How Do we Meet?

5 1 0
                                    

"selamat atas presentasi mu"

Sepenggal pesan terlihat didalam gawai ku, aku cuman bisa tersenyum kaku. Badan ku masih gemetar tak menyangka aku bisa melewatinya, aku hendak ingin membalas pesan itu

"Hebat banget kamu, bisa menjelaskan secara baik dan jawaban jawaban mu selalu benar. Padahal dirimu lagi sakit, hebat"

"Terimakasih haha, kalian juga hebat. Aku istirahat terlebih dahulu ya"

Aku mengirim pesan itu kepada teman teman ku, kemudian membanting tubuhku kepada kasur. Kedua mataku menatap langit-langit rumah, mengatur nafas supaya menjadi tenang. Seberapa kuat aku mencoba untuk menahan tangis, tetapi air mata yang ku tahan ini akhirnya keluar. Aku hanya bisa mengusap-usap pundak ku sendiri berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

***

Hari ini aku harus memberikan pesanan gambar custom yang dipesan oleh adik kelasku sendiri, dirinya bilang gambar itu akan diberikan untuk orang yang spesial. Kebetulan sekali aku juga ada persiapan acara untuk ekstrakurikuler yang aku ikuti, karena hari Senin nanti kami akan membuat rumah hantu untuk umum, dan adik kelas ku juga membantu akan hal itu.

Aku bercermin, membetulkan poniku. Kemudian memakai sepatu, tak lupa izin kepada orang tua "Bun, Yah, Sabine berangkat dulu" ujar ku "Oke, hati-hati nanti pulangnya mau di jemput?" ujar bunda ku sambil mengelap piring basah yang baru saja dia selesai cuci. Aku menggeleng mendengar itu "enggak bun, makasih udah nawarin. Aku berangkat dulu yaa, orangnya udah nungguin aku nih" aku membuka gerbang rumah ku dan menghampiri ojek online yang sudah ku pesan sebelumnya.

"Mbak Sabine?" ucap seorang lelaki paruh baya, aku hanya mengganguk dan menerima helm yang dia berikan.

Sesampainya disekolah aku langsung menemui adik kelas ku, tapi sayangnya aku tidak menemukannya. "Cherlly, kamu melihat Nara? Aku mau ngasih pesenannya nih" aku menepuk pundak Cherlly teman sekelasku, dirinya tersentak kebelakang, terkejut. "Ish, bikin orang kaget aja. Itu nara diruang B lagi membereskan bangku-bangku" jari Cherrly menunjuk ruangan B, dirinya masih sibuk menyobek-yobekan kertas koran. "hehe, ya maaf. Oke makasih infonya manies" aku segera menghampiri Nara, tanpa memedulikan Cherrly yang berkata "aku kan emang manis, lu baru tahu sih"

Tak butuh waktu lama aku menemui Nara, tak banyak basa-basi aku langsung memberikan pesenannnya. "oke, terimakasih ya kak. Ini uangnya-" Nara hendak mengeluarkan selmbar uang, tapi aku menolaknya "eh ndak usah, aku kan cuman niat bantu kamu aja" Nara meraih tangan ku dan memberikan selembar uangnya pada ku "gak baik kak, rezeki kakak tolak" Aku segera menggucapkan terimakasih padanya. "sukses sama dia ya, eh tapi dia mau bantu kita?" Nara mengganguk, fokus pada gawainya.

"iya dia mau dateng, bantu dekor juga katanya" Tangannya sibuk berbalas pesan, aku sedikit basa-basi terhadapnya "hoo begitu, tapi dia Senin dateng cuman buat ngerasain seberapa menakutkan rumah hantu kita, kalau dia tahu dekorasinya seperti apa nanti gak ada kesan takutnya"

"dia gak jadi dateng hari Senin. Aku jemput orangnya dulu, katanya orangnya ada didepan sekolah." Nara segera meninggalkan aku, aku cuman mengangkat bahu. Segera aku menghampiri Cherlly dan membantunya. "Oliv mana sa?" tanya Cherrly masih sibuk menyobek kertas koran, "Oh gak tau gw, katanya abis makan siang mau dateng" aku duduk disampingnya dan membantunya mensobekan kertas koran.

Rencananya sobekan kertas koran ini digunakan untuk menutupi jendela kaca ruangan A dan ruangan B, supaya tidak ada cahaya dari luar dan membuat suana ruangan makin mencekam. Setelah selesai menyobekan aku mulai melekatkan koran-koran tersebut pada jendela ruangan. Baru beberapa jendela yang ditutupi koran, aktivitas ku diganggu oleh sekelompok orang.

"Hoii hoii, woi anak-anak anj***"

Dahi ku mengerut, aku melirik ke arah suara. Merasa kesal tentunya, apakah orang itu gak pernah diajari sopan santun kah? Mulutnya lemes sekali. Cherrly yang kesal langsung menghampiri orang itu, tanpa basa basi langung berkata "Anak osis, adik kelas gw. Sopan sekali masuk ruangan salam dulu kek, dateng-dateng gak usah rusuh. Mending lu bantuin kita" Orang yang berulah cuman tertawa mengejek Cherrly, terlihat mereka berdua sedang adu mulut. Mau tidak mau aku harus melerai mereka agar dekor ruangan bisa cepat selesai. "Udah-udah kalian ini, lu salah sih masuk ruangan langsung ngomong kasar." Bukannya berhenti tapi orang itu malah melanjutkan dan menggulang-ulang perkataanya.

"Alah caper" ucap Cherlly

"Terserah lu dah, tuh mulut enteng banget" aku mulai berjanak meninggalkan orang itu, kembali menempelkan koran koran ke kaca jendela. Belum sempat aku beranjak pergi.

"Apasihh, ngapain pegang-pegang kaki gw gitu??" aku berteriak kencang, orang itu berjongkok dan memegang pergelangan kaki ku sambil terkekeh pelan. "persiapan buat jadi hantunya nanti Senin, keren gak?" Aku melotot kearahnya. "enggak, mending lu lepasin gw. Hush hush" Dia terkekeh, dan melepaskan tangannya dari pergelangan kaki ku.

Namanya Kevin, kelas satu SMA jurusan IPA, selain anggota osis dia juga ikut kedalam ekstrakurikuler ini, ya walaupun dia jarang datang dan jarang ikut kegiatannya. Lelaki itu berperawakan tinggi, hitam manis, berkacamata, dan dikenal banyak oleh guru-guru. Tapi terkadang sikapnya memang seenak jidatnya.

Semua ruangan sudah tertupi dengan kertas koran, memang dari luar saat lampu ruangan dinyalakan tidak terlihat. "Aku coba matikan lampu ruangan ya? Apa bener-bener sudah gelap" ucap salah satu anggota ekskul kami, lampu dimatikan. Beberapa orang bersorak, mungkin tidak menyangka bahwa bakal segelap ini ruangannya. Aku cuman bisa menerka-nerka, apakah masih ada berkas cahaya yang bisa masuk ke dalam ruangan ini.

Hup

"Apasih Kevin!" seru Cherrly berteriak, Kevin cuman tertawa. Rupanya pundak Cherlly jadi bahan taku-takutan oleh Kevin. "Halo mbak, saya belum makan lima hari" Kevin menghampiriku seraya memegang pergelangan kaki ku lagi. "gak jelas lu sumpah, minggir" aku bersikeras menyingkirkan tangannya dari pergelangan kaki ku "gak mau, orang saya belum makan"

"MINGGIR"

Kemudian melepaskan tangannya, dan mengerjai teman-teman yang lain. Beberapa menit kemudian Olivia datang, "Olippppp" Sapa Cherlly langsung menghampiri Olivia, "aduh sorry gw telat ya" ucap Olivia telat "enggak kok, baru selesai tutup jendela aja, blm buat jalannya, belum rapih-rapih meja sama kursinya" ucap Cherrly.

Setelah mendekor sana sini, angakt bangku ini, angkat meja itu akhirnya kami istirahat, aku sedang menyantap bakso yang dijual didepan sekolah, sedangkan Olivia sedang memakan es krim pesanannya, Cherlly? Oh entahlah dia menghilang, mungkin sedang cari makan bersama doinya. Saat makan aku dan Olivia berbicara tentang tugas kami, sampai akhirnya Kevin ikut nimbrung.

"hai" ucap Kevin, Olivia yang tidak suka dengan Kevin mentapa jijik kearahnya "lu tuh gak diajak!"

"apadah, gw mau ngomong sama sabine"

"gak"

"dih"

"gak"

Aku cuman asik menyatap makananku, "Kak Sabine mulai dekat ya dengan Kevin" Seru Nara, aku langsung membalikan badanku dan mentap Nara "Enggak, deket darimana?" Nara menatap wajahku, "loh daritadi kalian bercanda terus, ya walaupun Kak Sabine terlihat atak acuh" aku cuman tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Kevin udah punya pacar loh" ucapan Nara didengar oleh Kevin. "iya gw udah punya pacar, nih lihat" dengan bangganya dirinya menunjukan wajah perempuan. Aku dan Nara hanya beroh, kemudian sibuk dengan makanan masing-masing.

Ya...

Siapa sangka dari situlah mulai muncul benih-benih ketertarikan satu sama lain.

***

Aku bangun dari kasur ku, mengusap pelan dahi ku. Menyadari aku gak boleh seperti ini terus, aku harus tetap tegar. Kelas online lainnya masih menunggu, waktu terus berjalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The moon is beautiful, isn't it?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang