CERLASMI FOUR

9 0 0
                                    

Ini masih satu judul dengan cerita sebelumnya. Lebih tepatnya, ini kisah kelanjutannya

Yuk simak!

Jangan lupa sambil putar MULMED yang sudah diselipkan di atas!

☑️

Cinta dalam Diam
(Annauhibbukaffillah)
X
Ketika Cinta Bertasbih

Tidak seperti biasanya, ada sedikit perbedaan dari sikap Asma. Tak terlihat lengkungan indah diwajahnya. Sorot matanya pun memancarkan sesuatu yang memerlukan sebuah penjelasan

Dengan kepala tertunduk Asma melangkah keluar dari dalam masjid seperti biasa. Pandangannya seperti kosong, sampai-sampai Azam yang berdiri disebelahnya tak ia sadari keberadaannya

Tentu saja Azam merasakan perbedaan itu. Karena Asma yang ia kenal selalu terlihat ceria. Tidak pernah sekalipun ia pudarkan senyum manisnya

"Asma mau kemana?" Tanya Azam dari belakang

Asma yang mendengar suara familiar itu sedikit menoleh, "Mau pulang" balasnya singkat

"Sejak kapan rumah Asma pindah ke toilet masjid?" Patut saja Azam menanyakan hal tersebut, pasalnya Asma berjalan ke arah toilet bukan ke jalan pulang

Asma menyadari sesuatu. Ia sempat kebingungan, sampai akhirnya salah tingkah di depan Azam karena merasa malu, "Asma lupa. Kalau gitu, Asma pamit pulang. Assalamualaikum" Asma melangkah ke arah yang berlawanan dari sebelumnya

"Waalaikumsalam. Asma.." Azam memanggil Asma, hingga membuatnya berhenti melangkah

Tanpa menoleh ke belakang, Asma menunggu kalimat selanjutnya dari mulut Azam

"Apakah, Azam membuat kesalahan sama Asma?" Raut wajahnya berubah. Entah kenapa, melihat sikap Asma yang berbeda membuat sesuatu di dalam dadanya bergejolak heboh

Asma berbalik, "Kenapa ustadz Azam bertanya seperti itu?"

"Ada yang berbeda dengan sikap Asma. Kalau memang Azam membuat kesalahan katakan saja" Kepala Azam setengah menunduk

Asma menarik sudut bibirnya, "Ustadz Azam tidak melakukan kesalahan apapun. Ini sepenuhnya karena diri Asma sendiri"

"Lalu, apa yang membuat Asma jadi seperti ini?"

Sejenak Asma terdiam. Lalu menghembuskan nafas panjang, "Ada yang mengganggu pikiran Asma"

"Bolehkah Azam tahu alasannya?"

Asma setengah menunduk, "Abi dan ummi sudah mencarikan calon pendamping hidup untuk Asma. Besok dia dan keluarganya akan datang ke rumah Asma. Dan Abi meminta untuk melangsungkan khitbah"

Azam tersenyum, "Lalu mengapa Asma bersedih? Bukankah seharusnya Asma bahagia?"

"Asma juga ngga tahu kenapa Asma merasa sedih" Ucap Asma sembari memainkan jemarinya, "Ustadz Azam sendiri, apakah sudah mempunyai calon,-?" Pertanyaan Asma terdengar menggantung

Azam tersenyum lebar, "Alhamdulillah sudah"

Deg!

Dada Asma merasakan sesak. Sangat sesak. Dia sendiri tidak tahu mengapa ini terjadi padanya. Tapi, yang Asma rasakan sangat tak tertahankan

Dengan terpaksa Asma mengulas sebuah senyuman, "Asma ikut senang mendengarnya, semoga semua dilancarkan ya ustadz Azam. Kalau gitu Asma pamit pulang. Assalamualaikum" Tanpa menunggu jawaban dari Azam, Asma berbalik dan segera melangkah

"Waalaikumsalam" Azam menggeleng kepala seraya tersenyum tipis

Kedua mata Asma memanas. Dadanya merasakan sesak yang teramat dalam mendengar jawaban Azam. Hingga bendungan di pelupuk matanya tumpah. Asma menangis sepanjang jalan pulang. Rasa ini benar-benar tidak bisa ia tahan. Saat itu juga Asma sadar, jika perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Azam tidak memiliki perasaan yang sama sepertinya. Mungkin Asma yang terlalu terbawa perasaan atas perlakuan baik Azam padanya selama ini

Asma melupakan fakta bahwa Azam memanglah baik ke semua orang. Harusnya Asma tidak meletakkan perasaan apapun di atas kesimpulan yang ia buat sendiri

Asma tidak bisa menolak permintaan mulia dari Abi dan umminya. Maka dari itu, Asma pasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Kepada sang Maha Cinta

****

Gamis berwarna gold terjulur indah menutupi tubuh Asma. Dipadukan dengan kerudung yang senada, membuatnya benar-benar terlihat sangat cantik. Keadaan hatinya sudah lebih baik, ia merasa lebih tenang dari sebelumnya

Asma benar-benar sudah pasrahkan semuanya pada sang Maha Segalanya. Dia tahu, jika memang ini takdir maka itulah yang terbaik untuk hidupnya. Karena pilihan Allah tidak mungkin mengecewakan, karena hanya pilihan-Nya lah yang terbaik dari segala yang baik

Rumah Asma sudah ramai banyak orang. Dia duduk di tengah Abi dan umminya seraya menunggu kedatangan dari keluarga calon suami pilihan kedua orangtua Asma

Tidak butuh waktu lama keluarga pria datang. Satu persatu dari mereka berjalan masuk ke dalam rumah Asma.

Saat itu juga, Asma menutup kedua matanya. Mempersiapkan diri untuk melihat seseorang yang akan disandingkan dengannya saat tiba waktunya ijab qobul nanti

"Assalamualaikum, Abi, Ummi"

Suara itu, suara itu Asma sangat mengenalinya. Dia tidak mungkin salah. Dengan segera Asma membuka perlahan kedua matanya, lalu melihat seseorang yang sudah sangat ia kenali berdiri di sebrangnya sembari tersenyum sangat manis ke arahnya

Asma sangat terkejut. Bahkan sampai membuatnya sulit berkata-kata.

"U-ustadz Azam?"

Ada semburan petir bahagia dalam hatinya. Betapa benar-benar masih belum mempercayainya. Jadi, calon yang Abi dan umminya pilihkan itu ustadz Azam?

Wajah Asma semakin terlihat bersinar ketika lengkungan senyum indah ia berikan. Begitupun aura kecantikannya yang bertambah

"Jadi-,?" Pandangan Asma bergantian menatap wajah Abi dan ummi

"Inilah alasan mengapa Abi memilih untuk melangsungkan khitbah tanpa ta'aruf. Karena Abi tahu, kalian berdua sudah saling mengenal satu sama lain. Bahkan, kalian sepertinya sudah sangat dekat bukan?" Ujar Abi Asma

Azam mengangguk sembari tersenyum. Begitupun dengan Asma yang masih belum sepenuhnya percaya. Tak pernah ia kira sedikitpun, bahwa Azam lah calon yang Abi dan umminya pilihkan untuknya. Bukan hanya pilihan kedua orang tua Asma tetapi juga pilihan dari Allah SWT

Benar bukan? Pilihan Allah tidak pernah mengecewakan. Bahkan lebih dari apa yang kita bayangkan sebelumnya. Betapa luar biasanya sebuah tawakal kepada Allah SWT

"Apakah Asma masih merasa sedih?" Tanya Azam

Dengan cepat Asma menggeleng sembari tersenyum.

"Jadi, calon yang ustadz Azam maksud kemarin itu-,?"

"Asma" sahut Azam singkat namun bermakna sangat dalam untuk Asma

Senyum bahagia tercetak jelas di wajah semua orang yang berada di sana. Terutama bagi Azam dan Asma. Mereka sama-sama tahu, jika cinta yang mereka miliki tidak pernah bertepuk sebelah tangan

















Pesan :

Berserah diri adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Percayalah bahwa takdir Allah yang bersifat mutlak itu tidak mungkin mengecewakan. Dan percayalah bahwa apapun yang berdasar atas pilihan-Nya adalah yang terbaik dari segala yang baik

CerlasmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang