01-Mimpi itu seperti nyata

6 1 0
                                    

Dua orang gadis berjalan beriringan sambil bercanda ria. Saling bercerita satu sama lain hingga tak menyadari ada dua lelaki yang sesekali mencuri pandang kearah mereka. Ah ralat, mungkin salah satu diantara mereka. Hingga akhirnya, mereka sama-sama tersadar.

"Kak Aleen, itu ada Kak Afnan" ucap salah satu gadis dengan lirih. Mungkin takut jika seseorang yang dimaksud mendengar ucapannya.

Gadis yang di panggil Aleen itu pun tersenyum. "Emangnya kenapa? Dia juga salah satu alumni, kan?" Tanyanya dengan nada setenang mungkin. Meskipun sebenarnya hatinya sangat berbunga-bunga bisa bertemu dengan lelaki tersebut. Yap, mereka akan menghadiri sebuah pertemuan reuni.

"Ayo kita kesana!" Ajaknya pada Dinda, gadis yang bersamanya.

"Maksud Kakak kita nyamperin Kak Afnan?" Dinda memastikan. Tidak biasanya Aleena mau menghampiri seorang lelaki lebih dulu.

"Iya, ayo!" Tanpa menunggu persetujuan Dinda, Aleena menarik tangan Dinda dan mengajaknya menuju tempat reuni tersebut.

Sesampainya disana, ternyata banyak yang sudah hadir. Aleena hanya melirik sekilas ke dalam ruangan dan ia lebih memilih duduk di depan, tidak jauh dari tempat dua lelaki tersebut berada.

Aleena tersenyum kepada Afnan saat tidak sengaja lelaki itu menatapnya. Afnan yang merasa canggung sesegera mungkin memutuskan kontak mata mereka dan melanjutkan kegiatannya bermain ponsel.

Dirasa Afnan sibuk dengan dunianya, Aleena memutuskan untuk membuka ponselnya. Meskipun konsekuensinya ia harus menghadapi berbagai pesan dari para penggemarnya yang sangat enggan untuk ia tanggapi.

Bukannya sombong, tetapi Aleena memang tidak suka menanggapi sesuatu yang dirasa tidak terlalu penting. Sama halnya pesan dari para penggemarnya yang hanya sekedar basa-basi.

Tiba-tiba suara pekikan yang diyakini milik Afnan berhasil tertangkap indera pendengarannya. Aleena sontak mengalihkan pandannya dari ponsel. Ia terkejut melihat kedua telapak tangan Afnan yang sudah memerah. Rupanya ia tersiram air panas yang sedang dibawa oleh seorang gadis. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap lelaki didepannya yang tidak sengaja tersiram air panas yang dibawanya.

"Lo kenapa, Nan?" Tanya Kevin, temannya yang sedari tadi bersamanya.

"Panas banget" jawabnya sembari mengibaskan kedua telapak tangannya berharap bisa mengurangi rasa panas yang dirasakannya.

"Maaf, Kak. Aku nggak sengaja" ucap gadis tersebut yang sepertinya adalah adik kelas seangkatan Dinda.

Aleena bimbang. Pikirannya menyuruhnya untuk diam di tempat. Sedangkan hatinya tergerak ingin sekali menghampiri Afnan yang sedang kesakitan.

Penglihatannya menajam tatkala melihat gadis yang bernama Sania itu bergerak maju dan akan menyentuh tangan Afnan. Namun, senyum bahagia langsung terukir saat melihat Afnan menghindari sentuhan Sania dan menyuruhnya untuk pergi meninggalkannya.

Sementara itu, Kevin mulai panik dan kebingungan memikirkan apa yang harus ia lakukan.

"Gue coba cari obat dulu di dalam barangkali ada" ucapnya yang diangguki oleh Afnan.

Melihat Kevin pergi, Aleena bergegas menghampiri Afnan.

"Kak Afnan kenapa?" Tanyanya berbasa-basi. Padahal ia sudah tahu semua yang terjadi. Afnan yang sedari tadi sibuk berusaha mengurangi rasa sakit terkejut melihat Aleena sudah berada di depannya.

"Kesiram air panas, tadi ada yang bawa terus nggak sengaja kesandung terus airnya kena" jawab Afnan tanpa menatap Aleena.

"Coba liat tangannya" Aleena memegang pergelangan tangan Afnan agar bisa melihat lebih jelas telapak tangan Afnan yang memerah karena tersiram air panas. Afnan menegang merasakan sentuhan Aleena.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Collection of Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang