Married an Enemy

51 6 0
                                    

HAPPY READING-!!!

"VANYAA... BANGUN HEII, INI UDAH JAM BERAPA NANTI KAMU TELAT SEKOLAH" ucap Reinata teriak.

Vanya kenal dengan teriakan pagi-pagi yang membuatnya alarm kedua ketika alarm pertama ga berhasil membuat Vanya bangun dari tidur nya yang kebo.

Sesekali Vanya melihat jam yang letak nya di atas nakas dan membuat Vanya terkejut tapi bukan surprise.

"HAH APA!! JAM TUJUH, MAMPUSS AJA INI GUE TELAT MANA HARI INI UPACARA LAGI" ucapku segera mandi bebek yang penting nanti pake minyak wangi sebotol.

Sekian menunggu Vanya selesai semua nya, Vanya turun ke bawah untuk menghampiri Reinata. Dan yaa ada Reinata yang sedang mencuci piring.

Vanya melihat di ruang meja makan cuma ada Reinata aja. "Mah, papah kemana?" tanyaku yang sambil minum segelas susu.

"Papah ya kerja lah" di jawabnya dengan santay.

"Lah ko papah ga tungguin Vanya, nanti Vanya naik apa?" ucapku panik ketika mendengar jawaban itu.

"Ya kamu nya kebo banget, padahal mamah udah teriak berkali-kali eh kamu ga bangun-bangun yasudah lah akhirnya kamu di tinggal"

"Terus nanti aku naik apa? Pak Maman Sukirman udah dateng belom mah?

Hemm oke, tanpa nunggu Reinata menjawab Vanya pun keluar oh iya sebelum nya Vanya sudah berpamitan untuk menghampiri supir nya yang bernama Maman Suhendra. Bukan Maman Sukirman, itu hanya panggilan untuk Vanya sesuka hati nya aja.

Vanya, vanya nama orang ko di ganti-ganti.

"Pak Maman oh Pak Maman..." ucapku clingak-clinguk mencari keberadaan supirnya itu.

"Iya Non Vanya ada apa" ucap Pak Maman yang tiba-tiba dateng seperti jailangkung.

"Astaghfirullah, yaallah Pak Maman jantung Vanya joget-joget ini" ucapku memegang dada.

"M-maaf Non, hayukk Non kita berangkat tadi Ibu sudah menyuruh saya buat anter non ke sekolah"

"Ya ampun iya sekolah, hayukk atuh Pak gercep nanti saya keburu jadi OB dadakan"
.
.
.
.
(Sekolah)

Menunggu lama sudah Vanya berdiri sendirian di depan gerbang. Ia berharap Pak Satpam itu segera bukain gerbangnya. Namun yang terdengar adalah suara motor.

Tin, tin , tin
(anggep aja ya suara klakson motor)

"WOI MINGGIRR!!" teriak seseorang yang menaiki motor besar berwarna hitam sambil terus-terusan membunyikan klakson motor nya itu.

"Ah berisik lo, percuma ga ada yg mau bukain" tanpa melihat orang yang sudah membuat nya pagi-pagi bikin kuping budek.

"YAUDAH LO MINGGIR DULU APA! SUSAH BANGET TINGGAL MINGGIR DOANG!" oceh orang itu yang sedang menaiki motor gede.

Habis lah kesabaran Vanya karena kuping nya budek denger klaksonan yang sengaja agar Pak Satpam bukain gerbangnya.

"Berisik lo manusia! Ga usah teriak-teriak bisa ga si lo!" ucapku sambil menendang ban motor Gino.

Orang yang di motor itu turun adalah Gino. Iya Gino, musuh Vanya yang ia benci sewaktu masuk di SMA.

Pak Satpam itu dateng dan bukain gerbangnya. "Eh Neng Anya sama Abang Ino, ngapain kalian berduaan disini"

"MINTA SEDEKAH" teriaknya kompak.

Vanya lari cepat-cepat ia ke lapangan ga apa-apa kalo harus baris di basis belakang yang penting ikut upacara. Tapi langkah nya berhenti karna ada yang menahan tangannya.

𝙼𝚊𝚛𝚛𝚒𝚎𝚍 𝙰𝚗 𝙴𝚗𝚎𝚖𝚢 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang