sweet lolipop

3.7K 323 53
                                    

.
.

.

.

"Selamat atas kelahiran putramu...."

"Dan... kami berduka atas kepergian istri anda."

.....

Tentu jin mencintai istrinya, perempuan itu dulunya merupakan senior jin saat masa kuliah. Meskipun yang mendekati terlebih dulu adalah istrinya tapi tentu saja jin membalas perasaan istrinya. Istrinya merupakan perempuan yang tangguh, pengertian dan juga orang yang paling mengasihi jin dan putra mereka lebih dari siapapun.

Begitulah ceritanya itadori yuuji terlahir ke dunia. Anak laki-laki mereka yang paling manis....

Dan jin sangat menyayangi putranya.

Namun begitu... saat melihat lelaki itu... seeeorang dari masa lalunya....jin seketika menyadarinya... bahwa ia tidak mencintai istrinya sebesar yang ia kira. Bahwa ilusi tentang ia yang melupakan masa lalunya dan beranjak adalah sebuah kebohongan.

Lelaki itu...

Ia terlihat lebih dewasa, lebih matang, dan jauh lebih mapan dari sejak pertama kali mereka bertemu.

Dan dia jauh terlihat lebih bahagia sekarang.

Hati jin terkoyak kembali.

Hanya dengan melihatnya.

"Itadori... jin?!"

Jin berusaha bersikap setenang yang ia bisa, ia berusaha untuk tersenyum dan berbicara sebagai seorang teman yang telah lama tak berjumpa.

Namun...

Namun!

Air matanya malah menetes seenaknya.

"Jin?!" Lelaki bersurai hitam itu mendekatinya, meskipun ia melangkah menjauh.

Bocah yang digandengnya- anaknya, tampak bingung dengan apa yang terjadi.

"JIN!!"

Jin tidak ingin bertemu kembali dengan toji... tidak untuk yang kedua kalinya. Perpisahan mereka hari itu... adalah terakhir kalinya jin merasa sakit hati. Ia tidak ingin mengingat kembali luka itu.

Dipeluknya erat putranya yang baru berumur sebulan itu, jin berharap... ini benar-benar akan menjadi terakhir kalinya ia bertemu toji zenin- ah tidak... maksudnya toji fushiguro.

.

.

.
.
.

10 tahun yang lalu

"Jin!"

Jin menoleh, memandang heran kakak kelasnya yang menghampirinya terburu-buru.

"Kak Zenin-akh!"

Belum sempat jin menyelesaikan kata-katanya, kepalanya keburu di pukul pelan oleh kakak kelasnya.

"Panggil toji saja, T O J I!" Toji ngotot, dicubitnya pipi jin gemas.

Jin merintih kecil, mengusap-usap pipinya karena perlakuan toji yang tak jelas.

"Kenapa kak ze- toji memanggilku?"

Toji tersenyum lebar, "berikan aku tanganmu!"

"Eeh?" Jin agak kebingungan pada awalnya tapi... dia akhirnya menurut juga.

Toji menaruh sesuatu di telapak tangan jin, jin menatap tidak mengerti, itu adalah lolipop.

Toji berlari seperti orang gila dan meneriaki namanya sepanjang jalan untuk... memberi lolipop?

"Untukku?" Tanya jin memastikan.

Toji mengangguk antusias, "karena kau manis seperti lolipop ini, jadi ku pikir... aku akan memberinya saja padamu ."

Jin terdiam, berusaha mengartikan kalimat toji. Manis... seperti lolipop, dirinya manis seperti lolipop? Manis?

Blusshh

"Kak kau mempermainkanku ya?!" Jin memukul-mukul bahu toji dengan wajah yang memerah sementara toji tertawa terbahak bahak.

Masa lelaki jantan sepertinya dibilang manis sih?!

Saking bersemangatnya memukuli bahu toji, kaca mata jin jadi tak terasa jatuh entah kemana.

"Eh... gabur?" Jin mengucek-ngucek matanya. "Kacamata-"

"Jin..."  toji mengelus pipi jin lembut.

Jin terkesiap dengan sentuhan toji, dengan pandangannya yang buram seperti ini pun jin dapat memastikan siluet toji. Lagipula... dia hanya bersama toji.

"Apa kau bisa melihatku sekarang?" Toji memperpendek jarak diantara mereka berdua dengan mempertemukan hidung keduanya. Nafas mereka saling bertabrakan namun begitu... wangi mint ini... jin sangat mengenalinya.

"Sedikit jelas..." jin meraba-raba wajah toji, sensasi aneh ini... interaksi yang intim saat mereka berdua seperti ini...

Sebenarnya apa?

Toji hanyalah siswa pindahan yang kebetulan tinggal di sebelah rumahnya. Mereka menjadi dekat secara tak langsung, mengingat toji sangat populer di sekolah, jin tak pernah menyangka bahwa toji hanya ingin berteman dekat dengannya.

Lama-lama... perasaan baru menjadi muncul. Jin tak yakin bahwa toji juga merasakannya...

Hanya saja...

Jika tak ada toji... jin merasa sangat kesepian.

"Ini kaca matamu." Toji tersenyum simpul sembari memakaikan jin kaca matanya.

"Makasih kak." Jin ikutan tersenyum. Ia tanpa sadar menubruk bahu toji pelan, sembari menyandarkan kepalanya ke dada bidang kakak kelasnya itu.

Toji sangat bisa diandalkan... dan jin menyukai toji yang seperti itu.

"Hahaha rasanya... kalau bersama jin aku bisa melakukan apapun!" Toji berujar ceria, ia mengusap-usap surai merah jambu jin dengan lembut.

Wajah jin memerah, ia berharap itu adalah benar. Bahwa toji tidak hanya sekedar berkata-kata dan bahwa toji bersungguh-sungguh atas ucapannya.

"Jin..." toji memeluknya perlahan.

"Ya kak?"

"Aku ingin bersamamu... hingga nanti...hanya ingin bersamamu..."

Jin mendongakkan kepalanya, pandangan mereka saling berbentur, tatapan sendu dan senyum tulus toji waktu itu... di musim dingin ini... membuat jin jatuh semakin dalam.

Dan hingga sekarang, saat salju pertama turun ke bumi, saat nafas jin memberat di udara dingin yang menusuk paru-parunya....

....jin tidak dapat melupakan perkataan toji, hangatnya pelukan toji dan ekspresi toji saat itu.

Musim dingin menyakitinya lebih dari yang ia kira ketika setiap tahun berganti.

.....

Credit picture : pinterest.
Harusnya ku cari namanya tapi sontak download jadi lupak

Book ini terbuat karena ester lagi bucin sama kapal ini tapi fanfictionnya masih jarang banget huhuhu! Argghh butuh asupaaannnn❤☹

For My First Love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang