1

106 5 9
                                    


[ Dikarenakan ini cerita pertama, jadi masih banyak kekurangan harap maklum yak.. ]

H  A  P  P  Y         R  E  A  D  I  N  G




"lho dia masih sekolah di sini?"

"Gila ya masih punya muka buat berangkat sekolah."

"Gak tahu malu."

"Cantik enggak, tingkahnya gak ketulungan."

"Untung anak orang kaya kalau enggak udah di buang dia."

"Dasar sok banget."

Gadis berambut kecoklatan yang diikat setengah itu berjalan santai menyusuri koridor, ucapan atau lebih tepatnya hinaan dari beberapa murid tidak menggoyahkan ketenangannya. Tangannya sibuk memutar dasi yang sengaja dia lepas lalu bersiul  ringan.

( Abaikan cat rambut ya gaiss :> )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Abaikan cat rambut ya gaiss :> )

Zelina Arkita Breijaya,

Orang lain bilang Zelin adalah makhluk penghuni ruang BK, terasa aneh jika cewek itu tidak menginjakkan sepatunya di lantai ruangan dengan aura mencekam tersebut.

Zelin membenarkan ucapan semua orang, kalau bukan karena ayahnya mungkin dia sudah dikeluarkan dari SMA Grandipta— sekolah internasional yang berisi anak anak dari keluarga konglomerat atau orang penting.

Nugroho Breijaya— ayah Zelin adalah seorang pengusaha di bidang kuliner yang memiliki banyak cabang di berbagai kota besar, bahkan Nugroho kerap diundang di acara TV sebagai tokoh menginspirasi untuk masyarakat. Delima Arantyanti, ibunya dulu adalah seorang pengacara, namun sayang saat Zelin berusia 2 tahun Delima mengalami kecelakaan beruntun saat perjalanan ke Medan dan meninggal ditempat.

Zelin menoleh saat merasakan rangkulan di bahunya. Dan dia dihadiahi cengiran lebar yang memamerkan gigi berbehel dari gadis berambut sepundak bernama Virga.

"Gue traktir yok sarapan." Ajak Virga lalu mendorong pundak Zelin memutar arah ke kantin.

"Lima menit lagi bel, Vir."

"Dih sejak kapan lo mikirin gituan."

"Tadi di gerbang udah di cegat pak Malik gue." Tuturnya lalu memasang asal dasinya yang sudah tak berbentuk.

"Cie pasti dikasih tausiyah."

"Perut gue tadi agak mules apa jangan jangan jin di badan gue berkontraksi ya?"

Another FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang