Belanja

10 0 0
                                    

Jadi aku mau tanya, kalian SMA, atau SMK?

Besi beroda yang sedari tadi didorong oleh Venus, kini berhenti di depan tatanan makanan. Mars sendiri yang mengajaknya belanja sore ini. Padahal di dapur semua makanan tersedia sangat lengkap. Entah otak Mars terbuat dari apa. Sehingga rela menghabiskan uang untuk berbelanja makanan yang bahkan sudah tersedia di apartemen. Percuma, Venus hanya bisa mengiyakan. Karena Venus akan selalu kalah jika berdebat dengan Mars. Venus sendiri bingung, biasanya wanita selalu menang dalam berdebat. Tetapi ini beda, malah Mars yang selalu menang dalam hal apapun. Huh, rasanya Venus ingin mengakhiri saja semua ini. Tapi tidak bisa. Entah otak Mars yang terlalu pintar, atau otak Venus yang terlalu lemot.

"Ini kita ngapain, sih, belanja lagi? Kan di rumah udah banyak makanan," protes Venus.

"Uang gue banyak, lo mau beli rumah juga bisa," sahut Mars dengan sombongnya.

"Ya-ya-ya! Suka-suka lo!"

Daripada Venus dibuat darah tinggi akibat ucapan Mars yang selalu mengajaknya ingin gelud begini. Venus lebih memilih untuk mengambil hand body yang terletak di rak paling atas. Saking tingginya, Venus harus berjinjit. Dan meskipun sudah berjinjit, ia masih belum bisa menggapai hand body tersebut.

"Ck, ngambil itu aja nggak bisa! Pendek bener jadi orang!"

Mars menyodorkan hand body tersebut kepada Venus. Yang langsung diterima oleh Venus dengan sentakan.

"Masih untung diambilin!" cibir Mars.

"Ya, tapi nggak usah diperjelas juga, kali!"

Mars menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa, sih, yang lo bisa?"

"Ninggalin lo!"

Mars langsung menyusul Venus yang berjalan mendahuluinya menuju kasir. Eh, tidak deh, Venus masih berhenti untuk mengambil beberapa es krim. Barulah menuju kasir.

Setelah membayar semua belanjaannya, Venus membawa kresek yang berisi es krim tersebut menuju mobil Mars yang masih terparkir rapi. Sedangkan Mars harus repot-repot memegang dua kresek besar di kedua tangannya. Yang berisi, entah apa ia sendiri sudah lupa.

"Enak bener lo cuma makan es krim begitu!" protes Mars ketika melihat Venus dengan nikmatnya memasukkan es krimnya kedalam mulutnya.

"Udah nggak usah banyak bacot lo! Bawa tuh belanjaan, kan lo yang ngajak gue kesini!"

"Ya tapi ngga gini juga lah. Nggak ada simpatinya banget lo sama tunangan!"

"Cuma tunangan, bukan suami. Lagian lo sebagai seorang laki-laki, harus bertanggung jawab dalam membawakan belanjaan seorang wanita. Nantinya juga suami yang bawain belanjaan istri!"

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Venus kembali berjalan menuju pintu mobil. Venus yang merasakan bahwa Mars tidak berjalan di belakangnya, lantas menoleh. Ketika dia melihat Mars tampak diam tak bergerak, Venus hanya berderham saja.

"Suami orang lain maksud gue!" ujarnya lalu cepat-cepat membuka pintu mobil milik Mars dan langsung duduk dengan anteng.

Sedangkan Mars langsung menuju bagasi untuk menaruh belanjaannya. Lalu berjalan memutari mobil hingga masuk ke kursi kemudi.

🌠

"Paham?" Sekali lagi, Venus menggeleng.

"Ck, lo apa, sih, yang paham? Kenapa semuanya yang gue jelasin ke lo malah nggak membuat lo paham?"

Mars menaruh pulpennya dengan asal ke atas meja. Sedangkan Venus hanya menunduk malu. Bisa-bisanya otak bodohnya ini tidak mau diajak berkompromi barang sebentar saja. Bahkan semua materi yang diajarkan oleh Mars tidak ada satupun yang masuk kedalam otak Venus.

"Kapan lo bisa pinter kayak gue sama Vivi, Ve? Dari dulu nilai pas-pasan, bakat ngga ada, terus apa yang lo bisa? Makan es krim satu bungkus dalam waktu lima belas detik?"

Venus terdiam. Benar-benar merasa tersinggung dengan perkataan Mars. Sakit? Sangat. Mars, laki-laki yang dia cintai malah membandingkannya dengan pacarnya sendiri. Memang, Venus mengakui bahwa Vivi itu pintar. Sebelas dua belas lah dengan Mars. Tapi tidak diperjelas jugalah!

"Sorry, lo nggak usah ngajarin gue lagi deh. Gue coba belajar sendiri, biar cepet bisa," ujar Venus dengan tergesa-gesa merapikan buku-buku dan pulpennya. Lalu berjalan dengan cepat menuju lift. Karena saat ini mereka sedang berada di lantai 3.

Melihat raut wajah Venus yang seketika berubah sendu. Membuat Mars sedikit merasa bersalah. Ingat, yah, hanya sedikit. Tolong garis bawahi kata sedikit.

Apa kata-katanya terlalu pedas, yah? Atau mungkin Venus kecapean? Ah, dari pada Mars harus dibuat pusing sendiri, lebih baik dia menghubungi Vivi saja. Menanyakan kabar gadisnya itu. Apakah sudah tidur atau belum. Mars mengeluarkan handphonenya. Lalu memencet nomer Vivi.

Di kamarnya, Venus terdiam. Dia juga ingin pintar, mempunyai bakat, tidak hanya bergantung pada orang lain, bahkan juga ingin mendapatkan pekerjaan supaya tidak hanya numpang saja kepada Mars. Memang, orangtuanya selalu mengiriminya uang, namun Venus juga tidak mau merepotkan mereka terus-menerus. Dia sadar, bahwa Venus hanya bisa merepotkan saja. Bahkan dia juga rela membeli album-album boyband favoritnya dengan uang yang diberikan oleh Papanya. Jujur, Venus iri pada kedua temannya. Aby dan Bima. Aby dan Bima yang bisa menjadikan hobinya sebagai penghasil uang. Bagaimana tidak, jika setiap ada event, mereka berdua selalu menang. Hadiahnya memang tidak cukup besar, namun bisa membantu keperluannya sendiri. Tidak terus-terusan merepotkan orang tua mereka. Apalagi orang tua Bima yang hanya tinggal mamanya saja. Sedangkan papanya sudah meninggal sejak Bima SD. Dan orang tua Aby yang pekerjaannya hanya sebagai pegawai swasta yang gajinya tidak seberapa. Itupun tidak keduanya yang bekerja. Hanya papa Aby, mama Aby? Mama Aby hanya menjaga toko yang diwariskan oleh neneknya kepadanya. Toko yang menjual bahan-bahan pokok makanan. Dari situ Aby berfikir bahwa hobinya harus bisa menghasilkan uang. Makanya Aby dengan mati-matian belajar supaya bisa menang setiap ada event.

Venus, jika ditanya hobinya apa? Pasti Venus akan menjawab nonton drakor dan konser boyband Korea. Lalu, apakah menghasilkan uang? Dengan mantap Venus akan menjawab tidak. Karena kenyataannya memang tidak, kan? Lalu, bagaimana caranya Venus agar mendapatkan uang?

Cukup lama ia berpikir, hingga akhirnya sebuah ide pun muncul di benaknya. Dance. Ya, dance. Jika dilihat-lihat, tubuh Venus bagus. Tingginya juga lumayan tinggi. Itu berarti Venus bisa mengcover dance-dance boyband ataupun girlband Korea. Memasukkannya ke YouTube, dan bisa menghasilkan uang. Bahkan jika mau, Venus bisa mengikuti lomba-lomba dance cover yang biasanya diadakan oleh beberapa komunitas dancer Indonesia.

Venus tersenyum mantap. Dia mengambil laptopnya, mulai sekarang, dia akan mencoba untuk membuat channel YouTube. Lalu mengcover dance-dance boyband dan girlband favoritnya. Dengan dibantu oleh Bima dan Aby tentunya. Dia menamai akun YouTube dengan nama 'VenRia Cover', yang artinya Venus Alveria. Setelah selesai, dia menaruh kembali laptopnya. Melihat jam di atas mejanya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Besok dirinya harus sekolah, dan malam ini harus cepat-cepat tidur agar besok tidak mengantuk jika pelajaran dimulai.

Venus naik ke atas ranjangnya, merebahkan tubuhnya, lalu menarik selimutnya hingga sedada. Tidak lupa mematikan lampu kamarnya, karena Venus tidak bisa tidur dengan lampu yang terang. Dan mulai memejamkan matanya. Semoga besok menjadi hari yang menyenangkan bagi seorang Venus Alveria.

🌠

1k kata. Ngga ada lagi apa yang mau ditulis di part ini. Eh, ngomong-ngomong, kalian ada yang suka nge-dance nggak? Kalau aku sih suka. Tapi ngga pernah ikut lomba ataupun buat channel YouTube. Hehe, cuma sekadar hobi aja wkwk.

Semangat buat kalian yang sedang ujian, ataupun ikut tes mau masuk ke SMA, SMK, atau perguruan tinggi. 😊😊

Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang