Bunga Tidurku

8 2 0
                                    

"Bang ... bang Devan mana?"
"Bang ... "
"Syurrrrr,akkh ..."
    Perlahan aku membuka mata,semuanya hilang dalam sekejap.Aku duduk dan mengusap wajahku yang mandi keringat,air mataku jatuh lagi.
"Akh ... "
    Hembusan napas panjang mengiringi malamku.Ini bukan pertama kalinya aku bermimpi tentang hal yang sama,tak perduli seberapa keras aku mencoba.Aku meraih ponselku,di jam yang sama dan juga berakhir sama.Mimpi yang membuatku ragu tentang kebahagiaan,ragu bahwa semua orang berhak untuk bahagia.Sebenarnya aku tak punya banyak harapan dalam hidup,masa laluku yang kelam membuatku tertutup dalam dunia yang sepi.Aku tak perduli seberapa riangnya dunia luar, mereka tak akan paham apa yang aku pikirkan dan perjuangkan.
"Baru satu jam aku tertidur."kataku dalam hati.
    Aku meraih buku yang setia disampingku,buku yang sudah agak usang dan tua.Tak perduli seberapa sering aku membacanya,aku masih saja membutuhkannya untuk hidup.Aku akan membacanya sebelum tidur untuk mencegah mimpi buruk,meski sampai sekarang aku masih saja bermimpi hal yang sama setiap malam.
***
"Ma ... "aku keluar dari kamar sambil merapikan rambutku.
"Mama udah berangkat kerja."teriakan itu membuatku tersadar.Aku mengharapkan hal yang salah
"Uda mau berangkat?"
"Gue bisa nyetir sendiri,lo antarin Angel aja."
     Dia Agave Everani Misericordia,adikku yang duduk di bangku SMP.Ia kebalikan diriku,ia lebih cantik dan pintar,tapi kami tak pernah berhubungan baik.Tak perduli seberapa keras aku mencoba,tapi ia tetap memberi batasan di antara kami.
"Berangkat bareng aja Ave,lo ... "
"Mikir ga sih?"potong Ave,ia meraih tasnya dan pergi begitu saja.
"Akh ... "seperti biasa aku hanya menghembuskan napas panjang.
    Aku mengeluarkan kunci mobilku dan menatapnya sejenak.Masih terlihat jelas sebuah ukiran di gantungan kunci itu,aku menatapnya beberapa saat.
"3M"gumamku pelan.
    Entah mengapa perasaanku selalu sama memandang ukiran itu.Mataku selalu perih menahan air mata,terbayang sosok seseorang yang selalu muncul dalam mimpiku.
"Kak Ant ... "panggilan itu menyadarkanku.
"Kak Ant nangis?"gadis kecil itu menatapku dalam,aku tersenyum seperti biasa.
"Kamu dah siap sayang?"
"Kakak kenapa?"gadis kecil itu tampak khawatir,aku tak ingin membuatnya  dalam masa yang sulit.
"Kakak nunggu kamu kelamaan,makanya kakak nguap dan air mata keluar."kataku tersenyum sambil mencubit pipi gadis kecil itu.
"Ya udah ... kita berangkat yuk!"lanjutku menggandengnya.
    Ia adik keduaku,Angel Yosefhine Misericordia.Gadis kecil yang imut dan penuh cinta,ia selalu saja bisa membuatku merasa baik baik saja walau suasana hatiku sedang buruk.Dan aku juga tak ingin ia terlalu bingung tentang kondisi sekarang,tentang mama,papa dan juga bang Devan yang sudah meninggalkan kami dua tahun lalu.
"Knapa sih mama jarang dirumah?"Angel lumayan sering menanyakan hal itu
"Mama sibuk kali,cari uang buat kamu."kataku  tersenyum seperti biasa.
"Buat kakak juga kali."Angel tak setuju mendengarku menyalahkannya.
"Ia ... buat kita."
"Papa juga knapa sih ga pulang pulang?"
"Brak ... "Aku membanting stir kekiri,aku hampir saja menabrak seseorang.
"Kamu ga papa kan?"Aku memastikan Angel baik baik aja.
"Ga papa kok, Angel baik baik aja."
"Akh ... "Aku menghela napas panjang.
"Tok ... tok."seseorang mengetuk kaca mobilku.
"Punya tanggung jawab ga?"kata kata itu langsung menghampiriku saat aku keluar.
"Maaf,aku ... "
"Lo pikir semuanya selesai saat Lo minta maaf?"katanya,aku menelan ludah getir.
"Lalu lo maunya apa?"
"Ganti rugi."katanya,aku sangat terkejut.
"Lo berusaha memeras gue?" kataku tak terima,ia tersenyum sinis.
"Mau gue laporin aja?lo tau kan konsekuensi ..."
"Ok,gue lagi buru buru.Jadi lo maunya brapa?"potongku sambil mengeluarkan dompetku.
   Aku pikir tak ada untungnya berlama lama. bicara dengan orang ini.Lagian aku memang bersalah karena tidak fokus pada jalanan,tapi ia juga tiba tiba memotong jalan di depanku.Jadi itu bukan salahku sepenuhnya,tapi daripada lama lama aku pilih ganti rugi seperti maunya.
"Lo maunya brapa?"ulangku.
"Lo mau nyelesaiin semuaya dengan uang?lo pikir lo ..."
"Tadinya lo bilang ganti rugi kan?"potongku.
"Gue ga suka dipotong,lo tau sopan santun ga?"
"Kok ngegas sih?"balasku tak kalah sengit.
"Maunya apa sih??"
"Ganti rugi,lo tuli ya?"Ia memakiku lagi.
"Kita persingakat aja ya,"tawarku.
"Lo liat kan tadi,itu ga salah gue semua kok.Lo tiba tiba muncul ... "
"Lo nyalahin gue?"bentaknya.
"Hoel ... "
"Lo ga suka dipotong tapi lo motong bicara gue."kataku.
"Lagian lo baik baik aja,gue lagi sibuk ... kalo lo dah selesai berfikir bilang ama gue."aku beranjak pergi.
"Hei!"Ia berteriak,aku tak perduli dan pergi.
"Ckriiittt."
     Aku melewatinya begitu saja,aku pikir manusia yang satu itu lagi gila dan butuh orang yang bisa bermasalah dengannya.Makin lama mungkin kesabaranku akan hilang,jadi pilihanku pergi.Malangnya,tanpa sengaja aku menyenggol motornya yang hendak dinaikinya.
"Hei ... orang utannnnn!"teriaknya.
    Aku melihat dari spion ia terjatuh dan tertindih motornya.Aku mengeluh dalam hati apa semuanya akan baik baik saja,ia bisa terluka.Tapi di lain sisi aku mengeraskan hati untuk pergi,mungkin lebih parah lagi kalau aku turun.
"Dia mungkin terluka kak,kakak gak tolongin dulu?"Kata si kecil Angel.
"Biarin."
"Banyak gaya"lanjutku.
"Siapa sih kak?"Angel melirikku.
"Orang aneh."
"Mirip bang Devan tuh."
"Masa sih,ga mirip kali."balasku,aku menggigit bibir bawahku.Setiap mendengar nama bang Devan,aku slalu merasa getir.
"Kapan sih papa pulang?"gadis itu bertanya lagi,aku diam tak tau harus menjawab apa.
"Kak Ant?"
"Akh ... "aku mencoba tersenyum lagi,Angel memasang muka cemberut.
"Papa ga ingin pulang lagi ya?"
"What???"aku sangat terkejut.
"Knapa ga pulang pulang?kalo emang masih mau pulang."katanya.
"Angel ... "aku menghentikan mobil didepan sekolahnya.
"Kamu sayang kan ama papa?"
"Em ... Angel sayang banget ama papa."balasnya menunduk.Aku mengusap kepalanya perlahan.
"Papa juga sayang banget ana Angel."bisikku pelan,aku berusaha keras menahan gejolak hatiku.
"Jadi papa pasti pulang?"katanya,aku menjawab dengan anggukan.
***
   Aku memarkirkan mobil diparkiran sekolah yang ramai.Aku memantau diriku terlebih dahulu di cermin sambil tersenyum,untuk memastikan bahwa aku tidak terlihat berbeda dari sebelumnya.
"Tok ... tok."seseorang mengetuk kacaku lagi.
"Chan?"aku segera keluar dan menfhampirinya.
"Pa kabar?"katanya tersenyum lebar,aku membalas dengan senyuman.
"Jangan tersenyum!"
"Knapa?"balasku.
"Akh ... lo belum berubah ternyata."katanya  menatapku dalam.
"Lo tersenyum hambar,tanpa hati."lanjutnya,aku hanya diam dan mengikuti langkahnya.
"Ga ada yang terjadi kan?"lanjutnya,aku menjawab dengan gelengan.
"Ga banyak."kataku memperjelas,ia menghentikan langkahnya.
"Knapa?"
"Lupakan,Lo juga ga akan bilang kalau gue tanya."jawabnya sambil melanjutkan langkahbya,aku diam saja sambil membenarkan kalau ia benar.
"Gimana kesehatan lo?dah mendingan gak?"kataku lagi,ia tersenyum lebar.
"Masih sama."
"Kapan mati?"balasku,ia berhenti tiba tiba sampai aku menabrak punggungnya.
"Akh ... "aku mengeluh sambil mengusap kepalaku.Tasnya cukup keras dibandingkan kepalaku
"Lo mau gue mati?"Katanya berbalik.
"Em."aku mengangguk beberapa kali.
"Makin cepat makin bagus."
"Sayangnya dokter bilang gue baik baik aja,jadi buang harapan Lo baik baik."katanya menepuk bahuku.
"Ohk ... gitu."kataku sok kecewa
"Lo nga nanya?"kataku.
"Nanya apa?"
"Kapan Lo mati."
"Mereka bilang malaikan pencabut nyawa lagi baik ama gue,dia bilang gue harus lama lama di bumi."Katanya menahan tekanan nada di akhir kalimat.Aku tau ia agak kesal,tapi aku tak perduli sama sekali.
"Lo pengen banget ya gue mati?"Katanya.
"Bodo amat."
"Dasar."Ia menepuk kepalaku
"Akh ... sakit tau."
"Tau kok."ia tersenyum lebar.
"Is ... "
"Apa lo benar benar teman gue?"katanya lagi.
"Gue hampir ga habis pikir knapq gue sahabatan ama orang yang inginkan gue mati."
"Trus ... lo mau berhenti jadi sahabat gue?"kataku melirik Chan.
"Hei ... orang utan!"panggilan itu datang dari sebelahku,aku melirik.
"Akh ... akhhh"aku kaget melihat sosok itu lagi.
"Ngapain lo disini?"kataku.
"Orang Utan?"Chant mengulang panggilan itu.
"Ais ... "Aku menarik tangan Chant pergi menjauh meninggalkan orang aneh itu.
"Sejak kapan Lo punya panggilan orang Utan?"Chant bicara saat kami tiba di kelas.
"Orang Utan apaan?"kataku melepaskan tangannya kasar,aku sangat kesal sekarang.
"Ngapain coba disini?dia ngikutin gue ya?"Kataku setengah berbisik.
"Knapa dia harus ngikutin lo segala?"Chant membalas.
"Akh ... pusing gue."Kataku meletakkan tasku.
"Dasar aneh."
"Yang aneh itu lo Ant,"
"Tama sekolah disini,knapa lo bilang dia ngikutin lo?"lanjutnya.
"Tama siapa lagi sih?gue ...what????"aku tiba tiba berdiri.
"Orang aneh yang tadi ... lo kenal?"Kataku,Chant mengangguk mengiyakan.
"Knapa sih?"Chant penasaran dengan raut mukaku.
"Akh ... mampus gue"balasku merebahkan kepalaku di atas tas.
"Bentar ... tapi dia ga pake seragam kita tadi.Lo pasti salah orang nih,seragam kita akh ... "aku sadar kalau hari ini hari senin,jadi seragam semua sekolah sama aja.
"Akh ..."untuk kesekian kalinya aku mengeluh.
"knapa sih?"
"Lo bilang namanya siapa tadi?"kataku.
"Tama,Atanasius Chrismast ... "
"Knapa ngasih tau gue lagi."potongku cepat,Chant geleng geleng kepala.
"Tadi lo yang nanya Ant."
"Akh ... mampus gue."aku menyembunyikan wajahku di atas tasku.
"Ant ... bahaya."Stella Swisdina menghampiriku.
"Apaan sih?"
"Panggilan alam,temenin gue."Katanya meraih tanganku.
"Gue lagi ga ingin keluar Stel."kataku tanpa mengangkat wajahku.
"Mau gue temenin?"tawar Chant.
"Enak aja."Stella menarik tangganku keras.
"Stella ... "Mau tak mau aku akhirnya nurut juga.
     aku hampir kewalahan mengikuti langkah Stella,ia menarikku sambil berlari.Hingga di karidor kelas XII dekat sebuah tangga,kami harus berhenti.Orang orang berkerumun menutup jalan.
"Ngapain sih pada ngumpul disana?"kata Stella kesal.
"Mending kita balik aja."saranku putar haluan.
"Enggak ... enggak."Stella menahan langkahku.
"Gue kebelet Ant."
"Trus mau gimana?"kataku mengangkat bahu.
"Kita terobos!"kata Stella yakin.
"Stell ... "
"Please Ant,"tanpa menunggu persetujuan dariku,Stella menarik tanganku menerobos kerumunan.
    Dan setelah sampai di sana,aku dan Stella hampir tak bisa berkata kata lagi.Pemandangan didepan mata membuatku terpukau tak berdaya, seseorang sedang mengerang nyawa disana.
"Apa yang terjadi?"Stella menghampiri gadis yang terkapar itu.
"Ia terguling dari sana "Kata seorang siswi.
"Pendarahannya belum berhenti,pihak medis juga belum sampai.Apa yang harus dilakukan?"katanya pada Stella.
"Ant ... panggil anggota UKS!"
"Kita akan menolongnya disana untuk sementara,menunggu pihak medis sampai."lanjutnya.
"Ant ... panggil anggota UKS!"ulangnya melihatku masih belum bergerak.
"Ant ... lo dengar gue ga? cepat panggil mereka!"
     Aku diam seakan aku tak mendengar apa apa,entah mengapa bayangan masa lalu bermain di kepalaku.Aku membayangkan hal hal aneh yang selama ini ingin kulupakan,tapi melihat darah yang bercucuran itu membuatku lemah.Tubuhku mengeluarkan keringat dingin, bibir ku bergetar hebat.Seketika juga aku merasa sekeliling ku berputar dan tiba tiba jadi gelap.Hanya suara Stella yang berteriak menyuruhku memanggil Anggota UKS terdengar samar samar,lama kelamaan hilang entah kemana.
***


  

   



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Missing youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang