H a p p y R e a d i n g !
Audrey Bianca Dominic, salah satu siswi di SMA Nusa Bangsa yang berparas rupawan dengan darah Indonesia dan Belanda yang diwarisinya dari sang Ayah: Abram Sam Dominic.
Hidungnya yang mancung dengan shape yang tajam serta kulitnya yang lebih putih dari teman-temannya semakin mempertegas keturunan bule yang dia miliki. Ditambah dengan bola mata coklat dan rambutnya yang sedikit bergelombang yang membuatnya terkesan manis.
Jika dia punya lucky yang bagus di bagian rupa, maka tidak dengan nasibnya. Seperti yang tengah dilakukannya sekarang ini; bersih-bersih Perpustakaan yang dekilnya luar biasa ampun.
Sambil berkacak pinggang dengan tangan kanannya dan tongkat sapu di tangan kirinya, Audrey menatap malas ke dalam Perpustakaan yang baru saja dia buka pintunya. 2 kata yang mampu mendeskripsikan keadaan Perpustakaan itu: Debu Dan Berantakan.
Ya, kedua hal ini sudah seperti teman dekat bila sudah di Perpustakaan.
"Wah parah nih, bu Nina beneran nyuruh gue buat ngebersihin ini semua?, mana kotor banget lagi. Nih orang semuanya pada baca buku kesini atau tawuran sih, kok bisa gitu ya buku berserakan sampe ke lantai gini. Bisa-bisa gue encok nih pulang dari sini. Ah bete bener dah." Omel Audrey sendiri di Perpustakaan meluapkan kekesalannya.
Dengan malas, Audrey pun mulai menata buku-buku yang berserakan di lantai. Untuk menghilangkan rasa malasnya, sesekali dia bernyanyi pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. Takut saja bila ada yang mendengarnya bernyanyi. Padahal suaranya merdu, namun bakatnya itu selalu ia sembunyikan dari orang-orang yang menurutnya tidak perlu tahu.
Ya, hanya orang kedua sahabatnya saja yang tahu bakatnya itu.
"I still remember the third of December, me in your sweater..
You said it look better on me that it did you.. Only if you knew.. How much I liked you, but I watch your eyes as she walks by..
What I sight for sore eyes..
Brighter than the blue sky,
She's got you mesmerised..
While I die.. Why would you ever kiss me? I'm not even half as... habis itu apaan yak, lupa gue." Katanya pada dirinya sendiri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Audrey tak sadar ternyata ada seseorang di balik rak yang mulai dari tadi menikmati suara merdunya.Setelah ia selesai berkutat dengan buku dan rak, ia pun bergeser ke lorong sebelah, tepatnya lorong paling belakang untuk mengecek siapa tahu ada buku-buku yang masih berserakan. Namun yang dia dapati hanyalah dua buah bola basket yang ada dalam keranjang di sudut ruangan.
Bagus deh, aku tinggal nyapu doang, batin Audrey.
Kemudian Audrey bergegas menyapu ruangan itu agar pekerjaannya cepat selesai, dan ia bisa cepat masuk kelas. Hari ini adalah jadwal kelasnya untuk pelajaran Olahraga, mata pelajaran yang paling disukainya karna para murid mempunyai waktu istirahat yang lebih awal dan lama. Sebenarnya Audrey tidak terlalu pintar dalam hal ini, namun setidaknya ia tak semanja teman-teman perempuannya yang punya beribu alasan saat disuruh praktik.
Setelah ia rasa selesai, ia pun menyimpan sapunya ke sudut ruangan tempat sapu itu tadi dia temukan bersama kedua bola basket yang dia lihat tadi. Namun saat dia mengembalikan sapu itu, dia merasa ada yang janggal dengan keranjang bola basket yang ada disitu. Bola basket itu hanya ada satu, padahal tadi Audrey yakin ia tak salah melihat ketika ada dua bola basket yang ia tinggalkan sebelum menyapu ruangan itu.
Audrey mengerutkan dahinya sejenak memikirkan kemana bola basket itu pergi. Namun ia kemudian mengangkat bahunya pertanda dia tidak peduli lagi dengan bola basket yang tinggal satu itu. Audrey bergegas meraih kunci dari atas meja paling depan di ruangan itu lalu beranjak pergi untuk segera menemui sahabat-sahabatnya.
Sebagai penghargaan pada author, mari tinggalkan jejak kalian dengan vote, comments, dan share jika kalian ingin cerita ini dibaca banyak orang.
Thank you for attention!#lovefromauthor
KAMU SEDANG MEMBACA
AudReon
Teen FictionReondra Alvaro Harjadijaya dan Audrey Bianca Dominic, dua insan yang saling menutupi rasa. Sama-sama menepis dengan tak sengaja karna keadaan yang tercipta di sekitar mereka. Awalnya tak ada yang mengira, karna perbedaan yang mereka punya cukup jau...