Ketika aku duduk sendirian di ruang tunggu bandara penerbangan, aku merasa kalau bandara adalah tempat orang merasa kehilangan, menyambut kesepian karena ditinggal seseorang, atau tempat menunggu temu orang yang akan datang. Tembok tembok di bandara seperti lebih banyak mendengar kata tulus saat perpisahan dan ucapan kerinduan.
Melihat seorang istri yang menungu suami pulang, melihat kerinduan di mata anak setelah melihat ayahnya datang, apa yang lebih melegakan ketika kita masih dipertemukan oleh orang orang kesayangan. Ada kelegaan dan rasa senang saat kita masih merasakan itu semua.
Aku Araya Arshavina, perempuan pemuja mi instant di dunia. Hari ini, aku pergi meninggalkan ibu dan bapak setelah meyakinkan mereka kalau aku bukan anak bungsu yang belum mengerti apa-apa. Mungkin benar, aku masih belum memahami banyak hal tetapi bukan berarti aku tak berani menentukan pilihan. Aku ingin berteriak pada mereka aku bukan lagi anak umur 8 tahun yang harus mereka atur dalam berbagai bidang yang ingin mereka capai. Aku sudah 18 tahun sekarang, aku punya keinginan.
Ada rasa khawatir di mata mereka saat ku pergi, aku yakin mereka menyayangiku, tapi aku cuma ingin mereka juga mendukung mimpiku. Mimpi yang terus kupendam, mimpi yang terus berada di kepala tanpa pernah kukatakan pada siapa-siapa.
"Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA328 to Jakarta please boarding from door A12, Thank you."
"Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Jakarta dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12."
Suara panggilan itu membuatku bangkit lalu menuju pesawat yang akan membawa ku pergi, membawaku ke tempat baru.
10 Juli 2017
16:45
Di udaraAku sedang berada di tempat tinggi
Bumi menjadi kecil saat ku duduk di sini
Suatu perjalanan yang membosankan
Yang tak seindah kubayangkanAku sampai di bandara melihat orang lain disambut bahagia, aku hanya berdiri melihat itu semua. Aku sendirian sekarang di dalam diriku terbesit rasa sepi tapi barengi dengan kebebasan. Kemudian, aku naik taxi dan jalanan macet hari ini. Supir taxi itu hanya bicara seperlunya, lelah menghiasi wajahnya, aku pun diam saja sambil melihat ke luar jendela, menengok ke langit petang ditemani ganasnya suara-suara kendaraan yang ingin cepat sampai, entah pergi atau pulang.
Setelah naik taxi dari bandara, akhirnya aku sampai di Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Aku mampir di salah satu warung kecil pinggiran kota, sebelum masuk ke gang kostan tempat aku tinggal di sini, warung itu penuh, tidak sepenuh itu juga karena memang kursi dan mejanya hanya cukup menampung 6 orang.
"Nasi goreng satu pak, pedas, makan di sini."
"Iya."
Setelah nasi gorengku jadi, tempatnya masih penuh dan orang orang di situ belum ada tanda-tanda untuk pergi.
"Duh mbak, tempatnya masih penuh. Gimana?" Tanya pedagang itu.
Aku bingung harus gimana.
"Mbak? Diam saja."
"Eh iya, yauda saya cari tempat duduk di luar ya." Jawabku.
"Iya, maaf ya mbak." Jawab pedagang itu.Aku keluar dari warung itu, tetapi bingung mau duduk dan makan di mana.
"Kenapa?" Tiba tiba pria menghampiriku dan bertanya.
"Ahh, gapapa kok mas." Jawabku sedikit kaget.
"Gada tempat makan?" Tanyanya sambil melihat sepiring nasi goreng ditanganku.
"Emm iya." Jawabku.
"Yauda di mobil saya aja."
"Ehh gausah, gak apa apa, saya bisa makan di sini." Jawabku asal.
"Pintunya bisa di buka, kalo kamu ga percaya sama saya."Mendengar itu aku merasa tidak enak, karena aku tidak berpikiran sama dengan dia, tapi aku tetap menyetujuinya dan jalan ke mobil yang tak jauh dari warung tadi. Aku diam saja saat makan sampai dia mengajakku bicara.
"Baru di Jakarta." Tanyanya sambil melihat ransel ku yang besar dengan tote bag tambahan.
"Iya." Jawabku.
Dia hanya mengangguk dan aku pun tak bicara sampai makananku habis.
"Terimakasih." Kataku.
"Iya." Jawabnya.
Aku pun meninggalkannya untuk ke warung tadi, setelah ku selesai mengembalikan piring dan membayar ku lihat mobil itu sudah tidak ada. Sesingkat itu.Aku pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk menuju ke kosan, tempat pulang ku sekarang di sini.
~~~~●●~~~~
Masih amatir dan banyak kesalahan, tapi aku usahakan tulisanku tetap berjalan walau tidak ada yang membaca.
Terimakasih yang sudah baca, aku senang!
Sampai jumpa di part selanjutnya.
-Hening Meraki-
YOU ARE READING
AKHTAR
Teen Fiction"Araya Arshavina adalah perempuan sempurna menurutku. Aku aja yakin, masa kamu ragu. Yakinkan itu pada dirimu dulu, Nanti, orang lain perlahan akan yakin pada dirimu juga Ray. Kalau dirimu saja ga yakin gimana orang lain?" ...