Cahaya Diatas Al-huda

3 0 0
                                    

Part 2

Mentari mulai muncul malu-malu dari balik pepohonan rindang yang membentuk pegunungan sebagai pasak bumi agar ia menjadi kuat.

"Masyaa Allah". Ujar gadis itu didalam hatinya. Ia melanjutkan perjalanannya menuju kerumah. Rupanya, dia baru saja menyelesaikan tugas nya untuk mengisi pengajian rutin mingguan di masjid dekat rumah nya.

Gamis, kerudung, dan niqob berwarna hitam itu menemani perjalanan pulang nya. Tak lama kemudian, gadis itu pun tiba di rumah nya.

"Assalamu'alaikum abi,khadijah". Sapa gadis itu dengan lembut dan ramah.

"wa'alaikumussalam warohmatullah wa barokatuh". Jawab ayah dan adik gadis itu bersamaan.

Khadijah yang berusia sekitar 15 tahun keluar dari balik pintu itu, wajahnya yang imut membuat kakak nya seringkali mencubit wajah adiknya.

"kak maryam sudah pulang, ayo masuk kak". Ujar khadijah kepada kakaknya. Dan ternyata nama gadis itu adalah Maryam. Seorang gadis berusia sembilan belas tahun itu memiliki wajah yang manis dan imut. Lubang di pipi kanan nya atau sering disebut lesung pipi, menambah hiasan saat dia bicara ataupun tersenyum.

"baby face". Itulah kata-kata yang sering dilontarkan padanya. Selain itu, Maryam juga memliki otak yang lumayan cerdas, dia salaj satu pemegang juara umum di kelas dan sekolah nya. Maryam juga sering mmengikuti lomba-lomba di tingkat provinsi, ataupun nasional. Misalnya, pidato, Qori'ah, dan menulis karangan ilmiah. Maryam sering di sebut "si kutu buku", saat disekolah nya. Sebab maryam sangat menyukai kegiatan membaca.

Suatu ketika, dimana anak sekolah harus menjalankan ujian sekolah. Maryam terlihat duduk di koridor depan kelasnya. Dia duduk sendiri dengan tenang bersama sebuah buku berada di tangan kanan dan kiri. Sedang teman-temannya sibuk belajar di dalam kelas secara berkelompok. Melihat hal itu, seorang ustadz datang menghampirinya.

"Masyaa Allah, Maryam khusyuk sekali belajar nya. Semangat nak". Ujar ustadz itu kepada maryam. Maryam hanya menganggukan kepala dengan pelan seraya tertawa kecil.

"he he terimakasih ustadz, insyaa Allah semangat terus kok". Jawab Maryam pelan.

Ustadz tersebut penasaran dengan buku yang sedang dibaca oleh maryam, sehingga uatadznya membalikkan sampul buku itu. Ustadz tersebut tampak terkejut saat melihat buku yang dibaca oleh maryam.

"ku rengguk cinta dari syurga". Itulah judul buku yang sedang dibaca oleh maryam yang ternyata novel, bukan buku pelajaran.

"ya Allah maryam, ini buku novel. Bukan buku pelajaran maryam. Belajar sekarang ini ujian semester bukan mainan, coba lihat teman-teman kamu. Mereka belajar, supaya nilai mereka bagus. Jangan salahkan orang lain dan guru kalau seandainya maryam tidak mendapatkan juara lagi dikelas". Ujar ustadz dengan nada sedikit membentak kepada maryam.

"he he iya ustadz. Tapi, maryam uda belajar kok ustadz". Jawab maryam pelan.

"carilah waktu yang tepat, ini waktunya belajar. Baca buku novel itu saat sedang bosan". Ujar ustadz itu lagi.

"iya ustadz, maafin maryam. Tapi, maryam membaca novel ini sekarang karena maryam lagi bosan". Jawab maryam santai, yang membuat ustadznya hanya menggelengkan kepala lalu pergi meninggalkan maryam.

Maryam terlihat tertawa kecil saat itu, lalu masuk menuju kelasnya.

" oh iya de". Ujar maryam kepada khadijah, sambil mengelus kepala adik nya itu.

"sudah pulang nak, silahkan istirahat kemudian makan ya. Abi dan adikmu baru saja selesai masak makanan kesukaan kakak". Ujar ayah maryam tersenyum, ustadz Ahmad nama yang terkenal dikalangan masyarakat itu adalah ayah maryam sendiri.

"baik abi, terimakasih banyak abi, adek. Maaf ya maryam merepotkan". Ujar maryam berwajah sedih.

" tidak nak , lagian hari ini kan abi dan adek lagi libur, jadi ga ada kerjaan". Jawab ayah maryam tersenyum.

Maryam tersenyum kearah adik dan ayah nya, kemudian langsung mengambil nasi goreng sosis yang di taburi suwiran ayam itu lalu menyantapnya dengan lahap.

"masyaa Allah, maryam suka sekali sama nasi goreng ini". Ujar maryam melanjutkan suapan nasi nya.

"tapi sayang, umi masih di pakistan. Jadi masih ada yang kurang, kira-kira umi kapan pulang bi?".

"iya bi, umi kapan pulang dari pakistan? Khadijah rindu banget sama umi". Ujar maryam dan khadijah dengan wajah manyun.

Ayah maryam berdiri dari sofa dan duduk dilantai di samping maryam dan khadijah, lalu memeluk kedua anaknya.

"masyaa Allah anak-anak abi, abi tau kalian pasti rindu banget sama umi. Tapi, umi harus menyelesaikan kontrak kerjanya disana nak. Insyaa Allah, sekitar empat bulan lagi umi pulang kok". Ujar ayah mereka dengan tersenyum.

Maryam dan khadijah memeluk ayah nya, kerinduan mereka terlukis jelas diwajah mereka yang sendu.

Ibu mereka adalah seorang dokter sukarelawan yang sekarang sedang berada di pakistan. Peperangan antara india dan pakistan kembali terjadi,sehingga banyak korban yang harus  di berikan pertolongan.
Menjadi seorang sukarelawan adalah pekerjaan yang sangat mulia bagi ibu maryam dan khadijah.

"Bekerja menyelamatkan nyawa manusia atas izin Allah, tanpa ada upah dan pamrih adalah pekerjaan yang mulia disisi hati dan jiwaku. Jadi, selama aku masih hidup dan mampu, aku akan tetap ikhlas untuk menjadi seorang dokter sukarelawan". Ujar ibu maryam dan khadijah kepada suami nya.

Saat itu, ayah mereka berusaha melarang ibu mereka untuk berangkat ke paksitan. Namun, sebab keteguhan hatinya, akhirnya ayah mereka pun mengizinkan istrinya untuk pergi ke pakistan.

Ibu maryam berhati mulia itu, bernama 'Aisyah.

Maryam mencintai ibu, ayah dan adiknya dengan tulus. Hatinya mengikuti alur keluarganya saat alur dan tujuan itu benar dan berada dijalan Allah. "bernilai pahala meski tak mendapat harta, jika itu suatu kemuliaan maka aku akan tetap memeluk dan menggenggam erat padanya". Itulah kata-kata ibu nya yang selalu terngiang di ingatannya, sehingga menjadikan dirinya pribadi yang lebih ikhlas, Qana'ah dan menerima apa adanya dengan usaha yang maksimal tanpa menyerah.

Maryam sosok gadis yang kuat, di balik sifat nya yang terkadang kekanak-kanakkan. Maryam juga terkadang bisa menjadi dewasa saat suatu masalah yang ia hadapi adalah ajang mendidik dirinya agar menjadi dewasa.

#bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cahaya Diatas Al-hudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang