chapter 1

21 5 0
                                    

Aku terduduk termenung  disebuah kursi besi ditemani sebuah novel dan minuman botol yang tertera bertuliskan  teh pucuk untuk menghilangkan haus yang menggaruk tenggorokan ku . aku tidak sendiri tetapi  ditemani dengan semburat senja yang akan mengyemburkan warnanya, menenggelamkan sebuah hari dimana sang rembulan akan menampakan jati dirinya dihamparan langit.
    Aku menikmati hasil karya tuhan dimana ketika aku menunggu sang pengantar pulang, seketika laki laki berseragam rapih dengan topi yang melekat dikepalanya,baru saja mendarat menampakan bentuk tubuh yang sangat tegak.
   Dia laki laki bernama Arundaya David Putra, dengan topi baret dan seragam beserta, pangkat yang menjadi ciri khasnya dengan senyum menawan menambahkan kemanisan di raut wajahnya. Aku sadar dia hanyalah penyinggah hati bukan untuk pengisi hati.
   Disitu lah awal mula aku bertemu dengan dia ,dengan remangnya lampu dan cahaya pekat senja dan gerbong kereta yang menjadi saksi dan penuntun sebuah perasaan yang tak lain hanya penyinggah.

    ~ Laki laki~
Aku selesai melaksanakan tugas kemilitirenan ku ,dengan mengumpulkan sisa sisa semangat, aku berjalan gontai menelusuri lorong stasiun dengan  langkah cepat ,aku terduduk dikursi besi yang tersedia dan mengeluarkan benda kecil yang disambungkan lalu, menempelkannya ke daun telinga , tak cukup lama nada nada keluar menusuk telinga hingga tak sadar hari makin petang membuat cahaya semburat senja seakan menyala kuning dengan pekat, memberikan aba aba kepada rembulan bahwa dia akan datang.
     Saat sedang menikmati langit yang cerah dengan nada nada yang menambahkan ketenangan ,tiba tiba tanpa disangka, sepasang tangan menepuk pundak. 
      Terdengar sebuah suara manis bersuara.
      "Mass... Maaf,saya boleh duduk disini tidak?".
       " Boleh mba... Silahkan."
       Wanita berbalut hijab warna pastel dan sebuah kacamata bulatnya menambah kecantikannya,membuat mata tak habis berhenti untuk memandang. Dia Raya Putri Haspira yang telah meluluhkan hati, Sejak itu lah senja menjadi saksi bisu pertemuan ku dengan seorang wanita yang ntah sekarang menjadi separuh hidupku.

DIALOG TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang