Chris terduduk di ruangannya seperti biasa. Memeriksa kembali berkas maupun dokumen yang setiap hari berdatangan tanpa jeda. Jika di lihat dari sini maka jam makan siang akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi, namun seorang Christopher Bang masih enggan untuk memikirkan menu makan siang apa yang akan ia santap hari ini.
tok tok tok!!!
Ketukan pintu terdengar oleh indra pendengarnya. Tanpa menoleh sedikitpun ia langsung memberi izin pada siapapun yang berada di depan pintu ruangannya untuk masuk. Dan tak lama kemudian dokumen laporan keuangan telah mendarat di mejanya.
Ohh ia baru ingat selepas coffee break tadi ia sempat meminta laporan keuangan kuartal tiga pada Mina.
"Mina, tolong kamu carikan saya invoice bulan juli. Saya mau koreksi ulang soalnya mau ada tim audit yang akan berkunjung. Dan kalau bisa sekalian hubungi tim maintenance soal layout design baru yang saya minta, tender sudah mulai nanyain mengenai prospek kerjanya."
"Ada lagi yang mau disampaikan pak?"
Mendengar suara yang familiar membuat Chris seketika mendongakkan wajahnya dengan sebelah halis yang terangkat. Tepat dihadapannya terdapat Sally yang tengah berdiri sembari mencatat dengan buku notes kecil yang selalu ia bawa kemana saja.
"Kamu ngapain disini?"
"Tadi mbak Mina minta saya ngasihin laporan keuangannya ke bapak soalnya mbak mina lagi ke bank, pak."
"Kenapa kemarin kamu ngga ke apart saya?"
"Maaf pak, sebaiknya kita tidak melibatkan urusan pekerjaan dengan pri— "
Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, namun bel istirahat berbunyi duluan.
Ishhhh sial.
"Ehehehe.. hai daddy."
"Kamu masih bisa cengengesan sekarang?"
"Ihhh aku kan udah bilang kalo minggu ini aku ngga bisa sering-sering kesana soalnya aku ada ujian."
"Itu malem Jeong Selly, kamu ngga ada kelas malem. Ngga usah ngelak."
"Siapa juga yang ngelak? Beneran loh aku tuh ujiannya take home, jadinya abis pulang dari sini langsung ngerjain di kosan temen."
"Memangnya di apartemen saya ngga bisa?"
"Ngga bisaaa soalnya aku nya ngga ngerti, yang ngerti temen aku."
"Bawa perlengkapan kuliah kamu, saya ajarin."
"Ihh tapi— "
"Ngga ada penolakan."
Sally hanya bisa menghela nafasnya pasrah. Baru saja gadis itu hendak meninggalkan ruangan milik daddynya namun sebuah suara terdengar di pendengarannya bagai sebuah titah.
"Duduk." ucap Chris sembari menunjuk sofa di sudut ruangan dengan dagunya.
Dengan berjalan menjuntai gadis itu duduk di sofa yang di maksud. Entah apa maunya orang tua itu tapi selama tujuh menit kebelakang Sally hanya terduduk bosan bagai pajangan di sudut ruangan memerhatikan Chris yang mulai berkutay dengan email di laptopnya.
"Dad, ini udah jam makan siang loh. Sampe kapan aku harus duduk disini? Aku laperrrr belom makannnn belom sarapan jugaaaaa.. " rengek gadis itu yang agak membuat kuping Chris jadi pengang.
"Diam, tunggu disitu."
"Ya aku diem daritadi juga biar apa lohh?? Ini cacing di perutku udah demo minta di isiiiii."
Jeong Sally yang gemar men-skip sarapannya tampaknya sedang mendapat karma. Rasa lapar yang tak tertahan sedikit banyaknya membuat ia kesal pada Chris yang terlihat acuh pada eksistensinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴴᵒⁿᵉʸ ᵀʷᶦⁿᵏˡᵉ🐝✨
FanfictionBerawal dari instastory, cowok gue lalu mendeklarasikan dirinya sebagai selebriti dari sebuah konten di dunia maya. Sedangkan gue mulai diacuhkan. Terus, emangnya gue harus terima gitu aja?? Start : 18 Agustus 2020 Re-upload : 13 April 20...