#2

2 1 0
                                    





Jea memakai helmnya dan keluar dengan motornya dengan perlahan karena ingin menikmati angin sore dan jalanan kota yang lampunya sudah menyala.
Jea melajukan motornya dan menyusuri jalanan yang agak masuk komplek, ada pemukiman dan masih ramai, disana ada kafe yang mejadi basecamp untuk jea, dan jea pun sedikit akrab dengan pemilik kafe tersebut,dia sedikit lebih tua diatas jea tapi, dia masih muda.
Setelah memarkirkan motornya, jea langsung masuk ke kafe tersebut.
"hai jea". Sapa yuna tersebut ramah.
"hmm eonni, biasanya ya". Balas jea didepan kasir tempat yuna berada.
"oke bentar lagi siap, pulang jam berapa nanti, atau mau tidur sini lagi?". Tanya yuna yang tau kebiasaan jea, emang bener selama ini jea banyak menghabiskan waktunya disini, dan dia banyak terimakasih kepada yuna yang selalu membantunya setiap saat.
"engga, pulang aja nanti jam 10 paling". Jawab jea yang duduk tak jauh dari tempat yuna.
"dirumah sendiri lagi?". Yuna yang membawakan americano pesanan jea.
"biasalah". Jawab jea seadanya dengan menyeruput americanonya.

Mereka berbincang tentang banyak hal, yuna selalu jadi tempat mengadu untuk jea dan tempat bersandar untuk jea, makanya tempat yang paling nyaman adalah kafe yuna ini, setelah beberapa lama berbincang tiba² pintu kafe berbunyi menandakan ada pengunjung yang datang.
"noona, eodiga?". Yuna sudah hafal dengan suara ini, siapa lagi kalau bukan dongsaeng bantetnya.
"yakk, jimin-ah". Teriak yuna yang membuat jimin menoleh kearah yuna, jea hanya diam menatap jimin datar sedangkan jimin masih belum tau keberadaan jea didepan yuna.
"buatin jus jeruk dong please, haus nih". Jimin yang merengek pada yuna.
"kaga ada jus beruk jim disini maap". Balas yuna dengan kibasan tangan.
"jeruk nyet bukan beruk". Dengan mendorong yuna untuk bangkit dari duduknya.
"bentar napa bising banget, je gue tinggal dulu bentar, nih bogel minta dibuatin jeruk". Jea hanya berdehem dan membuat jimin melihat kearah jea yang sedang mainin ponsel dengan ice americano di tangan kirinya, dimata jimin itu damagenya bukan main weh apalagi kalau ni antekan jimin tau beuh bisa heboh dah.
Jimin langsung membuyarkan lamunanya dan dia sedikit menjauh dari bangku jea hanya untuk memotret jea guys, mau pamer ke antekan die soalnya.

Jimin nyamperin yuna yang sedang buat jus jeruk untuknya.
"itu siapa sih?". Tanya jimin yang setia menunggu jusnya.
"namanya jeona tapi gue sih manggilnya jea, satu sekolahan ama lu kan, masa gatau, dia jurusan ips juga kali". Yuna yang nyerahin jus nya dan ninggalin jimin disana.
Tanpa pikir panjang jimin menyusul dan duduk disebelah noonanya itu.
"oh iya je, kenalin ini adek gue jimin". Yuna yang melihat jea yang meminum esnya itu.
"iya". Jawab jea seadanya dan melihat sekilas jimin yang juga melihatnya.
"kalian satu sekolah mana satu jurusan masa ga kenal sih". Yuna yang melihat bergantian jea dan jimin.
"lu ips berapa?". Tanya jimin.
"satu". Jea tipikal orang yang kalau ngomong itu langsung menatap mata lawan bicaranya.
"hhh, pantes kelas unggulan, mana ada yang gue kenal". Jea melihat tawa yang sinis dari bibir tebal jimin.
"ips berapa?". Tanya jea yang tetap menatap jimin.
"enem, kenapa?". Mereka sekarang hanya berdua karena yuna harus melayani pelanggan yang datang.
"oh". Jea tak berpikir untuk bertanya lebih lanjut, walupun dia penasaran ada apa dengan senyum jimin tadi.

Mereka hanya diam sampai jimin bertanya pada jea, karena jimin orang yang ga tahan buat diem gini terus.
"gue lihat lo tiap hari sendiri, emang lo gaada temen gitu?". Tanya jimin yang langsung ditatap oleh jea.
"kaga". Jawab jea
"satupun ga punya?". Jimin masih kepo ges
"hmm". Jea yang masih menatap jimin
"makanya gue lihat lo sendiri terus, gue temenin deh kalo gitu". Jea melihat wajah jimin antusias dan senyum mengembang diwajahnya.
"terserah". Jimin kicep dan dia menatap wajah jea yang gaada ekpresisama sekali itu.
"kenapa lo ga temenan sama anak kelas lo, gue liat yang lain pada akrab² tuh". Jimin yang memakan kue kering yang dibawanya tadi dari rak yuna.
"itu topeng doang, mereka semua munafik". Jawab jea yang dimengerti oleh jimin.
"oke gue paham, tapi gue kasih tau ya je, gue dan antekan gue gakayak mereka, sejak gue masuk sekolah itu, gue udah kumpul sama mereka, dan kita gapernah punya temen atau kumpul sama yang lain". Jelas jimin panjang yang didenger oleh jea.
"hmm,gue cabut dulu". Jawab jea yang melihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 9 lebih 30 kst.
Jimin hanya mengangguk dan senyum pada jea.
"eon, gue cabut dulu".
"iya hati hati je". Jawab yuna yang didepannya udah ada jimin yang siap melontarkan beberapa pertanyaan.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang