A-alooo... Celamat mwumbaca nee^^
*****
Matahari bersinar terik seolah berkata, "Hey kang rebahan, bangunlah! Tidak ada kata malas untuk kalian walau sedang menganggur!". Burung-burung yang berkicau berisik juga seakan mendukung matahari. Allinne yang masih tidur di ranjangnya tak merasa terusik, bahkan dia tak bergerak walau Jongu kerap menarik selimutnya.
"Heh kebo! Jangan mentang-mentang hari ini libur, lu bisa seenaknya tidur. Bantuin Kak Rose masak sono!" teriak Jongu yang sudah lelah atas saudari kembarnya ini. Pasalnya, pembantu mereka ikutan cuti karena hari ini libur sekolah. Dan Rose memutuskan untuk mengurus rumah sendiri. Jangan lupa dengan dua adiknya yang bawel dan cerewet ini, mereka juga perlu diurus.
Allinne tetap damai dan tenang di ranjangnya. Terlebih, dia mimpi indah. Poor Jongu, adik kembar beda 5 menitnya ini betul-betul susah dibangunkan. Akhirnya dengan kesal, dia menarik paksa kedua kaki Allinne sehingga jatuh di karpet.
"Lu apaan sih pagi-pagi gini bangunin gueee?! Barusan gue mimpi dilamar pangeran cicak tau," protes Allinne dengan mata yang masih tertutup.
"Mau pangeran cicak, babi, kecoa, sayangnya gue ga peduli... Sono lu bantuin Kak Rose, hidup kok cuma jadi beban keluarga aja," kata Jongu kesal. Allinne yang masih dalam tahap mengumpulkan nyawa itu seketika menatap Jongu dengan tajam. Jongu langsung melarikan diri sambil tertawa puas, ia berhasil membuat nyawa Allinne kembali dengan instan.
"APA LU BILANG?!!! SINI LU, GAUSAH LARI, PENGECUT!" teriak Allinne dengan suara toa masjid andalannya sambil mengejar Jongu. Kak Rose yang mendengar adiknya rusuh di pagi hari hanya bisa bersabar. Masih tetap melanjutkan acara masaknya tanpa memedulikan kedua tuyul yang berisik itu. Teriakan Allinne menggema ke seluruh penjuru rumah.
"Apaan sih lu!? Jangan pelorotin celana juga!!!" protes Jongu sambil menarik piyama Allinne. Allinne berteriak lagi.
"Lu juga sama aja, Jaenuddin!"
"Gue pengen jadi Kak Ros kek di Upin Ipin, tapi keburu ngga tega," gumam Rose dengan mata berairnya selepas mencincang bawang merah. Setelahnya, ia langsung mencuci tangan dan mengusap matanya. Persis seperti ibu rumah tangga yang ngambek karena anaknya ngga bantuin.
"Kak, jangan nangis dong... Gue bantu nih, gue masih mau jadi adek yang baik dan tidak durhaka kok," kata Allinne yang tiba-tiba muncul dengan wajah penuh penyesalan. Piyamanya terlihat melorot dibagian bahu sebelah kanan.
"Siapa yang nangis woi, lu jangan drama deh. Kak Rose tuh habis cincang bawang. Lagian ngapain nangisin adek ga berguna kek lu," ceplos Jongu dari arah meja makan.
"Udahlah, ngga usah mancing keributan lagi, Zilleanne" kata Rose disertai kikikan tawa Allinne yang terdengar sangat puas. Jongu hanya bisa mengalah, tak berani melawan Rose yang sudah menyebut namanya dengan benar.
*****
"Doa dulu sebelum makan, dibiasain," omel Allinne kepada Jongu yang siap melahap sesendok nasi goreng. Jongu mendengus kesal lantas berdoa dengan cepat. Allinne tersenyum puas.
"Pekan depan jadi ujian?" tanya Rose sambil menyendokkan nasi goreng ke piringnya. Jongu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Iya. Ujian kenaikan kelas, kan mau naik kelas 12," jawab Allinne antusias. Dia tak pernah menyangka, masa SMA terasa sangat singkat.
"Ngga ambil tambahan les?" tanya Rose lagi.
"Pelajaran sekolah aja udah jadi beban hidup, kok mau nambah les," jawab Jongu dengan nada julidnya. Meski Jongu berkata begitu, dia tetap meraih peringkat 1 di kelasnya. Orang pinter mah beda, bilangnya susah padahal bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝙱𝙾𝚄𝚃 𝙵𝙾𝚁𝙶𝙴𝚃𝚃𝙸𝙽𝙶 𝚈𝙾𝚄
RomanceThis is not about a story that is always happy. Sometimes, we have to feel the bitterness of reality to hate and forget. We must move forward and learn from the past. Ini bukan tentang kisah yang selalu bahagia. Terkadang, kita harus merasakan pahit...