1

130 17 2
                                    

Aku menatap sepasang pengantin di depan sana yang tengah tersenyum bahagia sambil menyalami para tamu undangan dengan jengah, lalu melirik ke arah kursi ibu ibu yang ada di sebelahku yang tengah bergosip soal perhiasan yang mereka kenakan.

Ini pesta pernikahan saudara sepupu ku yang usianya 5 tahun lebih muda dari pada ku, untuk yang sebaya ku semua sudah menikah dan sudah punya buntut, dan tentu saja aku gak masalah dengan itu.  Tapi ada satu masalah yang membuat aku sebal harus datang ke acara pernikahan sepupuku sendiri, harusnya hari ini aku pergi ke jepang untuk ikut Exhibition, Asia Corridor Contemporary Art Exhibition di Kyoto, yang akan berakhir 2 Hari lagi ini terpaksa gagal karna dipaksa menjadi bridesmaids Eva sepupuku ini, padahal konten Exhibition ini bisa jadi konten menarik di blog travel ku, belum lagi untuk inspirasi desain desain Buku yang akan aku terbitkan.

"Ini Mbak melonnya," Satria adik sepupuku menyerahkan sepiring melon kepada ku, aku tersenyum berterimakasih

Aku langsung mengambil melon dan memasukannya kedalam mulut, sebelum melon itu masuk kedalam mulut ku, suara ibu sayup sayup terdengar memanggilku sambil melambaikan tangannya.

"Fei, sini," panggil ibu membuat ku terpaksa membatalkan memakan melon, dan pergi menghampiri nya.
Saat aku menghampiri ibu, seorang wanita sebaya ibu, dan seorang lelaki jangkung yang sepertinya usianya tidak jauh berbeda dengan ku.

Cakep juga.

berdiri di depan ibu, aku langsung tersenyum ramah. oh I see, aku tahu maksud ibu, pasti ia ingin memperkenalkan ku pada kolega kolega nya Lagi, iya lagi, karna baru 2 jam acara ini di mulai terhitung ada 4 anak koleganya yang diperkenalkan kepadaku, dan diusia ku yang sudah dewasa dan dengan status single ini, perkenalkan- perkenalkan itu bukan hanya sebatas formalitas kesopanan, atau agar dapat menjadi teman, tapi sebuah cara untuk menggaet pasangan.

Tapi kalau sama lelaki di depan ku ini gak apa apa deh, ini calon potensial untuk di gaet menjadi pasangan hidup.

"Fei kenalin ini teman ibu, tante Nami, ini anaknya Kendra" ibu memperkenalkan temannya, aku pun mengalami dengan sopan kedua orang tersebut.

"Fei," ucap ku sambil menjabat tangannya.

"Kendra," suara nya ringan tapi bikin nervous.

Kini Mata kami bersitatap, jantungku berdetak cepat, bahkan membuat ku susah untuk menelan ludah Sendiri, aku yakin muka ku pasti memerah.

"Fei bisa temani Kendra? Tante mau bicara dulu sama ibu kamu," permintaan tante Nami membuatku meringis lalu melirik anak lelakinya, hei, dia bukan anak kecil lagi, Masa iya harus di temani? Lagi pula gak akan ada yang mau menculik lelaki itu, kecuali aku kalau terus terusan jomblo!. tapi aku hanya bisa mengangguk.

"Ma, gausah di temani juga, aku bisa Sendiri, Fei nya takut ada urusan lain," ucap Kendra

Tante Nami menatap ku, "Fei enggak kemana Mana kan?," Tanya nya, aku sontak menggeleng.

"Nah Fei nya gak kemana-mana, temani Kendra ya Fei,", ucap tante Nami sambil menepuk tangan ku.

Aku balas mengangguk, ibu menyunggingkan senyum begitu mata kami bersitatap lantas pergi dengan dan tante Nami meninggalkan ku dan Kendra yang tersenyum canggung

"Kamu gak mau salaman dulu sama penggantinya?," Tanya ku sambil menunjuk pasangan di atas pelaminan dengan tatapan mata.

"Gak kenal sama pengantinnya," ucapnya singkat, aku hanya ber oh ria.

Aku langsung berjalan kembali kearah kursi yang tadi ku duduki disusul Kendra yang mengisi kursi kosong di sebelah kiri ku

Aku kembali memakan melon ku dengan berusaha tenang, sambil menatap seorang penyanyi yang tengah bernyayi di depan Sana, "lo gak inget sama gue ya?," Tanya nya membuatku menoleh kearahnya dan spontan menggeleng, aku Tak pernah merasa pernah kenal dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DepartureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang