Drabble

27 0 0
                                    

Pertemuan itu berlangsung di sore hari pada musim dingin di Seoul. Luhan memasuki salah satu kedai kopi dengan nuansa Eropa yang sangat kental.
Setelah ia memesan, tak sengaja matanya menangkap salah satu wanita yang sedang sibuk menekuni pekerjaannya.

"Jee!" panggil Luhan.

Jee yang baru saja mengantar pesanan kopi di meja nomor 12 menghampirinya.

"Ada apa, Lu? Pesananmu belum selesai." jawabnya.

"Bukan itu maksudku memanggilmu. Kau tentu kenal dengan barista di sana, bukan? Siapa namanya?" tanya Luhan.

"Oh, dia Eleanor. Kau menyukainya? Lu, please...kau baru saja datang di kedai ini sekali. Jangan terlalu mudah untuk jatuh cinta." ucap Jee menasihati Luhan.

Jee sudah kenal betul dengan sifat-sifat Luhan--teman masa sekolah menengahnya.

"Ah, aku hanya tanya saja. Bukan orang Korea??" tanyanya lagi.

"Korean. Ibunya orang Amerika-Thailand ."

"Katakan pada hmm--Eleanor, dia yang harus mengantar pesananku." suruh Luhan kepada Jee yang diikuti dengusan keras.

"Baiklah Mr Lu." ucap Jee seraya melangkah pergi menuju meja Eleanor. Eleanor tampak sangat dingin.
Ia hanya mengangguk saja dan ia melihat sekilas meja nomor 7. Tempat dimana Luhan duduk.

Tidak sampai lima menit, Eleanor mengantar pesanan Luhan. Luhan menyambut kedatangannya. Ia tersenyum.

"Hai Ele." panggil Luhan terkesan sok kenal.

Eleanor menaikkan alisnya--sebuah gesture yang bisa diartikan "bagaimana bisa kau tahu namaku"

Eleanor meletakkan kopi pesanan Luhan di meja berwarna coklat madu.

"Ini." ucapnya singkat.

Eleanor sengaja tidak menanyakan bagaimana pria di depannya itu bisa tahu namanya.
Menurutnya, itu hanya memperpanjang komunikasi.
Ele hates it.

"Kau tidak menanyakan namaku?" tanya Luhan sok kenal, lagi.

"Untuk apa?" jawab Ele dingin.

Luhan beranjak dari kursi yang ia duduki. "Astaga, kau ini cantik tapi kenapa sikapmu dingin? Apa karena aku bertemu denganmu di musim dingin, heh?"

Ele hanya menaikkan sisi kanan bibirnya. "Tidak ada hubungannya dengan musim favoritku, Tuan." ucapnya diikuti langkah tegasnya menuju tempat dimana ia bekerja tadi. Eleanor sangat tidak menyukai jika orang yang ia kenal maupun tidak ia kenal menghubungkan sikapnya dengan musim salju.
"Kau boleh membenciku, tapi tidak dengan musim yang indah. Itu dari Tuhan"
Seperti itulah jawaban di hati Eleanor.

"Dasar gadis dingin! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WinterWhere stories live. Discover now