Edelweis Putih

9 2 0
                                    

" Dek Naf, Aku punya sesuatu buat Kamu "
"Apa Ka ?" Jawabku penasaran.
" Taraaaaaa, ini buat kamu ". Ucapnya sembari memberikan sebuah bunga edelweis putih kepadaku. Dia adalah ka Faris, ketua OSIS SMA Pelita , sosoknya yang hitam manis dan suaranya yang menggetarkan hati mampu membuatku luluh seketika. Ya, aku mengingatnya ketika Ia pertama kali menyanyikan lagu bukti di lapangan perkemahan kala itu, sekaligus menjadi saksi bersatunya Aku dan Ka Faris. Meski hanya berselisih setengah tahun dariku, tapi ia sangat mengayomiku dan memanjakanku.

" Ya ampun ka, Aku suka banget, padahal Aku lagi pengin banget bunganya". Ucapku sembari mencium bunga edelweis putih ala ala sinetron.
" Kamu suka?".
" Suka banget ka ".
" Ini aku sengaja bawa dari Jogja, khusus buat pesta perpisahan sekolah kali ini, dan untuk kamu bidadariku yang jenius, oh iya selamat ya atas peraih nilai UN tertinggi".
" Makasih ka,"

Faris adalah salah satu siswa pencinta alam yang tergabung dalam organisasi pencinta alam, Ia sudah menaklukan beberapa Gunung di pulau Jawa. Menaklukan hatiku juga seh wkwkwk... selain tampan ia juga orang yang romantis. Kita hanya berbeda kelas, aku duduk di kelas IPA A dia di kelas IPA B.
" Dek, kamu rencananya habis ini mau melanjutkan pendidikan di mana, sayang Lo kalo nggak melanjutkan, kamu kan peraih nilai tertinggi".
"Mmmmm... Jogja kali ia, Kaka gimana?".

        "Maaf Dek, Aku harus pulang ke kampung halamanku. Aku harus kuliah di sana. Sebenarnya Aku ingin sekali kuliah di Jogja, menemani kamu, tapi gimana lagi, Aku tidak bisa menolak. Aku minta maaf Dek.. maaf sekali. Aku tak bisa bersamamu". Ucap ka Faris sembari menatapku sambil berkaca-kaca.

    Aku hanya tertunduk lemas, menatap tanah di bawah. Aku tak mampu berkata. Bagaimana Aku tak merasa begitu kehilangan?, Sedangkan hampir setiap hari  Aku dengannya selalu di pertemukan, entah kegiatan Pramuka, osis, atau kegiatan lainya. Bahkan ketika tidak ada kegiatan untuk bertemu, aku sengaja izin ke toilet, atau izin ke perpustakaan, hanya untuk wajahnya. Hingga pernah pada saat itu, Aku mengintip Ka Faris lewat jendela di kelasnya, namun naas, Aku ketahuan oleh guru kelasnya. Matilah Aku, semua teman kelasnya memandangku. Aku langsung kikuk dan berlari dari belakang kelasnya. Sedangkan esok, Aku tak bisa memandang wajahnya. Kita terpisah jarak samudra. Karena ia harus ke kampung halamannya di Kalimantan.

   " Tapi Aku hanya kuliah saja, Aku akan menjaga hatiku untukmu. Aku janji kamu bidadariku." Ucapnya menenangkanku.
   
      " Aku pasrah ka, Aku hanya bisa menjaga hatiku, Aku berharap kita bisa bersatu kembali. " Ucapku.

     " Doorrrr, ciee... Ciee... Pasangan yang terpopuler se Antero Nusantara jagadraya Indonesia raya merdeka. Jand... So sweet banget. Bikin para semut semut yang jomblo pada ngiri.." ucap kiki. Yang berjalan menuju arah kami berdua.
   
Aku buru-buru menyeka air mata, sembari tersenyum manis untuk ia, gadis paling rempong se-SMA.

   "Lho berati kamu semut dong, kamu kan jomblo". Ucapku meledeknya.

    "Iiihhh sebelll deh Aku, Aku ini gak jomblo ya, Aku tu banyak yang naksir... Tapi Aku saja ya gak mau wkwkwkw". Ucapnya  sembari tertawa.

     " Iya, kamu banyak yang naksir, tuh sampe lalat aja naksir sama kamu". Ucap ka Faris menunjuk lalat yang mendarat di jilbab Kiki.

   " Gak mandi ya Ki, pantesan aja lalat aja naksir." Timpa ku.

   " Enak aja, Aku tuh dah mandi pakai bunga tujuh rupa, air tujuh sumur, udah membasuh tujuh kali... Udah cantik begindong ( begini ) kalian aja yang gak pernah liat Miss universe yang cantik sampe di hinggapi lalat ". Ucap Kiki sambil melenggak lenggokkan badannya serasa Miss Indonesia.
   " Gak sekalian di basuh 7 kali, salah satunya pakai debu". Candaku.
" Weee, emang apaan". Ucap Kiki  sambil memonyongkan bibirnya lima centi.

Aku dan Ka Faris terkekeh melihat aksi Kiki yang kacak itu. Dasar Miss rempong.
  
      " Btw, besok kamu mau lanjutin kuliah di mana ki ?". Tanya Ka Faris

      "UGM dong ". Jawab Kiki dengan pdnya.

      " Universitas grio morotuo ". Ledekkku
   Kiki pun tertawa terbahak-bahak.

      " Dasar sudah kebelet nikah ". Timpal ka Faris.

       Kiki tiba-tiba terdiam, sudut matanya bercahanya dan perlahan mengeluarkan butiran bening dari matanya. Wajahnya kusut bagaikan baju yang tak di setrika.  Sesekali ia menyeka air matanya.

   " Ki, kamu kenapa?, Aku salah ya?". Ucapku penuh perasaan bersalah.

      Kiki tak bergeming, tangisnya pecah. Aku semakin bingung. Aku hanya bisa memeluknya dan mencoba menenangkannya . Belum pernah Kiki sepeti ini.

    " Naf,  kamu nggak salah.. "ucapnya.
Aku berusaha melonggarkan pelukanku. Dan berusaha mendengarkan apa Yanng sebenarnya terjadi padanya.

      "Kamu kenapa, ..?".

       " Aku memang akan menikah setelah lulus". Ucapnya sembari mengelap air matanya dengan jilbab.

    " Ha... Nikah ?". Ucapku dan Ka Faris kompak.

     " Bukanya kamu dah kebelet nikah ? .. tapi kenapa malah nangis ?". Ucapku.
   
    Memang kelas IPA A terkenal akan jawaban menikah setelah lulus SMA. Setiap di tanya guru, " mau lanjutin kemana setelah lulus?". Pasti njawsb rumah mertua. Meskipun kalimat itu hanyalah abang-abang lambe atau sekedar guyonan, tapi pasti kalimat itu yang keluar.

     Pernah pada suatu saat, ketika itu Pak Andi, guru kimia kami  petanah bertanya,  "mau lanjutin kemana besok ?". Dan kelas kami kompak menjawab " rabi ( menikah )". Pak Andi hanya tersenyum sambil tepuk jidat.  Aku pun terkekeh melihatnya. Kemudian Pak Andi menutup pelajarannya, sampai di depan pintu, Pak Andi masuk ke kelas lagi dan bilang "Mas, Mba yang sabar ya, di tahan pengin nikahnya, kalau ada jodohnya Ndang ke KUA, kalau belum ya tahan ya.. ya puasa aja dulu". Tutur beliau. Singkat padat dan penuh makna. Kalimat itu sontak membuat sekelas tercengang. Pak.. pak... Kocakk...
  
" Naf, Ris. Aku mohon jangan bilang siapa-siapa ya tentang hal ini ". Ucap Kiki berusaha menenangkan dirinya dan mengungkapkan apa yang terjadi.

" Insyaallah " ucapku dan Ka Faris.

" Jadi, kakekku memberikan aku wasiat  menjodohkan aku dan putra sahabatnya, putranya Kyai Mahmud. Ayah dan ibuku pun tak bisa menolaknya, apalagi Aku. Aku takut di bilang anak gak patuh. Anak durhaka. Akhirnya aku nurut, meskipun aku tak pernah tau wajahnya calon suamiku itu. Aku bingung harus bagaimana". Ucap Kiki.
  Suara tangisnya semakin menjadi-jadi. Aku paham betul apa yang dia rasakan. Menikah itu bukan hubungan untuk satu atau dua hari, melainkan ibadah terlama yang harus di jalani bersama. Aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi padaku, mungkin aku akan kabur atau apalah agar tak di jodohkan. Kasihan Kiki.
  
   " Yang sabar ya Ki, di jalanin aja dulu kalau kamu mau berbakti sopo ngerti witing tresno jalaran Soko kulino". Ucapku berusaha menenangkan hatinya.

Kiki hanya mengangguk pelan.
Tiba-tiba

" Bruttttttt " suara bom meledak menghantam kami berdua, seperti kota Hiroshima dan Nagasaki yang porak poranda, Aku dan Ka Faris mengibas-ngibaskan tangan. Banubya masyaallah menusuk hidung.
 
"Kiki ....., Aku malah di bom". Teriakku kesal. Kiki tertawa terbahak-bahak.

" Ya Allah habis makan Pete kamu ya Ki "timpal ka Faris menutup hidungnya.

"Hhee maaf." Ucap Kiki.
"Btw makasih ya, sudah mau mendengarkan ceritaku, kalian the best pokoknya. Semoga kalian langgeng sampe maut yang memisahkan. Gak punya kisah sepilu Aku, biar aku saja kalian gak akan kuat ." Ucap Kiki merangkulku.
  " Aku gak di peluk nihhh ." timpa ka Faris iri.
  "Noh sama tiang listrik." Sambung Kiki.

   ~Menikah bukanlah hal yang mudah, bukan hanya ke uwwuuuan yang tercipta, tapi harus bisa meluluhkan setiap ego yabg ada. Menikah bukan hanya  Aku dan Kamu, tapi kita semua. Segenap keluarga besar. Menikah karena niat ibadah karena Allah bukan karena nafsu semata .~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang