Prolog

829 97 16
                                    

Mengapa masih ada,
sisa rasa di dada.
Disaat kau pergi begitu saja.

-Mahalini | Sisa Rasa-

•°•°•°•°•

Katanya, tahun baru identik dengan harapan baru. Harapan yang datang dari doa yang baik-baik, bersamaan dengan meluncurnya kembang api yang menembak langit. Saat kembang api menembak langit tanpa hentinya, gadis bersurai cokelat madu itu memejamkan mata. Menghayati bagaimana doa yang ia sematkan diantara kembang api yang melangit. Doanya masih selalu sama, tidak berubah sama sekali sejak tiga tahun yang lalu.

Tahun baru pada tahun ini ia lewati bersama kesendirian. Sepi, memang. Tapi hanya ini yang ia inginkan. Menyesap teh hitam di balkon apartemennya, menikmati bagaimana angin malam seakan menubruk wajahnya.

Namun lamunannya buyar seketika, dering telepon yang berada di hadapannya meraung untuk di perhatikan. Hanya pesan singkat yang muncul saat layarnya menyala. Nama Eric dengan emoticon hati dibelakangnya muncul didalam layar.

Eric♥️

How's your time, dear?

As usual

I will come

hmm


Gadis itu bahkan enggan menjadi naif bahwa laki-laki yang menjadi kekasihnya tiga tahun yang lalu itu begitu ia sayangi. Masa lalu yang kembali menghantuinya akhir-akhir ini membuatnya gentar. Namun ia yakin sebab kehadiran Eric mampu mengubah persepsinya.

Tangannya terulur hendak menggapai setangkai bunga mawar berduri yang ia letakkan di dalam vas berkaca bening. Namun belum sempat ia gapai, karena enggak hati-hati, salah satu durinya menggores jari. Meninggalkan setitik luka yang mampu membuatnya meringis pilu.

'Dia' bagaikan bunga mawar berduri. Semakin ia genggam, semakin juga ia akan terluka. Namun saat ia lepaskan, mawar itu akan dipeluk oleh belukar liar. Yang mungkin akan sama terlukanya juga.

"Dingin, jangan terlalu lama di luar. Nanti bisa sakit." Dan bagaimana bisa ia meragu pada sosok yang saat ini menyampirkan selimut pada tubuhnya.

"Hmm?"

"Masuk, ya? Angin malam gak baik buat kesehatan." Gadis itu hanya mengangguk saat tubuhnya dituntun kekasihnya masuk ke kamarnya.

"Mau aku buatin teh?" Gadis itu bertanya sesaat setelah mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Enggak, aku barusan ngopi sama Bisma." Laki-laki itu berjalan mendekat setelah meletakkan mantelnya pada belakang pintu. Mendudukkan dirinya di karpet dan bersandar pada ranjang yang kekasihnya duduki. "Ra?" Panggilnya hanya mendapat dehaman sebagai jawaban.

Haera——gadis itu mengelus surai kekasihnya lembut. Pandangannya turun pada rambut halus yang tumbuh di beberapa titik wajah lelakinya. Pasti laki-laki ini gak ada waktu hanya untuk sekedar mencukurnya.

"Kamu enggak cukur?" Eric yang semula memejamkan mata menikmati bagaimana lelahnya menguap begitu saja langsung menatap lawan bicaranya.

"Hmm?"

"Besok cukur, nanti keburu panjang. Sibuk banget, ya?" Eric terkekeh kecil mendengar apa yang Haera katakan.

"Enggak sayang, emang belum sempet aja." Eric membawa salah satu tangan Haera yang mengelus rambutnya untuk ia kecup. "Lusa, ada proyek di Bali yang harus aku tangani sendiri."

"Lusa, aku ke Lombok sama Shiren sama Nana juga."

"Hm-mm?"

"Aku gak bisa nemenin kamu."

"No problem. Happy holidays."

Haera menatap lekat kekasihnya, ternyata sudah sejauh ini hubungannya terjalin.

"Malem ini mau nginep disini?" Tawarnya membuat Eric menatapnya dari bawah.

"Hm-mm. Butuh dipeluk." Haera tergelak, lantas ia bawa laki-laki itu merebahkan diri di sebelahnya. "Capek banget aku akhir-akhir ini." Saat Eric mulai bercerita seperti sekarang, Haera bahkan enggan menyela. Ia biarkan kekasihnya itu meluapkan rasa lelahnya. Ia akan menjadi penopang yang laki-laki itu butuhkan.

Waktu seolah berjalan lambat saat ia menenggelamkan wajahnya diantara dekap hangat kekasihnya. Tangan yang semula mengelus lembut rambutnya kini menggantung disisi tubuhnya sebab sang pemiliknya telah jatuh tertidur. Detak jantung yang ia dengarkan seolah melambat, menyesuaikan nafasnya yang berhembus teratur.

Dalam pejaman matanya, ia berbisik. 'Doaku masih serupa, semoga sama-sama dilimpahkan bahagia. Hanya saja tidak lagi pada jalan yang sama, tapi berada di jalannya masing-masing.'

Ia kembali mencari posisi ternyamannya. Mengecup sekilas bibir sang laki-laki.

"Aku mencintaimu."

"Pada kenyataannya, aku mencintainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada kenyataannya, aku mencintainya."

Dari Haera untuk Eric.

"Hm-mm, capek banget. Pengen dipeluk."

-Eric Satga Rajasa







a.n

Happy New Year, dear♡

semoga di tahun baru ini kita jadi manusia yang lebih baik lagi, ya. Lebih banyak bahagianya, selalu diberi kesehatan. Semoga doa baik-baik kita melangit bersama doa-doa baik lainnya.

and...

ini sequel dari Haera Story's. Semoga aja cerita ini menjadi salah satu cerita yang kalian tunggu-tunggu apdetannya wkwk

udah gitu aja, semoga suka ya♡

Kilas BalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang