Selamat membaca...
_________
Hai, namaku Kahiyang elesha andara. Usiaku 17 tahun. Ini akan menjadi cerita pertama dan terakhirku sebelum 17 hari kedepan. Oh iya , kalian bisa memanggilku Echa atau dara. Hehehe
Kuucapkan selamat membaca kisahku.
Hari ini, Rabu 4 Desember, 2020.
Aku kembali ke rumah keduaku, rumah sakit. Aku selalu kesini setiap minggu untuk cuci darah. Sudah sejak usiaku 10 tahun aku menjalaninya. Itu karena aku mempunyai kelainan dengan ginjalku. Tapi kali ini berbeda. Semakin hari keadaanku semakin memburuk. Sore tadi, aku mendengar percakapan antara mama dan dokter rey, Dokter yang merawatku selama ini. Beliau bilang, usiaku sudah tidak lama lagi, yap 17 hari. Sisa usiaku .
Dan itu, dimulai dari sekarang.Aku takut, tapi aku tak mau terlarut dalam rasa takut dan kesedihan yang mendalam karna itu tidak akan membuat usiaku bertambah,bukan?.
Aku ingin membuat kenangan indah di 17 hari terakhirku. Salah satu nya, menulis kisahku di sini. Sejak bulan lalu, aku menekuni hobi baruku menulis cerita, banyak cerita yang sudah kubuat di buku buku ku. Dan ini pertama kalinya aku mempublikasikan salah satu ceritaku .
Aku hanya ingin bilang, part ceritaku hanya sampai 17, dan jika suatu saat menjadi 18, itu berarti tuhan memberikan mukjizat dan kesempatan untukku hidup lebih lama.
Lahir di keluarga yg bisa dibilang mampu, memang bisa membuat hidup ku bahagia. Kedua orang tua yang menyayangiku, dan semua kebutuhan lengkap yg mereka sediakan untukku.
Namun hidup seperti roda,bukan? Artinya tak selamanya aku akan bahagia. Sejak usiaku 10 tahun. Semuanya berubah. Sejak aku mengidap gagal ginjal.
Cklek...
Seseorang membuka pintu kamar rawat inapku. Menampakkan seorang wanita paruh baya yang sangat berarti dihidupkan. Mama.
Sejak mendengar sisa usiaku, mama sering menangis. Jujur aku tak kuasa melihatnya.
Ia mendekatiku dengan mata sembab dengan bibir yang menyunggingkan senyuman. Ia duduk di kursi dekat ranjangku.
"Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit? Atau kamu pengen mama beliin sesuatu?"_tanya mamaku halus.
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Aku baik ma, engga ada yang sakit kok, aku kan kuat, aku cumn pengen sama mama"_ucapku.
Satu butiran bening lolos dari pelupuk mata mama, aku menghapusnya dengan telunjukku.
"Mama kok nangis? Aku kan baik baik aja, gaada yang sakit kok"
Mama menggenggam tanganku. Menatapku lekat.
"Cepet sembuh ya sayang, mama akan terus berusaha supaya kamu bisa terus sama mama"_mama.
Aku tersenyum.
"Mama...ini udah takdir aku, takdir yang harus aku jalani. Kalau aja echa bisa minta sama tuhan, echa pengen bisa bareng sama mama, sama papa terus"
"Kamu mau makan?"_mama mengalihkan topik.
Aku menggelengkan kepala.
"Aku nggak laper ma"
Mama hanya mengangguk.
"Papa mana?"
"Papa masih dikantor, tapi sebentar lagi pasti dateng kok"_mama.
Aku hanya mengangguk mengerti.
"Maafin mama ya cha, mama sama papa belum dapet pendonor ginjal buat kamu"_mama.
"Engga papa ma"
______________
20:06
Aku sendiri diruangan rawat inap ku. Tak ada yang bisa ku ajak berbicara.
Aku menoleh ke arah pintu kaca yang menghubungkan dengan balkon. Malam ini indah. Ribuan bintang menghiasi langit angkasa. Namun tak ada bulan.kemana dia?Aku terkejut dikala seseorang tiba tiba masuk ke ruanganku.
Ah, itu Erika. Sahabatku.
Ia berjalan mendekatiku dengan senyuman manisnya
"Haii cha, nih gue bawain buah buahan kesukaan lo"_kesya meletakkan nya di meja nakas didekat ranjangku.
"Makasii ri"_aku.
"Sama samaa, oh iya, gimana keadaan lo? Baik baik aja kan??"_tanya Erika.
Aku bingung mengatakannya. Pasal usiaku, hanya aku dan kedua orang tuaku yang tau. Sejujurnya aku ingin menceritakan semuanya pada Erika, tapi disisi lain, aku tidak mau membuatnya sedih.
"Baik kok"_aku mencoba tersenyum.
"Bagus deh, cepet sembuh yaa sahabat gue... Gue kesepian disekolah tau gak klo gaada lo"_Erika.
"Ah masak? "
"Iyaa daraa, oh iya, mama papa lo dimana?"_Erika.
"Keluar, katanya ada urusan mendadak"_
Erika hanya ber oh ria.
"Eh cha, gue mau cerita, lo mau denger gak?"_ucap Erika sembari menarik kursi dan duduk disebelah ranjangku.
"Mau,"
"Dion..."_kesya menggantungkan ucapannya.
"Dion? Kenapa?"
"Dion...nembak gueee"_ucapnya antusias.
Dion, orang yang Erika suka sejak kita kelas 10 sma.
"Hah? Serius!?"_aku terkejut
"Iyaa chaa, astagaaa aarghhh ngrasa mimpi guee...."_Erika.
Aku tersenyum sembari cengengesan.
"Hahaha selamat yaa"
"Aaaaa makasiii"_Erika memelukku.
"Sama samaa"
Erika melepas pelukannya saat dirasa ia merasakan geliat aneh padaku. Ya, kepala ku tiba tiba terasa sangat sakit...sakit sekali.
"Cha? Cha lo kenapa cha?!"_terdengar suara Erika yg bergemetar, menandakan ia sangat khawatir.
Aku tak menjawab, mulutku terasa membisu, aku memegang kepalaku, sedikit menarik rambutku karena sakit ini benar benar menyakitkan.
Erika segera memencet tombol yg tak jauh dari ranjangku, guna memanggil dokter...
"Dokter! Dokter cepat kesini dok!! Temen saya kesakitan dok!!!"
"Cha... Baring dulu baring"_Erika.
"Akh"
Tak lama seorang dokter dan seorang suster memasuki ruanganku.
"Tolong tinggalkan ruangan, biarkan kami memeriksa pasien"_imbau suster pada Erika
Erika melangkah keluar ruangan dengan perasaan tak karuan...dengan air mata yg membasahi pipinya...
Erika pov.
Gue keluar dari ruangan echa, sahabat terbaik gue. Air mata gue terasa seperti arus sungai amazon yang gak bisa berhenti ngalir. Sahabat gue... Apa yang sebenernya terjadi.
Gue duduk di salah satu kursi disana sembari menunduk. Tak lama, kedua orang tua echa datang .
"Erika? Kenapa di luar?kamu kenapa nangis"_tante Dara. Tante Dara memegang kedua pundak gue, gue pun bangun dari duduk.
"Echa,.tante..."_gue.
"Echa? Echa kenapa key!? Echa kenapa?!"_tante Dara.
"Echa kesakitan"_gue berbicara dengan nada rendah.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The last 17 days
Teen Fictionini cerita seorang gadis bernama Kahiyang elesha andara dan 17 hari terakhirnya.