Di sebuah senja dalam penghujung hari pada suatu sore di pantai. Senja itu berdiri sendiri, tanpa siapa yang menyuruhnya untuk terbit ataupun tenggelam, senja yang sangat mandiri. Senja yang penuh hikmat itu bagaikan senja yang paling suci dalam sejarah manusia, senja yang mungkin akan menjadi senja paling senjawi dalam peradaban penuh kekonyolan ini, senja yang paling mungkin di nikmati oleh sepasang kekasih, seperti Aku dan Alita. Senja yang aku harap tak akan pernah tenggelam.
Senja itu kembali membuatku menyatakan cintaku pada Alita sayangku.
"Lihatlah senja itu Alita, senja itu meronta-ronta minta disayang dan diperhatikan. Tapi apa lah dayaku Alita, aku hanya mampu menyayangi dan memperhatikanmu."
"Apa benar kau selalu menyayangi ku? Lalu kemarin disaat aku menunggu mu di tengah-tengah kerinduanku kenapa kau tidak datang. Apa itu yang dinamakan sayang?"
Sial.... Alita masih saja mengingat tantang aku yang sengaja tidak datang agar rindu yang dimilikinya benar-benar matang. Dan aku menculiknya sore itu.
"Alita sayangku, kau tau cintaku bahkan tak dapat dikatakan lewat kata-kata, bahkan ribuan senja sekalipun tak sanggup menahannya. Cinta yang tak muluh-muluk."Alita yang manis dan manja itu hanya terdiam dalam pangkuan pundak ku yang cukup lebar untuk wanita mungil dan manis, manis sekali. Aku mencintaimu Alita.
Senja yang awalnya seperti taburan emas dengan lidah ombak yang merah menggapai-gapai itu mulai menghitam secara perlahan. Senja yang aku sebut senja milih Alita itu perlahan menghilang menjadi malam, tenggelam dalam tumpukan kegelapan. Senja yang awalnya emas digantikan oleh Kilauan bintang-bintang. Aku dan Alita masih di tempat yang sama, masih dengan cinta yang sama. Cinta yang menggebu-gebu, mengalahkan debur ombak bahkan teriakan gadis-gadis pantai itu.Aku dan Alita masih bercumbu mesra dalam balutan senja yang sekarang telah menjadi malam.
"Aku tak ingin beranjak dari bibir manismu Alita"
"Ini sudah malam. Apa kau mau dicekik bang Adri?"
Dering telpon yang bercampur dengan debur ombak di sela-sela kemesraan aku dan Alita yang bertuliskan "Bang Adri" itu sekejap mengheningkan kemesraan kami.
"Alita, cepat pulang. Bundamu sudah mulai marah, jangan sampai di berubah jadi Mak Lampir."
Itulah kata yang bisa aku dengar dari telpon Alita. Bang Adri menyuruh kamu untuk pulang.Mungkin Tuhan sengaja menyisakan sedikit kerinduan untuk ku, agar bisa memupuknya dan bertemu kembali dengan Alita di Minggu selanjutnya.
Kami bergegas pulang, meninggalkan senja yang berubah menjadi malam itu sendiri, tanpa siapa yang menemani. Alita masuk kerumahnya dengan penuh kebahagiaan. Begitu pula aku, bergegas pulang dengan sedikit rindu yang masih tersisa, berharap Minggu depan aku bisa menculik Alita kembali.
Aku tak bisa berhenti memikirkan mu Alita, dengan segala manis dan manja mu. Aku mencintaimu Alita.Kamis, 15 April 2021
De.aridmk
