🍃Awal Masalah

10 1 0
                                    

" Setelah kejadian penembakan dan berakhir dengan gue ngejagain pacar orang, ralat pacar mas crush, ternyata pahit getir kisah percintaan remaja gue baru aja  dimulai dari sini. "
.
.
.

"Kita harus nungguin berapa lama lagi?" Bagas mulai memecah keheningan diruangan band

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita harus nungguin berapa lama lagi?" Bagas mulai memecah keheningan diruangan band. Member lain hanya diam, ga berani menjawab. Gue mulai melirik Haris, yang fokus sama game nya di ponsel.

"Ga cuma sekali kita nungguin satu orang kayak gini, katanya janji ga telat lagi. Basi tau ga." Gue menggigit bibir, ngelirik reaksi member yang lain. Ekspresi mereka sama. Capek, kesel, dan kayak ga ada harapan.

"Bentar gue coba telfon lagi ya?."

"Ga usah. Kita tau lo udah berusaha sekeras apa buat ngehubungin manusia ga tau diri itu." Kalimat Bagas yang langsung to the point, bikin gue mengurungkan niat untuk mengambil ponsel.

'Please Rian, cepetan dateng.' Gue cuma bisa berdoa dalam hati. Biar si biang permasalahan cepat muncul atau kalau ngga si Bagas bakal lebih marah lagi.

"Pulang yuk." Semua mata menoleh kearah Kevin. Sedangkan yang ditatap cuma memberikan cengiran khasnya.

"Terus ngapain lagi? Nungguin orang kelar pacaran?" Kevin ngelanjutin. Semuanya diam dan gue ga suka situasi kayak gini.

"Gue pesenin makanan gimana? Kalian laper ngga?" Gue mencoba mengulur waktu dan beruntungnya cara gue sepertinya berhasil. Haris menoleh ke gue sambil nyengir aneh.

"Mau ayam goreng." Katanya. Gue tersenyum, mengangguk.

"Pesen party box aja sama burger." Kevin ikut menimpali. Membuat Dean yang semula diam langsung melempar bantal kearah wajahnya.

"Urusan makan aja cepet."

Bagas hanya menggeleng, sambil tersenyum simpul. Dia melirik gue sambil menggumamkan kalimat yang membuat mood gue kembali cerah.

'Makasih ya.' dan gue balas senyum.

🍃🍃🍃

"Cuci tangan dulu hoi! Sakit tuh mahal" Gue mukul pelan beberapa tangan yang menjulur hendak mengambil makanan. Sedangkan sang tersangka memasang wajah masam yang membuat gue justru tertawa cekikikan.

Untungnya sekarang suasananya ga sekaku tadi. Para member kembali ke kepribadiannya masing-masing. Aneh, humoris, receh dan gue ikut bahagia karenanya. Aslinya memang "Breath" —nama band yang dianggotai oleh Rian, Bagas, Haris, Dean dan Kevin— terdiri dari remaja cowok receh yang sukanya ngelawak. Hanya beberapa minggu ini situasinya lumayan berubah dan sudah jelas permasalahannya karna apa.

"Kinara selaku manajer juga harus ikutan makan dong." Kevin menyuarakan pendapat sembari memakan burgernya dengan rakus, membuat yang lain menoleh ke gue.

"Ga, gue ga laper kok."

"Kita semua tau, lo yang paling stres ngurusin Breath. Nih" Haris memberikan gua dada ayam, bagian yang paling gue suka. Gue cuma menggeleng dan member lain langsung memandang gue seakan marah.

"Thanks." Akhirnya setelah beberapa tatapan mengintimidasi dari para member, gue makan juga ayam pemberian Haris.

Kita tertawa karna tingkah konyol Kevin dan Dean. Bagas dan Haris ikut meramaikan suasana sedangkan gue pihak penonton yang tertawa ga ada habisnya. Tapi ga berlangsung lama, suasana kembali hening saat mendengar kenop pintu yang terbuka.

"Sorry gue telat." Rian datang, sambil menggandeng tangan Dian disebelahnya.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm (not) TinkerbellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang