Gojo Satoru adalah sosok pria dengan kepribadian menyebalkan. Senang menganggap enteng, tidak menunjukkan keseriusan, terkadang sering menggantung pembicaraan dan yang paling utama adalah, dia berisik. Selain kepribadian, kesenangan lain adalah tidak melakukan perencanaan untuk melaksanakan suatu hal, sehingga menggunakan lonjakan energi dadakan. Tidak semua orang tahan akan hal demikian, apalagi orang dengan pola pikir visioner. Tingkah Gojo Satoru hanyalah konyol di depan mata.
"Gojo-sensei, kenapa kau memiliki tingkah konyol dengan wajah tampan? Itu sangat disayangkan, loh," ucap sosok wanita yang tengah berdiri di samping Satoru. Pertanyaan itu benar-benar menusuk dan sangat ingin dipertanyakan oleh umat-umat yang merasakan kekonyolan dari tingkah Satoru.
[Full Name], namanya. Wanita dengan mahkota [hair colour] dan iris [eyes colour] memantulkan layar ponsel di genggaman. Raut wajah netral membekas di wajah sudah menjadi ciri khas ketika tidak memiliki kegiatan menarik. Jemari sibuk menari di atas bidang datar alat telekomunikasi tersebut, entah apa yang menarik perhatiannya, sampai-sampai tidak menaruh atensi pada Satoru saat melontarkan pertanyaan.
Satoru melepas tawa tertahan pada leher, ibu jari dan telunjuk mengapit dagu, kemudian mengelus pelan sambil memiringkan kepala. Walau sepasang mata indah yang berkilau seperti berlian itu tertutup oleh kain hitam, itu tidak menghalanginya untuk menaruh pandang pada [Name]. Entah sejak kapan, dia menyadari bahwa rekan kerja barunya ini mulai berani melontarkan pertanyaan-pertanyaan tidak sopan. Selain yang barusan, sang hawa pernah bertanya kapan dia akan diam dan dikubur dalam tanah. Diingat saja, itu terdengar seperti lelucon terbaik sepanjang tahun.
"[Name]-chan, pertanyaanmu menyakitkan sekali," ucap Satoru sembari melepas tawa pelan. Pandangan diedarkan sekitar sebelum kembali ke arah sang wanita dengan mahkota [hair color] tersebut, tidak pernah bosan, Satoru memang sering melirik ke arah helaian indah yang ingin dia sisir dengan jari.
Di bawah terik mentari, dua insan berbeda gender bersandar di tembok rumah kosong yang pernah adanya kasus kematian misterius, manusia jatuh dari atas padahal tidak ada gedung pencakar langit di sekitar, murni lokasi pemukiman. Dengan bantuan kanopi, terik tidak langsung membakar kulit mereka. Ya ... di musim panas seperti ini tentu saja akan terasa terbakar dan tersiksa. Harusnya saat-saat seperti ini menikmati es krim atau mungkin semangka sangat cocok dibandingkan harus menjalankan tugas sebagai seorang Jujutsu.
"Ya ... bagaimana ya, Gojo-sensei menyebalkan karena terlalu berisik, apalagi suka telat dan alasannya karena tidak ingin cepat datang atau tidak sibuk makan manisan," balas [Name] seraya memutarkan bola mata malas. Dia merasakan beberapa kali rasa kesal itu menyerang jika harus bekerja sama dengan Satoru. Jikalau dia dapat berganti partner, dia akan dengan senang hati bekerja sama dengan Nanami Kento atau Fushiguro Megumi.
Tidak menunggu Satoru merespon, [Name] akhirnya menaruh perhatian pada Satoru. Dengan ekspresi netral, dia membuka suara guna bertanya, "Ini pertanyaan, Sensei, apakah saat hormon testosteron bangkit, 'itu' pria akan terasa panas?" Murni pertanyaan iseng dan penasaran, tentu saja, [Name] tidak memungkin memikirkan hal tidak-tidak, bukan?
Melongo? Iya, jelas. Satoru terdiam beberapa detik, bibirnya mengatup rapat. Nyawa seperti dicabut oleh malaikat kematian, kentara tahu sang wanita sudah menginjak umur legal, tetapi tidak seperti ini juga, kan, pertanyaan dilontarkan oleh seorang wanita? Tangan terdekat dengan bibir refleks bergerak menutup mulutnya, setelah keterkejutan menyerang, dia melepas tawa. Bukan tawa biasa, dia tertawa seperti kesetanan ketika mencoba memahami pertanyaan.
"Hei! Jangan tertawa, Gojo-sensei, aku serius penasaran!" gerutu [Name], mengembungkan sebelah pipinya, tidak sengaja menunjukkan sisi manis yang melekat pada sang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crasire [Gojo Satoru]
FanfictionWARNING! R18! 17 April 2021 - We are craving and desire. . "Apakah boleh aku mengandung anakmu, Satoru?" Cinta itu sederhana ketika tidak melibat manusia. Cinta itu membutakan hingga tidak dapat melihat kenyataan. Cinta itu menyiksa tidak memandang...