Senjani hanya mahasiswi biasa di jurusan Akuntansi di salah satu Universitas Swasta . Ayahnya bekerja sebagai Satpam di Bank Negeri, Ibunya bekerja menjahit baju dirumahnya.
Jani biasa dipanggilnya juga memiliki seorang adik perempuan bernama Dilla berumur 5 tahun, perbedaan umur yang sangat jauh, Jani sekarang berumur 20 tahun.
Ini cerita mengenai Senjani yang selalu merasa rendah akan dirinya, tapi bukan berarti tidak bersyukur. Dia hanya merasakan sedikit trauma mengenai lingkungan sosial.
Bullying itu faktornya, sejak duduk dibangku SMA Jani sering mendapatkan hal itu, hingga dibangku kuliahpun karena orang yang membullynya dulu ternyata satu kampus dan sialnya satu jurusan juga.
Apa lagi Jani masuk di Universitas Swasta dimana rata rata mahasiswa/i tersebut merupakan orang yang berada. Bersyukurnya Senjani merupakan seorang yang memiliki kepintaran sehingga dia bisa masuk melalui beasiswa.
Secara fisik Senjani memiliki tubuh yang kecil nan mungil,pipinya agak tembeb, matanya sipit seperti kucing, hidung yang mungil, kalau senyum dia sangat manis.
Ahh,, jangan lupa kaca mata bulat selalu menghiasi diatas hidung mungilnya.
Sebagai manusia normal Senjani tentu saja memiliki rasa hasrat terpendam. Dia sangat menyukai seorang pria yang sangat populer waktu di sekolah hingga di saat ini dikampus.
Jangan bilang bilang yah, dari tiga undangan beasiswa kampus ternama yang ada padanya, Universitas Swasta ini yang dipilihnya karena ada pria itu disana.
Namanya Septian Vante T.nama panggilannya Tian atau Vante nama tengah yang katanya berasal dari neneknya yang keturunan belanda. Dia seangkatan dengan Jani.
Karena merasa hanya angan saja, Jani hanya memandangnya diam diam. Jani sangat mengagumi Tian ini. Diantara kelompoknya ada Jeka dan Jibril, Tian ini yang sangat pendiam. Matanya selalu serius menatap buku yang selalu wajib dia pegang. Apa lagi dulu waktu disekolah Tian sempat menjadi Ketua Osis.
Jani biasa bertemu Tian diperpustakaan, kalau lagi pusing memikirkan Neraca yang tidak seimbang, biasanya mata kucingnya akan menyorot ujung perpustakan dekat jendela.
Disana terdapat bagaikan salah satu titisan malaikat tampan disorot matahari sedang serius membaca buku,dari urat urat telapak tangannya disertai jemari yang panjang, mata kucing Jani menjelajah naik ke jakunnya yang kadang naik kadang turun, bibir tipis agak kemerahan pink, hidung mancung, mata yang tajam, membuat Jani tersenyum dibalik bukunya.
"Hari ini kita pacaran"
Tian yang entah dari mana tengah berdiri menjulang didepan Jani yang sedang asik membaca buku. Baru ingin mengeluarkan sepatah kata, Tian berjalan menjauh membuat Jani yang tadinya kaget, menjadi gugup hingga tangannya dingin sendiri.
Dia mendengar ucapan Tian, tapi tidak mengerti maksudnya. Matanya mengelilingi sekitar dengan maksud mungkin bukan dia yang ditemani ngomong. Tapi sayang hanya dirinya sendiri disini. Berfikir rileks dan tenang Jani, meyakinkan kalau Tian hanya mengigau.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjani
FanfictionDia tidak tau jika rasa yang mendebarkan dihatinya ini menjadi sesuatu yang menyayat hatinya paling dalam, bahkan setetes air matapun tidak bisa keluar lagi.