Dingin

350 51 9
                                    

Pagi itu Levi Ackerman menyeruput tehnya dengan tenang, ditemani sepiring telur matasapi dengan sosis, bacon dan kacang merah sebagai sarapannya. Sebelum dua bocah yang berstatus sebagai anak angkatnya itu memasuki apartemen dengan penampilan yang kusut. Ini senin pagi dan mereka datang terlambat.

Levi sendiri tidak memiliki rutinitas spesifik, lelaki 36 tahun itu hanya memantau perkembangan bisnis online yang sudah ia bangun sejak 6 tahun yang lalu. Kini bisnis yang ia kelola itu sudah berkembang pesat bahkan orderan yang datang dari luar negeri dan ia memiliki ratusan pegawai di gudang logistik yang akan mengerjakan seluruhnya dengan beres. Levi selaku founder dan CEO hanya akan duduk santai menggoyangkan kaki sambil menyeruput teh hitam hangat dan bekerja dari rumah.

"Eren, gunakanlah kamar mandi duluan."

"Tidak perlu. Aku mandi di kantor saja."

Eren langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu cukup keras. Mikasa terdiam kaku ditempatnya, dan Levi memperhatikan kelakuan mereka yang pagi ini tampak berbeda. Biasanya dua bocah itu akan datang dengan berisik, entah Mikasa melakukan sesuatu dan Eren akan mengatakan padanya kalau dia bisa melakukannya sendiri lalu mereka akan berdebat kecil dengan berisik.

Dimata Levi Eren dan Mikasa tampak selalu seperti dua orang bocah dengan kekeraskepalaan dan keegoisan yang masih sama seperti pertama kali ia menampung dua anak itu.

Waktu-waktu pertama kehilangan kedua orangtuanya, Eren menjadi bocah sensi yang tidak bisa disenggol, emosinya menjadi sangat tidak stabil dan ia akan mudah marah pada siapapun yang mengusik atau mencoba mengajaknya bicara, bahkan sesekali ia juga membentak Mikasa yang mencoba menenangkannya. Eren jadi seperti kucing sensitif yang sedang jetlag karena berganti majikan.

Menginjak umur 15 tahun, Levi harus mendidiknya dengan sedikit lebih serius, Eren diusianya saat itu lebih sulit dikontrol perkembangannya. Ia sering membolos dari sekolah dan hampir selalu pulang dengan keadaan babak belur karena berkelahi, Mikasa juga selalu mengikuti Eren dan mencoba membujuknya sehingga akhirnya gadis itu juga ikut-ikutan membolos dan terlibat perkelahian karena berusaha melindungi Eren.

Satu-satunya teman akrab yang dimiliki Eren dan Mikasa hanyalah Armin, seorang murid pentolan yang pandai dan sering membela mereka didepan para guru jika Eren terlibat masalah. Levi sering mendapat surat panggilan akibat Eren yang selalu mengulah dan Mikasa yang selalu ikut terlibat, lalu mereka mendapat julukan si kembar onar.

Diumur 17 tahun Eren, Levi mendidiknya tanpa ampun. Jika sebelumnya Levi masih mau berkomunikasi dan bicara dengan tenang, maka tidak lagi. Eren dan Levi akan bicara dengan saling menyumpalkan bogeman-bogeman satu sama lain. Meskipun fisik Eren tangguh, namun sikap labil dan kekanakannya yang mudah tersulut emosi menjadikan perlawanannya mudah dilumpuhkan oleh Levi. Dimata lelaki mungil itu, Eren tak ubahnya seorang bocah yang mencari perhatian dan sedang puber.

Mikasa selalu ada disana merawat luka-luka mereka jika mereka selesai adu jotos akibat kekeraskepalaan Eren. Kegiatan 'orangtua-anak' itu terus berlanjut hingga Eren mencapai usia 20, agaknya lelaki itu mulai memikirkan tentang masa depannya setelah ia menjadi pengangguran beberapa waktu setelah kelulusannya. Mikasa langsung diterima bekerja sebagai karyawan magang di Hizuru, lalu Eren yang masih menganggur merasa tidak terima jika Mikasa melampauinya seperti ini. Dengan ambisi yang seumur jagung, Eren berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai salah satu tim supervisor atas bantuan Levi yang mengenal dekat pemilik hotel tersebut. Kinerja Eren yang meningkat dengan pesat membawanya kepada jabatannya saat ini yakni sebagai front office manajer. Dengan begitu Bujangan tua itu bisa sedikit lega dan merasa cukup berhasil mendidik dan membesarkan anak-anak itu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Mikasa pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan untuknya dan Eren karena Levi sudah sarapan lebih dulu. Ia meletakkan dua piring menu sarapan serupa seperti Levi dan dua cangkir kopi yang setiap pagi biasa ia siapkan. Lalu gadis itu membersihkan diri dan bersiap-siap.

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang