"kau ingin pergi?"
Suasana seketika hening. Udara malam hari begitu dingin kali ini, sedingin tatapan matanya menatap lawan bicaranya. Dari sudut matanya terlihat air mata yang ia tahan, mencoba untuk tidak menangis, pipinya memanas, tenggerokannya merasa sakit, lidahnya kelu. Mati rasa.
"aku tidak mau kamu pergi, aku tidak mau..."
Air mata yang ia bendung akhirnya tumpah, tangisnya menjadi. Tubuhnya bergetar, menolak apa yang terjadi saat ini. "aku mohon, jangan tinggalkan aku sendirian... aku sudah mencari kamu sejak lama..."
"aku gak mau kehilangan kamu... gak akan mau..."
Suaranya lirih, tubuhnya berguncang-guncang.
Kemudian ia terjatuh dalam pelukan yang menjadi lawan bicaranya, menenggelamkan kepalanya pada bahu yang menjadi lawan bicaranya.
Seiring air mata yang terus mengalir. Meringis miris, kian menjadi terisak sesak. Cekatan kedua tangan kian memperat pelukannya, mengusap pelan surai rambut itu. Mengusapnya perlahan seolah-olah dia adalah raga yang amat rapuh.
Yang dipeluk tidak ingin dilepas, matanya tak ingin berhenti menjatuhkan air mata ke pipinya. Yang memeluk terus mengucap kalimat yang berusaha menenangkan raga itu, berusaha menjinakan raga yang sedang ketakutan, dengan sabar serta penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The moon is beautiful, isn't it?
RomanceAku yang tak pernah lelah menerima dirimu, menerima apa adanya dirimu. Sedangkan dirimu, yang beranggapan bahwa menerima apadanya itu adalah egois.