Prolog.

35.8K 1.1K 8
                                        

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sebelas tahun silam aku rayakan ulang tahun yang kedelapan kehidupanku. Dengan berbalut baju biru kesukaanku dan baju putih kesukaan abang, kami berdiri pada poros yang sama menghadap sebuah meja besar dengan kue diatasnya.

Ayah dan ibu bilang. “Ayo, pajatkan doa supaya hidup bahagia.”

Kami pejamkan mata mulai pajatkan doa, merengek pada Tuhan perihal keinginan yang berbeda. Anak kembar berbeda isi kepala.

Abang dengan khusyuk melatunkan harap agar aku hidup lebih lama supaya kami bisa bermain bersama pada setiap harinya, sedangkan aku meminta rasa cinta pada Tuhan yang aku rasa belum pernah aku dapatkan sebelumnya.

Mungkin terdengar aneh untuk anak seusiaku yang sudah memikirkan rasa cinta yang seharusnya diterima oleh setiap manusia. Tapi, itu kenyataannya. Aku memang belum pernah merasa dicintai atau mungkin tidak sadar akan rasa cinta yang ada?

Sejak kecil, aku seringkali mengais cinta dari sisa-sisa. Sebuah cinta berserakan pada rumah kecilku. Setidaknya, dengan cinta yang tersisa bisa mencukupi tumbuh kembangku.

Pada setiap harinya, aku selalu mencoba bertumbuh. Beradaptasi dengan sisa-sisa cinta yang sudah mulai habis rasanya. Sifatnya memang tidak sempurna. Tapi, cukup untuk membuatku hidup lebih lama.

Maka dari itu. Bagiku, dicintai itu mahal harganya.

-Kaynen Jayendra.
.

.

.

.

.
see u. anw guis, yang mau baca versi au nya boleh mampir ke acc twitter aku, yaa!! @imouxine

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mesin Jahit IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang