Paginya, Arka malah semakin uring-uringan. Arka lelah dengan pikirannya sendiri.
Satu sisi ia tidak ingin peduli, namun sisi lainnya dan mungkin lebih mendominasi, Arka ingin tau tentang Nana. Keadaannya, penyebabnya, atau apapun. Tapi jangankan itu. Bahkan untuk tau dirumah sakit mana Nana berada saja Arka tidak tau. Ingin bertanya pada Rissa semalam Arka tidak sempat karna Rissa sudah pergi duluan saat Arka masuk kerumah dan mencari mamanya, dan itupun tidak membuahkan hasil karna ternyata mamanya sedang keluar kota.
Arka makin kesal
Sepanjang jam kuliah itu, Arka habiskan diam saja mengabaikan semuanya termasuk dosen yang sedang mengajar, Ara dan Nadia yang memang telah mengenal Arka dari lama pun telah paham bahwa diamnya Arka adalah pertanda bahwa pria itu sedang menahan kesal. Mengindari orang-orang yang berpotensi membuat emosinya terpancing lebih dalam.
"Lo kenapa sih? Kalo ada masalah tuh ngomong. Siapa tau kita bisa bantu" Ara mengangguk setuju dengan ucapan Nadia, kelas bu rahma baru saja usai dan kelas sudah riuh karna semua orang seakan berebutan keluar kelas.
"Gak papa" jawaban Arka membuat Nadia mencibir
"kayak cewek aja lo!" hardik Ara kemudian, membiarkan Arka keluar kelas tanpa kata. Lalu apa? Nadia dan Ara tentu tidak ingin memaksa, sudah jadi kebiasaan dimana Arka akan menyelesaikan masalahnya sendiri, melarang orang lain untuk ikut campur, meminta tolong jika benar-benar sudah tidak sanggup. Memang sudah mendarah daging pada Arka.
Di perpustakaan luas dan sepi Arka mengambil ponselnya, mencoba membuka aplikasi pesan berbasis internet guna mengecek apakah mamanya sudah membalas pesannya atau belum.
Nyonya: dirumah sakit sejahtera, makanya jadi orang jangan cuek banget. Anak tetangga sakit kamu gak tau kan. lain kali kalo ngomong juga jangan pedes-pedes banget dong, itu Nana ampe sakit dengerin kamu ngomong!
Panjang sekali, padahal Arka hanya bertanya dirumah sakit mana Nana dirawat. Tapi mamanya bahkan sekalian mengomel lewat pesan. Arka menimbang, perlukah dia kesana? Tapi untuk apa? Arka tidak punya pengalaman soal yang seperti ini. Pacarannya dulu tidak ada yang seperti ini, dan lagi pula Nana kan bukan pacarnya.
Arka mendial nomor Ara, ia perlu meminta nasehat. Kenapa ke Ara? Karna nadia pasti akan menertawakannya dan lagipula Ara sudah kenal Nana
halo epribadih!
"Gue mau serius, lo gak perlu bertele-tele jawabnya. Langsung ke inti aja. Paham?"
Hening sebentar, Arka tau Ara sedang bingung sekarang.
ok
"Nana sakit, gue bingung mau jenguk apa enggak. Sedikit merasa bersalah juga karna terakhir kali ketemu, gue kayaknya bikin dia sedih" kata Arka super to the point
Ya jenguk kalo gitu, mungkin habis liat lo dia jadi sembuh
"Gak mungkin, kasi gue alasan yang masuk akal" Ara menghela nafas, susah memang bicara dengan jomblo berdebu macam Arka.
jangan mempersulit diri deh Arka, kalo lo merasa lo mau jenguk ya jenguk aja. Kalo gak juga gak usah asal lo gak nyesel setelah itu. fix Arka, lo suka sama Nana
Suka?
Baru suka, suka kan belum tentu cinta. Dan Arka masih merasa ia hanya mencoba menerima Nana saja. Ia merasa bersalah karna bersikap terlalu kasar pada Nana. Itu yang Arka pegang
"Kalo gue gak mau jenguk, kenapa lo bisa tau gue bakalan nyesel?"
Kalo lo gak mau jenguk, lo gak bakalan repot-repot nelpon gue. Wake up Arka! Kemana otak cerdas lo?! Masa tiba-tiba gak guna
***
Arka memandang ruang rawat inap Nana sudah sejak satu menit lalu, Arka tidak tau apa ini sudah benar atau belum. Kenapa ia harus khawatir? Kenapa ia merasa perlu melihat Nana dan memastikan sendiri kondisi gadis itu? Kenapa?Arka tidak punya jawabannya
Menghela nafas panjang, Arka memberanikan diri mengetuk pintu hingga Rissa menyambut nya dengan keheranan.
"Arka?" Arka tersenyum tipis, kalau saja mamanya bisa diajak kerja sama kejadian ini tidak akan terjadi. Kalau saja mamanya bilang diawal dan mengajak serta Arka menjenguk Nana, kecanggungan sekarang tidak akan ada.
"Sama siapa kesini?" Arka dalam hati berusaha bersabar, tujuannya hanya ingin melihat Nana sebentar lalu pulang. Sesi mengobrol begini tidak ada dalam planning yang sudah ia susun.
"Sendiri tante, maaf saya baru bisa datang sekarang" Rissa tersenyum, membuka pintu lebih lebar.
"Gak papa, ayo masuk" Arka mengangguk singkat, pemandangan pertama adalah Nana yang sedang tertidur lelap dengan infus di tangan kanannya.
"Nana baru abis minum obat, jadi sekarang ketiduran" suara Rissa memelan, ia menatap Arka yang memandang lurus kearah Nana.
"Kata dokter Nana kecapean, akhir-akhir ini emang Nana lagi banyak tugas. Kan bentar lagi memang ujian" Arka bersyukur Rissa memberitahu tanpa perlu Arka bertanya.
"Mama saya udah kesini?" Rissa mengangguk mengiyakan
Mama bener-bener dah!
"Kamu mau ngobrol sama Nana, biar tante bangunin" Arka menggeleng, mau mengobrol apa dengan Nana? Arka tidak siap. Mungkin lain kali atau saat Nana sudah pulang kerumah.
"Lain kali aja tante, biar Nana istirahat dulu. Saya mau pulang aja"
"Kok cepet banget?" tanya Rissa mengikuti Arka yang sudah berjalan menuju pintu.
"Iya, masih ada kelas" Arka bolos di kelas kedua demi bisa menjenguk Nana. Satu sisi Arka menertawakan dirinya yang enggan bersabar, tapi sisi lainnya ia merasa lega karna bisa melihat Nana baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?