Perang. Darah. Itu yang ku lihat sejak kecil saat tinggal di kerajaan ini. Kerajaan yang selalu ku pikir adalah rumah. Rumah untuk hidup dan mati.
Aku Eleanor, seorang putri di kerajaan yang indah nan kuat. Aku lebih baik berada di tengah hutan dan berpetualang daripada duduk di tahta ku dan menunggu seseorang meminangku.
Perang. Bisa dibilang sebuah hal yang menakutkan bagi sebagian orang. Bagiku, perang adalah waktu yang sangat keren namun traumatis.
"Yang mulia putri, sang raja meminta mu untuk pergi menghadapnya"ucap Daphne, dia adalah salah satu pelayan di kastil besar nan indah ini.
"Oh? Iya, aku akan pergi ke sana setelah menyelesaikan lukisanku. Terima kasih Daphne..."aku masih ingin menyelesaikan lukisan Ku. Aku sedang melukis pemandangan yang ku lihat di hutan magis kemarin.
Aku memang di larang untuk masuk ke situ, tapi...apa itu akan menghentikan ku untuk masuk?
Aku mendengar suara seseorang berjalan ke ruangan melukis ku, sepertinya itu sang raja alias ayahku.
Pintu besar yang terbuat dari emas asli itu mulai terbuka perlahan, memperlihatkan seorang pria bertubuh besar memakai jubah berwarna hijau dengan mahkota terbuat dari emas dan berlian di kepalanya.
"Apa yang sedang kau lukis putri ku? Sepertinya kau sangat serius"tanya nya sambil melihat ku melukis.
"Aku sedang melukiskan perasaan ku saja"aku berbohong. Namun, lebih baik aku berbohong daripada harus terkena masalah.
"Kau tidak pergi ke hutan magis kan?"
"Tidak kok, sedari kemarin aku fokus menyelesaikan permadani dan lukisan Ini"ucapku, kebohongan lagi.
"Hm ... Apa ada perlengkapan melukis mu yang habis?"
"Uhm ... Kebetulan iya, aku kehabisan cat biru, bisakah ayah membelikan ku cat biru?"tanya ku, baru saja aku ingin menanyakan tentang ini.
"Tentu saja putriku, dengan satu syarat, jangan pergi-"
"Jangan pergi ke hutan magis, apakah aku benar?"
"Pintar"ia tertawa kecil.
Hutan magis ya? Aku sudah mendengar tentang hutan itu sedari aku kecil. Ibuku bilang, hutan itu berbahaya dan tidak pernah ada manusia yang masuk maupun keluar dari hutan itu.
Konon katanya, di dalam hutan itu ada sekumpulan penyihir, namun sampai sekarang aku selalu masuk dan keluar dari hutan itu dan tidak pernah melihat satupun penyihir.
Pria tua itu sudah keluar dari kamar ku dan meninggalkan sepucuk surat, aku tidak menyadari dia meletakkan surat itu sampai aku hendak mencuci kuas ku.
Lagi-lagi dia meninggalkan ku untuk waktu yang lama, padahal dia baru saja kembali dari perang Minggu kemarin.
Sebagai seorang raja pastinya dia sering sekali ikut perang untuk mempertahan kan kerajaan ini. Kerajaan yang ku sebut rumah.
Kerajaan Vantouhille, kerajaan terkuat kedua di dunia, dan aku percaya, kerajaan ini tidak akan pernah jatuh. Vantouhille akan berdiri selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fall Of :The Kingdom
Teen FictionIni salahku, bukan salah siapapun. Ini bukan salah prajurit. Ini salah ku. Aku harusnya mendengar mu. Aku tau aku bodoh.