Regret

360 49 12
                                    


Happy reading~

.

.

.

Pria tampan berambut blonde itu membawa sebuket mawar merah. Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum. Walau ia tahu kemungkinan yang akan datang, sang kekasih akan kembali menolaknya beserta hadiah yang ia bawa.

Namun itu bukan masalah, karena dirinya benar-benar sudah mencinta.
Ia tahu, semua ini memang berawal dari kesalahannya. Apabila ia tak bermain api maka hal ini tak akan terjadi. Apabila ia tidak mendua pastilah kekasihnya sekarang juga akan membalas tatapan penuh cintanya.

Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur, yang bisa ia lakukan hanya meminta maaf pada kekasihnya. Ia benar-benar telah melupakan semuanya hanya demi belahan jiwanya.

Rumah mungil begaya minimalis dengan pagar kayu yang mengelilingi halamannya terlihat tak terawat. Hadiah-hadiah darinya bahkan tak bergeser dari tempat ia meletakkannya di beranda sejak beberapa waktu lalu.

Entahlah ia tidak begitu memikirkan waktu semejak kekasihnya memergoki dirinya bersama dengan teman tapi menjalangnya.

'Tok tok'
Pria tampan yang tumbuh di Australia itu mengetuk pintu kayu yang dilapisi cat berwarna putih itu

"Minho, ini aku", Ada jeda di ucapannya.
"Chan, kekasihmu. Aku ingin minta maaf"

Ia menatap pintu itu dengan mata kosong. Terdengar isakan di balik pintu. Pria bernama Bang Chan itu menghela nafasnya berat.

"Maaf", gumamnya, kemudian pergi meninggalkan rumah penuh kenangan itu.

Rumah yang dulunya dibangun untuk mereka tinggali berdua, saksi bisu kisah cinta mereka yang tragis.

.

.

.

Sinar matahari memaksa masuk melewati sela-sela gorden, menyapa wajah si Tampan yang masih terlelap. Perlahan tubuh itu bergerak tak nyaman kemudian setelahnya terbangun dengan wajah bangun tidur yang tak mengurangi kadar ketampanannya.

"Morning, My luv"

Bang Chan -pria itu menatap foto kekasihnya di atas nakas di samping ranjangnya. Lee Minho. Ah, betapa rindu ia dengan sosok ceria pemuda cantik itu.

"Sudah dua bulan kah? Atau tiga bulan?", pria itu bergumam menatap foto.

Chan menghela nafasnya. Pemuda itu, betapa bahagianya dia di dalam foto.
Tersenyum manis pada sang fotografer yang tak lain adalah sang kekasih.
Seakan tak ada masalah dalam hubungan mereka.

Chan merutuki kesalahannya, seandainya saja ia tak melukai pemuda itu

Akan kah kekasih hatinya itu akan tersenyum bahagia seperti dalan foto?

Seandainya


Seandainya


Seandainya


Kata itu bergema yang mengisi tiap lekuk otak si pria tampan.

Menjadi raung menyesakkan relung hati yang kosong karena ditinggal oleh pemiliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Regret (Banginho oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang