"Heyy". Terdengar suara lelaki setengah berteriak dari ujung kanan halte bus itu " Jangan lari kearah genangan itu " lanjutnya suaranya yang tersamar hujan dan laju kendaraan, membuat aku menghentikan perjalanan menuju pulang --atau malah menemukan pulang. suaranya samar tapi aku masih bisa mendengar, aku membalikan badan sejenak menujukan mata kearahnya namun tak terlalu memerhatikan. Akupun kembali mengambil ancang-ancang untuk menerjang dan tak memperdulikan makna dari saran lelaki tersebut, toh hanya beberapa mil dari halte kecil ini untuk menuju halte busway di arah barat sana. " Hey heyy" katanya lagi sambil mendekat terburu dengan tangan nya yang mengisyaratkan padaku untuk jangan meneruskan sesuatu yang ingin aku lakukan kala itu, saat aku sudah sedikit berlari, aku berbalik dengan tangan menadah agar wajah tak terbasuh hujan dan tetap terjaga pengelihatan. Hujan sudah mengenai separuh aku, satu langkah aku kembali untuk menanggapi apa yang ingin lelaki itu sampaikan, sebuah keputusan kecil yang membawa pengaruh besar pada hidup ku kala itu..
" Kenapa??" kataku bingung. Ia semakin mendekat, hingga suaranya yang tadi samar kini mulai terdengar jelas perlahan "Jangan lari ditrotoar itu, ada lubang lumayan besar disitu.." urainya sambil menunjuk letak lubang yang ia maksud, posisi ia berdiri sangat dekat dengan ku kala itu, walau tidak begitu lama aku sekelibat memerhatikan tanpa tujuan apapun, hanya penasaran.. rambut nya hitam pekat dan sedikit lepek terkena air hujan, lumayan rapih dan sedikit berantakan kala itu, cahaya semesta kian minim, namun lampu jalanan cukup mampu untuk menampik sosoknya kalaitu. "gak kelihatan kalau hujan begini, tertutup genangan" lanjutnya menjelaskan.
"ahh iya, terimakasih banyak" jawabku mengangguk dan sedikit mendongakan kepala menghargai niat baiknya. Tinggi ku tepat sebahunya. dia mengenakan seragam almamater berwarna dongker, aku mengenali seragam itu, tidak asing. kalau tidak salah kepunyaan SMA Dasaputra, SMA swasta yang punya rumor sekolah barbar karna sering terlibat tawuran dengan sekolah lain, tidak terlalu jauh dengan sekolahku SMA NEGERI 57, Salah satu dari beberapa sekolah negeri favorit di blok selatan kota ku. " aku lalu melanjutkan niat untuk beranjak, dari halte kecil itu, dari lelaki itu, pun dari pikiran tentang juan yang masih saja tertbesit dikepala. Menuju pulang dengan tuju peristirahatan dari hari yang terlalu cukup melelahkan. Kembali menyusun strategi yang ketiga kali, maksud hati mengambil alih sedikit jalan kendaraan untuk menjadi tempat menapakan kaki, menghindari trotoar berlubang yang ditunjukan lelaki itu, dan mencapai tangga halte busway. Namun.. ketika baru dua langkah kecil aku beranjak menyerong sedikit badan menuju bahu jalan. Lagi-lagi.. " eh eh eh". Katanya, kembali menahan ku. Aku pun reflek membalikan diri dan menuju kembali halte kecil itu dengan satu pijakan besar. "apaa". Kataku menatapnya. Kami berdiri berhadapan sangat dekat, satu pijakan ku kala itu membawa pandanganku pada kilap tatapnya yang mengkhawatirkan apapun disekitar, ketenangan yang membawa perasaan ke titik paling nyaman.
"mau lewat bahu jalan?". Tanyanya " tuh lihat, kendaraan kendaraan lajunya cepat kalau lagi hujan gini, bahaya". Lanjut nya sebelum aku mengiyakan pertanyaannya akan niatku. Dan memang takada yang salah dari ungkapnya, kendaraan yang berlalu lalang ditengah hujan lebat begini laju nya bagai roket kepunyaan nasa, seperti ada sesuatu besar yang dituju, suatu berharga yang menunggu, senyum terkasih, mungkin.
"terus gimana? Aku mau pulang". jawabku setengah bingung, pun setengah meminta solusi kepada lelaki itu.
"Ikut aku" katanya
"hah?" jawabku kaget oleh ajakannya
tubuhnya berbalik, menuju belakang halte kecil itu, "ayoo" ajak nya lagi.
akupun dengan rasa takut sedikit penasaran berjalan tak terburu kearahnya, memberanikan diri, mencari maksud tujuannya. Ternyata dibelakang halte bus kecil itu terdapat taman kota kecil dengan jalan setapak kanan kirinya terdapat pepohonan yang sedikit namun rindang, jalan setapak yang mengubungkan dari pintu satu taman kecil itu ke pintu dua taman, yang mana berarti jika lewat jalan setapak ini aku tak perlu lagi melewati trotoar berlubang itu dan bisa melanjutkan langkah menuju halte busway tanpa beresiko celaka. Tanpa sadar aku menyetujui ajakan nya tanpa kata, hanya berlari kecil dengan hati-hati mengikuti langkahnya yang tepat didepanku.
"hati-hati" katanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan: meninggalkan hilang, menuju pulang
Teen FictionHalo! ini tulisan ku sekitar tahun 2017, aku post disini ya dari pada hilang.. ini tulisan terniat ku, dan mungkin aku gak bisa lagi nulis kayak gini karna udah jarang banget baca buku.. jadi gak ada inspirasi. yaa pokoknya gitulah. enjoy!