1. Kantin Pusat

1.2K 143 26
                                    

"Tapi Bu, kenapa saya doang yang di skors?!" Emosi Chessie semakin menaik kala Ibu ketua jurusan selesai berbicara.

"Gak adil dong." Chessie memangku tangannya kesal.

Sementara di sampingnya duduk seorang gadis yang tak jauh usianya dengan Chessie. Penampilan gadis itu jauh dari kata baik, lengan kemejanya sobek, rambutnya acak-acakan, di bibirnya keluar sedikit darah.

"Cukup Manchester! Lihat Jena sekarang!" Ibu ketua jurusan menunjuk seorang di samping Chessie, Jena menunduk dengan menahan isakannya.

"Salah sendiri jadi cewek lemah--"

"Skors 3 hari. Silakan kamu keluar ruangan saya," potong Ibu ketua jurusan mengusir Chessie, tangan kanannya menunjuk ke pintu keluar ruangannya.

Memandang Jena dengan mata penuh marah, lalu berlanjut memandang Ibu ketua jurusan sekaligus Bibi dari Jena dengan tatapan kesal. Chessie memutuskan untuk keluar ruangan itu.

Kakinya menghentak kasar lalu ia membuka dan menutup pintu dengan keras sampai terdengar ocehan dari Jena, "Tuh kan Bu, Chessie kasar gak diajarin ibunya sopan satun kali," adunya lagi.

Ingin rasanya Chessie berbalik dan kembali mencakar wajah biasa saja milik teman sekelasnya. Sudah banyak omong, penyebar hoax lagi.

Langkah kaki Chessie rusuh ke luar dari kantor jurusan Ilmu Komunikasi, pandangan pertama yang dia lihat adalah Lalisa dan Mione, teman dekatnya di kampus.

Lisa dan Mione berdiri setelah melihat presensi Chessie di depan pintu kantor jurusannya. "Ches?" panggil Mione, ia melangkah lebih dekat pada Chessie.

"Gimana si Jena?" Sembur Lisa.

Chessie menghempas tangan sahabatnya yang melingkar di kedua tangannya. "Tau ah, males," juteknya.

Mione melingkarkan tangannya lagi pada lengan Chessie, "Yuk, gacoan ditraktir Lisa," katanya sambil mengedip pada Lisa yang terkejut.

"Kok?! Tapi oke lah, skuy." Lisa membulatkan mata dan bibirnya, ketika otak lambatnya menyetujui ide sepihak dari Mione, ia memimpin langkah mereka.

❣︎❣︎❣︎

"Namanya seperti club sepak bola di Inggris," komentar seorang dosen setelah selesai mengecek presensi kelas. Biasanya presensi lumrah dilakukan diawal pembelajaran, namun dosen yang bernama Hartono, dosen pengajar Pengantar Ekonomi yang terbilang masih muda tetapi memiliki gaya seperti pria berusia setengah abad, melakukannya di penghujung kelas.

Chessa tersenyum kikuk, di awal semester seperti ini memang menyebalkan baginya. Pasti pertanyaan soal namanya yang unik tak pernah lepas dibahas. Sampai-sampai ia pernah melakukan protes pada Ayah tampannya, soal nama yang kelewat unik, kadang Chessa sebal sendiri karena selalu jadi bahan olokan teman sekelasnya.

"Iya, Pak. Ayah saya suka liga Inggris jadi anak-anaknya diberi nama club sepak bola." Chessa mengeluarkan templete jawaban ketika ada yang menanyakan soal nama uniknya. Ia berdeham kecil untuk menetralisirkan kecanggungannya. Disampingnya, Mina, sedang menahan tawa.

Dosen muda itu pun tak memperpanjang lagi. "Pertemuan pertama kita cukupkan sampai di sini," ujarnya mengakhiri kelas siang ini.

"Asalkan jangan hubungan kita yang diakhiri pas lagi nyaman-nyamannya aja, Pak." celetuk seorang mahasiswa diujung kanan kelas, sambil terkikik geli, teman disampingnya menepuk-nepuk pundak si mahasiswa sembari ikut tertawa.

"Ada-ada saja anak-anak jaman sekarang," heran Pak Hartono. Menggelengkan kepala. Lepas mengomentari pelan kelakuan anak jaman sekarang, dosen muda itu pun pamit keluar kelas.

Liga Chan's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang