasa tidak nyaman. Wanita ini terlihat sakit, ehm mentalnya ehm dari tatapan dan gerak-geriknya. Shikamaru tidak pernah menemukan wanita yang nyaman dengan orang yang baru dikenalnya.

"Baiklah, kau tunggu sebentar ya, jus mu akan datang.." "baiklah.."

****

"Emh...emh..."

Shikamaru terbangun dengan tubuh terikat di kursi kayu dan mulut yang dilakban. Benar-benar kesialan yang tidak dapat diprediksi. Apa pelakunya Temari? Tapi dengan tubuh mungil dan ramping itu, apa ia sanggup membopong tubuh Shikamaru yang sedikit besar?. "Uh sudah jam berapa ini?." Pikirnya.

Shikamaru meneliti ruangan ini. Kamar seorang gadis. Bercat ungu pucat, dengan ranjang ukuran single bed, ada meja belajar dan komputer dan ada foto Temari dan Toneri dalam satu frame. Wajah mereka tampak bahagia. Degg, apakah kekasih Temari sebelumnya Toneri Ootsutsuki. Kemungkinan besar, Temari bukan anggota Ootsutsuki kan? T-tapi apa yang dilakukan Temari padanya?.

Pintu kamar terbuka, Temari menampakkan ekspresi yang bahagia sekali. Shikamaru yang melihatnya pun sedikit syok. Wanita ini benar-benar sakit mental.

"Shikamaru, kau sudah sadar sekarang?."
"..."

"Oh kau tau, aku sedikit tersadar sekarang. Kenapa kau selalu memanggilku saat kau melihat ku dijalan. Kau mengira aku seorang Ootsutsuki kan? Sayangnya Ootsutsuki terakhir itu, sudah ku bunuh kemarin."

Degg.

"Um, dan juga kau disini sudah seminggu." Setelah mengatakan itu, Temari berbalik badan dan pergi keluar dari kamar kemudian menutup pintunya. Meninggalkan Shikamaru sendirian.

Shikamaru tak habis pikir. Ia berurusan dengan orang yang salah. Wanita itu sangat merepotkan. Ia menyesal. Btw, ia saat ini sangat lapar. Apa Temari tidak ada niatan untuk memberinya makan?.

Keesokan harinya, pintu terbuka lagi. Tapi kali ini Temari membawa segelas air.

"Kau haus, Shikamaru?."
"Emh.."
"Oh, kau benar-benar sudah haus ya..."

Sreekk.

Temari membuka lakban yang menempel di mulut Shikamaru.

"Bicaralah, sampaikan uneg-unegmu kepadaku." Wanita itu terkekeh.

"Aku haus dan lapar .... tapi, yang kau bawa itu, cairan softener pakaian kan?."

Wanita itu hanya terkekeh, ia mengelus-elus wajah Shikamaru dengan tangan kirinya. Kemudian, dengan paksa ia membuka mulut Shikamaru dan memasukkan cairan itu ke mulut Shikamaru.

"Telan, sayang!."

Mau tidak mau, Shikamaru menelannya. Pahit dan pusing yang Shikamaru rasakan. Temari mengelus-elus jakun Shikamaru yang bergerak turun naik karena sedang menelan.

"Nah, anak yang pintar." Lagi, wanita itu senang sekali terkekeh.

****

"Haah!."

Shikamaru bangun dengan napas yang tersengal-sengal. "Aku masih hidup setelah meminum satu gelas softener pakaian? Benar-benar ajaib." Pikirnya.

Ia baru tersadar dengan kondisinya saat ini. Terbaring di ranjang tanpa atasan. Dan lakban di mulutnya juga sudah terlepas. Apa maksud Temari sebenarnya?.

Krieet.

Pintu kamar terbuka, tapi kali ini terdengar lebih dramatis di telinga Shikamaru.

Temari melangkahkan kakinya menuju Shikamaru dengan segelas air di tangannya, lagi. Dejavu. Tapi kali ini, Temari terlihat lebih seksi, maksudnya Temari hanya menggunakan jubah tidur berwarna merah. Benar-benar menantang-maut.

"Apa lagi ini Temari?."
"Ah, aku hanya membawakan minum untukmu. Um, dan sedikit curhat, tidak masalah bukan?." Ia duduk ditepi ranjang. Kemudian menaruh gelas di atas meja nakas.

"Um, kau tau, kemarin seprainya bukan warna ungu pucat, tetapi putih. Ada darah yang membuatnya kotor jadi aku menggantinya."

"Kau membunuh Toneri disini?!."

Shikamaru bergidik ngeri dibuatnya. Benar-benar psikopat.

"Kau akan menjadi buronan polisi.""Aku tidak peduli, Shikamaru!!."

Menghela napas, lalu teringat dengan gawainya, ia tidak bisa merogoh celana kainnya dengan tangan terborgol di balik punggungnya. Ia bahkan tidak bisa berbaring terlentang untuk membetulkan bahu kanannya yang sudah mati rasa.

Temari mengelus-elus-lagi- dada bidang Shikamaru. Shikamaru benar-benar ingin memecahkan kepalanya sekarang. Bisa-bisanya ia terangsang disaat seperti ini.

"Kau sedang mencari apa, Shikamaru?.""Handphone, oh~."

Temari menggapai gelas tadi, dan membantu Shikamaru untuk meminumnya.

"Aku lapar Temari...."
"Shuut... Kita bersenang-senang dulu ya, Shikamaru~."

"Ohh~."

****

Shikamaru berjalan perlahan-lahan. Matanya tetap mengawasi Temari yang saat ini tertidur pulas tanpa busana diatas ranjang. Ia merasa bejat sekarang, meninggalkan seorang wanita setelah mereka menghabiskan malam yang panjang. Untungnya ia menemukan bajunya. Keluar dari apartemen penyiksaan ini secepatnya, hanya itu yang ada dalam otaknya.

4.00, seumur hidup Shikamaru tidak pernah berada diluar selimutnya di jam segini. Kecuali saat ini, Temari benar-benar mengubah hidupnya.

Tok tok tok.

"Ibu, ibu, ini aku Shikamaru."

Krieet.

"Shikamaru!."

"Ibu, ah aku sangat lapar. Apa ada makanan didalam kulkas?." PLAAKK.

Tamparan yang sangat keras. Tapi ini yang Shikamaru rindukan. Ia merasa sudah aman sekarang.

"Masuklah!."
"Baik."

Shikamaru makan dengan lahap. Seperti manusia goa yang sudah lama tidak makan.

"Aku tidak akan bertanya kemana saja kau seminggu ini? Tapi setidaknya, gunakan ponselmu, dan beri tahu aku!."

"Um, iya baik." Shikamaru kembali memakan makanannya. Apa ia perlu melaporkan ini kepada polisi? Pikirnya. Tapi ia sangat memikirkan ibunya. Bagaimana kalau ibunya tau anaknya adalah pria yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan?. Ia akan tutup mulut saja.

6 Tahun kemudian

NaraNews adalah salah satu gedung perusahaan percetakan yang tingginya hampir menyamai gedung pencakar langit. Seorang anak kecil meminta diturunkan di depan gedung ini.

"Ini."
"Hei, besok-besok kalau ingin menaiki taksi, pergilah bersama ibumu ya!." Ucap sang sopir.

"Yang terpenting adalah aku memiliki uang." Balas sang anak.

"Cih, terserah kau saja." Kemudian taksi tersebut kembali bergerak.

Anak laki-laki dengan mata berpupil hijau menatap tajam kearah pintu masuk gedung itu.

"Aku akan bertemu ayahkan?."

The End

My Love Is Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang