Naruto dan Hinata mereka satu kelas, tapi tidak pernah saling sapa. Apa mereka musuhan? Jawabannya tidak. Mereka berteman, hanya sebatas teman.
Lalu bagaimana jadinya jika kedua orang teman yang tidak pernah bertegur sapa sekalipun tiba-tiba menjadi terlibat cinta hanya karena duduk bersebelahan? Oh ayolah semua orang juga pernah duduk bersebelah dengan lawan jenis, lalu apa masalahnya?
.
.
.Hinata si plegmatis orang yang dengan unsur kepribadian dingin dengan pembawaan yang santai dan cinta damai. Dia suka mengalah juga sabar dan lemah lembut. Karena sifatnya tersebut hubungan dia dengan semua orang baik-baik saja, tapi tidak dipungkiri pula dia hanya mengenal orang-orang tanpa pernah berkomunikasi sekalipun sehingga hubungannya tetap baik.
Sedangkan Naruto kebalikannya dia si sanguinis, supel, humoris bahkan cenderung konyol. Dia anak yang aktif walaupun jika dalam hal serius seperti pelajaran dia tidak begitu bisa mengikuti. Naruto anak yang menarik, dengan kepribadiannya dia mampu menarik seluruh atensi orang yang berada di dekatnya. Apakah Hinata termasuk? Ya, bisa jadi.
Tidak dipungkiri atensi Hinata akan teralihkan pada Naruto, karena Naruto itu tipe orang yang suka mencari perhatian melalui humornya. Hinata tipe pemerhati hanya bisa diam mengamati dari kejauhan, dia sering mengulum senyum sendiri ketika memperhatikan bagaimana hebohnya Naruto bercerita, bercanda bersama temannya, atau bahkan ketika Naruto dikerjai temannya, itu sungguh menghibur.
Lalu apakah Hinata menyukai Naruto? Untuk saat ini tidak, selain karena dia tidak pernah mengobrol dengan Naruto, dia juga tidak pernah memikirkan suatu perasaan yang bernama cinta kepada siapa pun.
Lalu kenapa Hinata memperhatikan Naruto? Karena dia tipe pemerhati, dia suka memperhatikan interaksi orang-orang disekitarnya. Tentu saja tidak hanya Naruto yang dia perhatikan. Dia suka memperhatikan sahabatnya Sakura yang galak sedang marah-marah pada siswa yang selalu membuat gaduh. Dia suka memperhatikan Ino yang selalu sibuk dengan masalahnya sendiri, jerawat, rambut dan masalah tubuh lainnya. Tenten yang lebih sibuk dengan dunianya sendiri, berkhayal pria tampan di komik yang ia baca akan menjadi kekasihnya. Shikamaru yang suka tidur di kelas, namun anehnya dia pintar, Hinata tidak mengerti itu. Sasuke yang pendiam suka kedamaian, namun betah seharian bersama Naruto yang berisik, itu juga membuatnya heran. Dan masih banyak lagi, hampir semua orang di kelas dia hafal karakternya. Jadi dia bisa dengan mudah menyikapi setiap orang dengan cara yang berbeda pula.
Hinata sendiri tidak masalah jika temannya tidak begitu mengenalnya, toh ia juga tipe orang yang tidak mudah akrab dengan orang lain. Dia hanya akrab dengan Sakura, Ino dan Tenten. Selebihnya ia hanya sekedar kenal.
Lalu bagaimana sikap Hinata jika kehidupan damainya berubah menjadi ramai atau bahkan tidak tenang? Kenapa bisa?
.
.
.Seperti biasa, Hinata asik dengan kegiatannya sendiri setelah bosan berbincang dengan ketiga sahabatnya Sakura, Ino dan Tenten. Sakura pergi entah kemana, Hinata tidak pernah mempermasalahkannya, toh memang setiap jam kosong teman sebangkunya itu tidak akan pernah betah jika hanya berdiam diri di tempatnya. Sementara Ino dan Tenten kembali berkutat dengan hobi mereka, berdandan dan baca komik.
Ketika sedang asik dengan kegiatannya mencorat-coret buku dengan tulisan-tulisan tidak jelas, Hinata tersentak ketika ada seorang pria yang duduk di sebelahnya, lebih tepatnya di bangku Sakura. Hinata menoleh, pria itu tersenyum dan Hinata pun membalas senyumnya. Ah, itu Naruto, pria itu duduk di sebelahnya dengan menghadap ke belakang bercengkrama dengan Shikamaru dan Choji yang duduk di belakangnya. Hinata yang bukan tipe orang ingin tahu urusan orang kembali berbalik ke arah depan melanjutkan kegiatannya yang tidak jelas tersebut.
Naruto, yang awalnya menghadap ke belakang mengobrol dengan Shikamaru dan Choji merubah posisinya menjadi menyamping hingga ia bisa dengan jelas melihat bagaimana Hinata yang asik dengan dunianya sendiri tanpa memperhatikannya. Naruto terus mengobrol dengan pandangan yang sesekali melirik ke arah Hinata.
Hinata sadar, cukup sadar jika dia sedang diperhatikan. Namun dia lebih memilih diam, toh dia pun tidak mungkin bertanya karena mereka tidak saling dekat, bahkan mengobrol pun belum pernah. Kembali mencorat-coret bukunya, menggambar sketsa yang selalu salah dimatanya, Hinata yang jengah merasa usahanya tidak pernah berhasil, merobek kertas itu menjadi serpihan-serpihan kecil. Tenang saja, Hinata tidak marah, dia hanya bosan karena usahanya selalu gagal.
Merasa ada tangan kekar khas seorang lelaki yang mengambil potongan kertas yang masih terbilang besar itu membuat Hinata tersentak, kemudian ia menengok ke samping, ternyata Naruto pelakunya. Pria itu memberikan cengirannya sembari memegang potongan kertas tadi memberikan isyarat kalau dia meminta izin untuk mengambil kertasnya. Hinata tersenyum kikuk lalu mengangguk perlahan, dia terlalu bingung untuk bersikap. Hinata kembali fokus pada kertasnya, sementara Naruto mengikuti kegiatannya merobek kertas itu menjadi serpihan kecil sembari tertawa geli melihat tingkah Hinata. Ya, Naruto sedari tadi memperhatikan Hinata, wajah gadis itu lucu, selalu berubah-ubah dengan cepat seperti bunglon.
Tahukah kamu Naruto? Sebernarnya Hinata pura-pura tidak menghiraukanmu, padahal dalam hatinya sudah komat-kamit bagaimana menghadapi sikap Naruto yang terbilang aneh menurutnya. Perasaan Hinata tak karuan, ia merobek-robek kertas pun bertujuan untuk menutupi kecanggungannya. Ingin pergi dari situ namun ia tidak seberani itu untuk berbicara dengan Naruto yang menghalangi jalan keluarnya, kalau pergi pun kemana? Menyusul Sakura? Ah, Sakura itu random pikirannya tidak bisa ditebak, ia tidak akan tahu dia pergi kemana karena temannya di kelas lain terbilang banyak. Ke kamar mandi? Ah, dia juga cukup malas pergi kesana jika tidak ingin buang air kecil. Berakhir dia kikuk sendiri di tempatnya.
Pintu terbuka lebar, ternyata Sakura pelakunya. Hinata tersenyum melihat Sakura yang menghampirinya, akhirnya ia bisa terbebas dari kecanggungan ini. Namun fikiran Hinata salah besar, Sakura datang membawa malapetaka yang membuat kedamaian Hinata hilang dalam sekejap.
Sakura melihat ke arah bangkunya yang ternyata ada Naruto di sana yang sedang memainkan serpihan kertas sembari mengulum senyum memperhatikan Hinata, sementara Shikamaru tidur di bangkunya dan Choji terlihat sibuk dengan keripik kentangnya. Sakura menggeleng kepala perlahan, sedetik kemudian ia menyeringai, "Ciieee.... ciieeee.... Naruto merhatiin Hinata sampai segitunya. Kamu suka ya sama Hinata?" Tembak Sakura.
Hinata tersentak kaget, ia menatap Sakura dengan dahi mengkerut dan alis naik sebelah, merasa heran dengan omong kosong yang Sakura bicarakan. Kemudian atensinya beralih menatap Naruto yang hanya tersenyum padanya, namun hal selanjutnya mampu membuat jantung Hinata merosot dari tempatnya. Naruto tak melepas pandangannya dari Hinata, senyum pun tak lepas dari bibir kecoklatan miliknya, ia mengangguk menjawab "Iya" yang berhasil membuat se'isi kelas mendadak riuh. Bahkan Shikamaru yang tertidur pun terbangun karena kebisingan tersebut.
"Ciieee... ciieee... ciieeee..." oke sudah cukup, Hinata semakin pusing di buatnya. Mendengar semua orang yang menggodanya membuatnya pening seketika.
Hinata hanya bisa diam di tempatnya dengan wajah memerah menahan malu. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian. Mulai sekarang Hinata harus menyiapkan mentalnya untuk kehidupan barunya. Kehidupan yang ia yakini tidak akan ada lagi ketenangan setelahnya. Berterimakasihlah kepada Naruto karena sudah membuat kedamaian hilang dari hidupnya. Mulai sekarang Hinata akan berubah dari si gadis bayangan menjadi gadis pusat perhatian. Semoga Hinata bisa.
Tbc
Kegajean di sela-sela memikirkan kelanjutan Nerd or Beauty
Semoga kalian suka 😁