Sebuah buku dengan sampul berwarna pink yang penuh dengan coretan-coretan membuatku terusik. Bukan karena penampilannya yang terlihat lusuh. tetapi kisah yang ada didalamnya.
Sedikit ragu awalnya saat membukanya. Aku takut kenangan lama itu akan membuat hatiku teriris kembali.
Baru saja membukanya sedikit, sesuatu terjatuh. Dengan cepat aku mengambil benda yang mirip secarik kertas itu.
Seketika jantungku berdegup dengan kencang dan dadaku benar-benar sesak saat melihat isi secarik kertas itu.
Potret ku bersama Peterpan ku dulu.
Dimana gambar ini yang membuatku seolah-oleh kembali di masa-masa itu. Masa indah bersamanya
Peterpan ku.
Haruskah aku mengenangnya kembali?? Karena jujur aku ingin sekali menyimpan kisah ini rapat-rapat. Tapi untuk sementara biarlah kenangan ini aku ingat kembali untuk yang terakhir kali.
Kuharap.
-
-
Segerombolan murid-murid mengerubungi Mading. Terdengar suara gaduh dimana-mana, hanya sebuah berita yang terpampang ditempat itu.
Langkahku terpaksa terhenti, karena salah satu gerombolan itu berdiri tepat didepanku menghalangi jalanku untuk lewat.
"Permisi". Kataku dengan sopan.
Orang itu menyingkir dan kembali dengan dunianya. Memandang dan mengagumi sosok itu.
Aku tak berniat bergabung. Toh aku sudah tau apa yang membuat mereka tertarik seperti itu.
Semua orang menyorotinya, semua orang mengagguminya. Dia adalah bintang paling bersinar yang akan membuat siapa saja tidak bisa berpaling barang cuma sekali.
Alvin Beldiq
Siapa yang tak mengenalnya. Wajah tampan dengan postur tubuh tinggi dan ideal. Jangan lupakan juga otak cerdas yang ia miliki. Siapapun yang baru pertama kali melihatnya pasti akan langsung jatuh hati padanya.
Pesonanya bukan main-main. Hanya sekali senyum semua orang akan terpikat padanya. Dia adalah maha karya tuhan yang nyaris dikatakan sempurna. Baik, ramah, tampan dan juga cerdas dibidang akademik maupun olah raga.
Hampir seluruh penghuni sekolah terutama kaum Hawa menyukainya. Bahkan tak jarang yang menyatakan perasaan padamya secara terang-terangan.
Jadi bukan hal yang tak umum lagi jika melihat ruang kelasnya penuh dengan gadis-gadis yang hampir tiap hari mendatanginya.
Kurang kerjaan bukan??
Tak hanya itu, Ayahnya adalah pemilik sebuah Pusat Perbelanjaan terkenal yang ada dikotaku dan ibunya adalah seorang Presdir dari Majalah Fashion ternama. Tak jarang Alvin mengikuti berbagai macam permotretan sebagai model karena pekerjaan ibunya itu.
Dan wajahnya sangat mendukung tentunya.
Begitu sempurna bukan??
Tapi sayangnya, hal itu tak membuatku menjadi tertarik padanya. Bukan membencinya juga. Aku hanya menganggapnya sebagai makhluk kelewat sempurna, jadi tak pernah sekali pun terlintas dalam pikiranku untuk menyukainya ataupun di sukai olehnya.
Tetap pada garis aman, aku memilih untuk stabil. Tak ingin arus membawaku kedalam harapan palsu yang nantinya akan berakibat fatal pada hati.
Jadi sekali lagi aku katakan untuk TIDAK MENYUKAI ALVIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peterpan
RomanceDia bukan Peterpan yang menolak untuk menjadi dewasa. Tapi. Dia Peterpan ku, sang pemberi kebahagiaan dengan caranya sendiri. Dia Peterpan ku yang membuatku mengubah jalan pikiranku yang kaku. Dia Peterpan ku yang membuatku bisa melihat dunia dengan...