Awal

7 1 0
                                    


kisah ini bermula ketika aku menemukan mu..
Pada hari yang membuat hati patah suasana didukung hujan yang mengguyur semesta tanpa ampun, menghantarku pada satu halte dengan atap besi kokoh yang nyaman sebagai tempat melarikan diri sementara dari semua, bukan cuma dari rintik yang membuat basah raga, tapi juga melarikan diri dari dia yang hari itu lagi-lagi membuat hati ku patah. Terasa jahat jagat raya dan seisinya kala itu seakan menertawakan aku dari segala arah.. air mata yang turun tak tertahan berhasil disamarkan oleh tetes air yang menetes dari helaian rambutku yang terurai, "juan sialan.." . gumam ku saat itu, seakan tak terima diperlakukan lagi dan lagi seperti itu oleh lelaki yang sama, yang kala itu sangat aku cintai..
aku sudah tak mengerti lagi dengan semua, bahkan dengan diriku sendiri, kenapa aku lagi dan lagi menerima dia kembali setelah sekian kali dikhianati.. ahhh, aku pun menyalahkan diriku kala itu, aku terduduk dengan tangan menopang wajah agar tertahan airmata, jangan jatuh.. batinku. Namun tetap saja semua tak tertahankan, airmata tetap saja tumpah, namun semesta tak perduli, tangis bumi kian hebat kali itu sehingga tangis ku hanya menjadi sesuatu yang kurang dari. –Mungkin bumi menyimpan perih yang lebih lirih, lebih dari hati yang dikhianati.
Aku memaksa diri menghentikan tangis dan ingin bergegas pulang kerumah, tapi ternyata itu adalah keputusan yang salah, aku jadi malah sesegukan karna memaksa berhenti tangis yang sedang pecah-pecahnya, nafas ku tersenggal, ku usap wajah ku seadanya, menarik dan menghempas nafas berulang kali "hufft.. hahh.. hkk" sedikit terseguk." te..henang anjani..". batinku menenangkan diri sendiri. Setelah sudah sedikit tenang aku memperhatikan sekitar, langit yang sudah gelap akibat hujan lebat kian gelap pula karna mentari dibalik awan hitam menarik diri menuju peristirahatannya, orang-orang disekitar tetap melanjutkan aktivitasnya seakan hujan bukanlah hambatan besar untuk sebuah kota metropolitan yang sedetikpun tak pernah rehat, sebagian dari mereka, orang-orang itu. mengenakan payung untuk menuju tuju, melangkahkan kaki dengan wajah was-was dan hati-hati, barangkali ada genangan dihadapan kaki berbalut sepatu hitam perkilap yang mereka kenakan, sebagian memilih berlari dan menikmati sambil mengeluarkan tawa kecil, bercanda dan bersembunyi dari rintik deras nya, melangkah dan berhenti terus begitu lagi-lagi sampai menuju tuju nya. dan sebagian lagi tampak menikmati air Tuhan yang menuangkan resahnya dengan menikmati secangkir kopi dan blueberry bread disebrang caffe sana mereka asik mengobrol dan sesekali menatap keluar, memperhatikan rintik yang sendu itu dengan tatapan yang tenang.. mungkin lagu yang diputar disana juga turut berperan meringankan lelah para pengunjung caffe yang dominan pekerja kantoran itu, terlihat dari cara mereka berpakaian, kemeja dengan lengan tergulung rapih dan tag name yang menggantung dileher samar terlihat dari kejauhan.
aku pun ingin turut menikmati rintik ini, tapi nampaknya hari kian larut..
takbisa lagi berlama-lama, ku rogoh tas sekolah ku yang berwarna maroon itu, mencari Handphone untuk menge-cek jam agar tak lagi mengira-ngira. Pukul 18.55, aku tertegun sejenak, "sial..". aku mencoba menahan dengan cara menggit bibir namun tangis ku pecah untuk yang keduakali. Bukan karna jam yang menunjukan angka menuju malam, namun fokus ku terbagi sekelibat oleh wallpaper Handphone ku yang terpampang foto juan, kekasihku. Lelaki yang entah sudah berapakali menghianatiku, tapi selalu saja aku memaafkan dan menerimanya kembali. Tapi mungkin tidak lagi, mungkin ini yang terakhir aku menangis begini, sudah terlalu lelah.. aku matikan hp ku, mengusap air mata dengan tangan, merapikan rambutku yang lepek berantakan, terurai lumayan panjang, menge-cek semua, memastikan tak ada yang tetinggal, bersiap berlari diatas terotoar ibukota, menuju halte busway yang tidak terlalu jauh dari tempat singgah ku kini. Dengan tekat bulat menerobos hujan,aku bersiap.. mengambil ancang-ancang "satu.. dua..tig.." "Heyy". Terdengar suara lelaki setengah berteriak dari ujung kanan halte bus itu.. 

Perjalanan: meninggalkan hilang, menuju pulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang