"Ini gimana caranya kita lawan mereka gelap-gelap gini?" ucap Lyn mulai panik.
Mereka mundur perlahan. Tiba-tiba, Shella menginjak sesuatu. Ia mengarahkan senternya ke arah kakinya dan menemukan beberapa balok kayu bekas renovasi yang tidak sempat dibuang.
"Teman-teman! Kita pake ini sementara" ucapnya.
Mereka mengambil beberapa balok kayu itu dan mengambil posisi melingkari Shella. Satu per satu makhluk mengerikan mencoba menyerang mereka, namun Shella yang gerak cepat dapat mengarahkan senter dengan baik sehingga pukulan teman-temannya tidak meleset.
"Mamam tuh, rambut sapu ijuk!" ejek Amanda sambil mengayunkan balok kayu ke arah kuntilanak yang menyerangnya.
Mereka tetap berusaha keras untuk mengusir makhluk-makhluk itu menggunakan balok kayu, tanpa menyadari bahwa itu semua merupakan jebakan agar membuat mereka tidak fokus dan kewalahan.
"Gila ini gila! Kalo gini terus-terusan, bukan mereka yang berkurang tapi tenaga kita yang habis!" ucap Vita dengan nafas tersengal-sengal.
Lama kelamaan, mereka semua mulai kewalahan memukul satu per satu makhluk yang tidak kunjung berkurang. Bahkan Shella pun mulai pusing karena harus mengarahkan senternya dengan cepat ke arah yang berbeda-beda.
"Ayo semuanya fokus! Aku tau pasti kalian capek, aku juga! Tapi kita gak boleh nyerah, gak sekarang!" teriak Shella.
Beberapa menit kemudian, Nova menyadari ada yang aneh. Makhluk-makhluk itu mendatangi mereka seolah-olah hanya ingin mengerubungi meteka, bukan menyerang. Di sisi lain, Shella menyadari bahwa senternya mulai meredup perlahan-lahan.
"Teman-teman, ini bukan hal yang bagus" ucapnya gugup.
Sekitar mereka mulai menggelap.
"Masa kita mati secepet ini sih?!" omel Meisya frustrasi.
"Denger ya, semua! Entah setelah ini kita mati atau gimana, AI LOP YU MUACH" teriak Sarah.
"Gausah malu-maluin bisa?" ucap Loly yang sudah lelah dengan tingkah sahabatnya.
Sesaat setelah itu, senter yang dipegang Shella mati dan ruang musik menjadi gelap gulita. Jantung mereka berdetak dengan cepat sambil menunggu bagaimana nasib mereka selanjutnya.
Hening.
Terlalu hening sampai hanya nafas gugup mereka yang terdengar.
"D-Dingin" ucap Mile pelan.
"K-Kalian masih ada senter HP kan?" tanya Shella.
"A-Ada sih... Tapi gak tau sekarang HPku dimana, kak" balas Kayla.
"A-Aku ada"
Meisya menyalakan senter HPnya dan mulai mengarahkan cahaya senter itu ke temannya satu per satu. Dalam hati dia gugup dan mulai takut karena 'udaranya' sangat dingin hingga bulu kuduknya berdiri. Ditambah lagi situasi yang gelap dan sunyi ini.
"K-Kok cuma dua belas?" tanyanya.
Hihihi~
Meisya yang mulai gemetar pun memberanikan diri untuk mengarahkan cahaya senter ke ujung ruangan sumber suara. Ia menemukan Aresya yang mematung melihat mereka.
"HUWA! KAGET! Ngapain lo disitu?"
Aresya hanya diam memasang raut datar. Kemudian, ia menunjuk ke arah kiri. Meisya yang bingung pun langsung mengarahkan senternya ke arah yang ditunjuk Aresya tanpa berpikir panjang.
"AAAKKKH!" pekiknya.
Ia menemukan Ajeng yang tiba-tiba muncul di belakang Mile sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang sudah hancur dan berdarah-darah.
Pupil hitamnya yang berubah menjadi dua buah titik. Kulit yang terlalu pucat, rambut terurai berantakan, kebaya sobek-sobek, dan wajah yang hampir hancur.
Karena terlalu kaget, Meisya tidak sengaja menjatuhkan HPnya. Dengan cepat, ia segera mengambil HPnya meskipun dalam keadaan gemetaran.
"S-STOP!" pekik Meisya saat teman-temannya yang lain mencoba membantunya mengambil HP.
"B-Biar gue"
"D-Di belakangku t-tadi ada apa?" tanya Mile gugup.
Tak lama setelah itu, lampu lorong dan salah satu lampu ruang musik yang tidak pecah mulai nyala satu per satu. Mereka langsung menoleh ke arah ujung ruangan tempat Aresya terakhir kali terlihat.
Tidak ada siapa-siapa.
Meisya yang gemetaran pun jatuh terduduk.
Deg deg deg deg deg deg deg deg
Jantungnya berpacu sangat kencang.
"K-Kunti sialan! E-Entah berapa kali dilihat juga t-tetep nyeremin" ucapnya pelan sambil gemetaran.
"Tadi... ada Ajeng, ya? D-Di belakangku" tanya Mile.
Meisya tidak menjawab karena tidak ingin membuat adik kelasnya itu semakin ketakutan.
"Gaada apa-apa, Mil. Mungkin Kak Mei terbawa suasana aja" ucap Deye menenangkan.
"T-Tapi..."
"Udah, daripada mikirin itu mending sekarang kita mikirin gimana cara nemuin Aresya"
Lonceng berbunyi menandakan bahwa permainan hari pertama telah selesai. Dan mereka telah kehilangan dua orang, waw.
"Hari pertama selesai, lebih baik kita istirahat dulu terus lanjut cari Kak Ara sama Eca nanti" ucap Nova.
"Lo kayaknya tau banyak ya tentang aturannya" sindir Bii halus.
Nova tersenyum simpul.
"Kayaknya masih kalah sama kakak" balasnya.
*****
Kembali ke kelas 04.
Beberapa adik kelas sudah tidur, menyisakan kakak-kakak kelasnya yang masih terjaga.
"Vit, lo gak tidur?" tanya Meisya.
"Lo sendiri?" tanya Vita balik.
Setelah itu hening. Semuanya terlarut dalam pikiran masing-masing.
Shella duduk sambil memeluk lututnya. Dalam hati, ia masih menyalahkan diri sendiri. Andaikan saja saat itu ia tidak membuka pintunya. Andaikan saja ia tidak penasaran, dan 'andaikan' lainnya. Namun, menyesal sekarang sudah terlambat. Toh nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, ia harus fokus mencari jalan keluarnya.
Namun terkadang ia merasa aneh, karena ia tidak biasanya memiliki keberanian untuk mengikuti rasa penasarannya. Seakan-akan ada sesuatu yang menariknya mendekati pintu itu.
"Shell, lo gapapa?" tanya Bii.
"Hah? Oh, gapapa..."
"Mikirin apa kok serius banget?"
"Bukan apa-apa, cuma lewat aja kok"
"Hmm ok, kalo ada apa-apa jangan disembunyiin"
"Iya, makasih"
Waw hai wkwkwk
Ada yang kangen book ini?
Gila udah brp lama terakhir kali update. Sampe ketemu bulan depan~ canda
Sorry klo chapter yang ini rada gimana gitu :" Dah lama gak nulis jadinya agak aneh trus gak pede juga hehe
Thankyou buat yang setia nungguin meskipun aku gak konsisten banget hiks
Kita udah setengah jalan ges /prok prok prok
See yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
among us | the bengekers
Mystery / ThrillerSiapa yang bisa dipercaya? [VERY SLOW UPDATE] . . . . Didedikasikan untuk kawan-kawan bengek-ku :) Non bengekers juga sangat dipersilahkan untuk baca kok Enjoy~