Beautiful Destiny

523 53 1
                                    

"Phuwintang ?!"

Sapaku sekaligus tanya pada seorang lelaki yang duduk sendiri disudut ruangan salah satu cafe. Pandangannya tertuju keluar kaca, entah apa yang dilihatnya. Seperti merenungi sesuatu.

Lelaki itu menoleh, matanya sedikit membulat seakan terkejut melihatku. Detik kemudian dia mengangguk dan tersenyum.... Manis. Ku akui dia sangat tampan dan cantik di wakttu bersamaan. Hatiku saja berdesir saat matanya beradu tatap dengan mataku.

"Pond Naravit" ucapku sembari menjulurkan tanganku, dia menyambut tanganku dan bersalaman. Lembut. Itu yang aku rasakan saat tangannya bersentuhan dengan tanganku.

"Silahkan duduk, Kak" pintanya setelah melepas tanganku. Aku tersenyum lalu duduk berhadapan dengannya.

Mataku tak bisa lepas dari memandangnya. Ciptaan Tuhan yang sangat sempurna, gumamku. Tanpa ku sadari seorang pelayan sudah berdiri di meja kami. Aku pun memesan minuman untuk diriku sendiri, karna Phuwin sudah mempunyai minumannya sendiri

"Apa kau tahu maksud pertemuan ini ?!" Tanyaku memecah kecanggungan. Aku masih menatapnya

"Iya Kak, Mama sudah mengatakannya" jawabnya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.

"Lalu... Bagaimana menurutmu ?" Tanyaku lagi. Aku ingin tahu bagaimana pendapatnya tentang perjodohan ini.

Mama memintaku untuk berkenalan dengan putra temannya. Walaupun aku sadar betul Mama ingin menjodohkanku, tapi aku tidak keberatan selama Mama tidak memaksaku dan keputusan tetap ditanganku.

"Aku tidak keberatan jika Kakak menerimanya, tapi aku juga tidak masalah jika Kakak menolaknya" dia menjawabnya tanpa ragu. Dan senyuman ituu... Oh shit, hatiku berdegup.

"Kau ingin bertunangan dulu atau langsung menikah ?!" Tanyaku tak tahu malu. Yang ada di otakku hanya ingin memilikinya secepatnya.

Phuwin tertawa mendengar pertanyaanku, membuatku salah tingkah.

"Apa Kakak selalu to the point seperti ini ?" Tanyanya, mengerling indah. Aku tersenyum malu.

"Aku hanya ingin memastikannya dan tak mau bertele - tele" jawabku beralasan.

Phuwin terdiam sejenak. Dia memperhatikanku, seolah mencari kebenaran dari mataku. Tentu saja aku tidak bohong, aku ingin memilikinya segera.

"Terserah Kakak, aku akan mengikuti semua keputusan Kakak" jawabnya setelah sekian detik menatapku. Lampu hijau sudah menyala didepanku, :)

"Kalau begitu ayo kita menikah !"

Aku tidak tahu bagaimana otakku memproses kata - kata itu sehingga keluar begitu saja dari mulutku. Namun dapat kupastikan itu tak bertentangan dengan hatiku.

Mata Phuwin membulat sempurna saat kata itu aku ucapkan. Mungkin dia sedikit terkejut, tapi setelahnya dia tersenyum, dan membalasnya dengan anggukan.

Sejak pertama kali melihatnya beberapa menit yang lalu, pikiranku sedikit melayang. Wajah tampan sekaligus cantik Phuwin membuat jantungku berdetak lebih cepat. Senyum manisnya membuat hatiku bergemuruh, sel - sel otakku memerintah untuk segera memilikinya. Aku menyukainya sejak pandangan pertama, ah bukan... Aku jatuh cinta.

Beberapa minggu setelah pertemuan itu, aku langsung menikahinya. Mengucap janji suci didepan Tuhan, saling mencintai dan saling menjaga sehidup semati. Aku memang tidak mengenalnya lebih jauh, tapi aku yakin dia adalah pilihan Tuhan untukku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PONDPHUWIN (ONE SHOOT)Where stories live. Discover now