Senja.

47 7 0
                                    

Sang senja mulai membakar langit. Warna coklat kemerahan itu datang menghiasi kota yang mati rasa untuk pria yang berjalan dengan kameranya.

Yoshi, pria dengan kamera, melangkah dengan langkah yang sangat lunglai. Matanya hampa, seolah dia hanyalah mayat yang secara ajaib dapat berjalan.

Dia memegang kameranya dengan erat, seolah itu berharga sama seperti nyawanya, meski nyatanya dia mampu untuk membeli seratus yang seperti itu.

Yoshi memutuskan untuk memasuki sebuah Minimarket dengan logonya yang berupa salah satu angka prima, dengan basis warna Jingga, Merah, Putih, dan Hijau.

Dia terpaku, terdiam didepan sebuah kulkas berisi bermacam-macam minuman. Tangannya nyaris menyentuh sebuah kaleng minuman berisi minuman karbohidrat sebelum sebuah suara masuk ke dalam otaknya.

"Kak, jangan soda lagi. Aku gak mau kamu sakit karena overdosis soda." Kata-kata itu yang tiba-tiba muncul di memori Yoshi. Suara gadis yang khawatir seolah-olah yang akan dia minum adalah racun mematikan yang dapat menewaskan seseorang hanya dengan satu tetes, meskipun nyatanya itu hanyalah soda biasa.

Yoshi menggelengkan kepalanya, mengambil satu buah botol dengan isi teh. Berjalan ke arah kasir, kemudian membayarnya dan keluar.

Dia berjalan, menyelusuri kota yang mati rasa untuknya. Dia memperhatikan ke arah sekiling, menatap seberapa bahagianya orang-orang yang di kala senja yang baginya membawa luka dalam.

Melihat seberapa hangatnya musim gugur untuk beberapa orang karena bersama dengan orang-orang terkasih. Berbeda dengannya, sekalipun itu musim panas, dia tetap merasa dingin.

Yoshi memegang cameranya, mengarahkan ke arah matahari yang hampir tenggelam. Mengambil satu foto untuk mengingatkannya akan sebagaimana ia membenci warna merah jingga dilangit.

Camera - Yoshi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang