Tiga hari di rumah sakit, Nana akhirnya bisa pulang ke rumah, keluar dari rumah sakit berarti keluar dari kebosanan karna selama di rawat orang tua Nana sama sekali tidak mengijinkan Nana memegang ponsel barang sebentar. Turun dari mobil di bantu mamanya, Nana melirik sekilas pada rumah Arka. Jam begini Arka pasti sedang berada di kampus. Dua hari lalu Rissa memberitahu bahwa Arka sempat datang berkunjung. Tapi sayang sekali karna saat itu Nana sedang tidur. Ia penasaran, kenapa Arka mau repot-repot? Dari mana juga pria itu tau kalau dia sakit?Padahal kan Nana sudah berpesan pada tante Intan untuk tidak usah memberitahu Arka karna Nana pikir Arka pasti tidak akan peduli. Hidup Arka selama tiga hari itu pasti menyenangkan karna tidak ada Nana yang menganggu.
"Istirahat, jangan main hp terus." seperti mama mama lainnya, Rissa pun sama. Beranggapan Nana sakit karna terlalu banyak bermain gadget
"Iya bu, itu udah ke seribu kalinya ibu ngomong" Rissa menghela nafas, membuka tirai jendela Nana agar cahaya bisa memasuki kamar anaknya yang bagai goa ini.
"ibu ke bawah dulu, kalau mau apa-apa gak usah turun, telpon ibu aja" Nana mengangkat jempolnya lalu Rissa keluar dari sana.
Mencoba menghibur diri, nana menyalakan tv yang terpajang di kamarnya. Tidak ada tayangan menarik. Nana makin bosan
Arka sedang apa?
Dia sibuk kah?
Dari sejak mengetahui Arka sempat menjenguknya. Nana jadi memikirkan pria itu terus. Ia mengambil ponselnya mengamati kontak Arka cukup lama, menimbang apakah dia perlu mengabari Arka kalau ia sudah di rumah? tapi untuk apa? Siapa Arka? lebih pentingnya, apakah Arka peduli?
Sekalinya jatuh cinta, Nana merasa miris. Dari banyaknya kaum pria di bumi ini kenapa harus Arka? Pria judes dan tidak tau cara menjaga perasaan wanita. Nana sebal. Ia menendang-nendang selimutnya sendiri berteriak dalam hati mengumpati Arka berkali-kali.
****
Arka tiba dirumah lebih cepat dari biasanya menemukan mamanya yang sedang mengisi kotak bekal di ruang makan.
"Mau piknik kemana?" Elina yang juga berada disana memutar bola mata.
"Tetangga lagi sakit kita pengen jenguk. Lo pasti mau ikut kan?" kata kakak perempuannya itu.
Oh, berarti Nana sudah pulang. Ucap Arka dalam hati.
"Iya ayo Ka, Nana pasti seneng nih liat kamu" Arka diam sebentar, lalu menggeleng kemudian.
"Halah, pelihara dah tuh gengsi sampe beranak pinak!" Elina tidak habis pikir, jelas-jelas perempuan cantik bernama Nana sudah disiapkan oleh tuhan untuk Arka, tapi adiknya yang songong, sok jual mahal, judes dan hidup pula sok-sokan menolak.
"Emang Nana kurang apa sih? Apa lo punya pacar sampe Nana gak di tanggapi begitu? kalau ada, lo ngomong dong biar Nana juga gak ngarep jan diem aja kek orang bego" Intan memukul bahu Elina pelan
"Bahasamu itu loh" Elina cuma menyengir.
"Lo ngurusin idup gue, kayak diri sendiri udah bener aja" Arka beranjak pergi setelah mengambil sepotong apel yang Intan potong
"Awas loh ka, karma itu ada. Memang gak semuanya kontan ada juga yang cicil tapi lunas!" Arka yang sedang fokus menaiki tangga hanya mengangguk acuh. Karma katanya? Memang apa yang dia lakukan?
Namun hingga sepuluh menit kemudian, Nana tidak juga hilang dari kepalanya sampai Arka kesal sendiri. Dengan sebal ia meraih ponselnya mengirim pesan pada Nana
Ketik hapus ketik hapus
Begitu terus sampai kerbau berubah jadi kelinci
"Buset ngirim pesan doang gue bingung!" Padahal, orang-orang mengenal Arka sebagai pribadi yang to the point dan tidak kenal basa-basi lalu kenapa pada Nana rasanya sulit sekali?
Arka menghela nafas, kembali mengetik pesan pada nana kali ini dengan serius mengirimnya cepat lalu menaruh ponselnya di bawah bantal
Lo kapan keluar dari rumah sakit?emang udah baikan?
Arka menunggu dengan memejamkan mata, menahan diri untuk tidak perlu buru-buru saat nada notifikasi ponselnya terdengar. Dan yah..Arka berhasil mengabaikannya selama dua detik.
Tadi kak, udah baikan kok. Klo gak percaya sini aja
Arka memandang pesan itu lama, lalu kalimat Elina terlintas di pikirannya
Ngomong dong biar nana juga gak ngarep
Atau lebih tepatnya, Arka harus mulai menjauh kembali agar Nana pun tidak berharap banyak. Tapi lagi pula kapan Arka pernah mendekat? Semua yang terjadi murni karna refleks saja. Tidak ada yang Arka sengaja
Gue percaya
Lalu Arka mematikan ponselnya, mematikan data selulernya dan memasang mode senyap di ponselnya.
Sebenarnya Nana gadis yang baik, tidak ada yang salah dari sifatnya yang ceria. Tapi bagi Arka, sulit menerima orang baru. Bukan karna trauma atau alasan serius lain, pada dasarnya Arka memang tidak suka Nana. Daripada ia menyakiti, Ada baiknya ia menghindari kan? Kalau ada Ara disini ia pasti sudah mengatai Arka bodoh. Kalau ada Nadia gadis itu pasti akan menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?