PROLOG

21 5 16
                                    

Permintaan dan Penawaran.

{Pertemuan yang manis semoga tidak berakhir miris}

🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬

Di sudut ruangan yang sejuk, ditemani buku sajak, novel, dan notes book. Seseorang duduk di atas karpet lesehan perpustakaan sekolahnya. Sudut ruangan tidak mengerikan seperti yang beberapa orang bilang, ini sangat sejuk dan nyaman. Hanya di sini ia mendapat ketentraman yang begitu khidmat.
Ah, namun sepertinya ia salah memiliki pemikiran seperti itu...

"Mau berteman sama gue?"

Pertanyaan yang diajukan terlalu mengejutkan untuk seorang gadis yang tidak terlalu suka berbicara ketika dihadapkan orang baru. Lelaki ini seperti tak asing, mungkin dia salah lelaki populer di sekolahnya. Rambut yang jatuh, rahang yang tegas, bibir tipis yang selalu tersenyum simpul.
Name tag bordiran di atas setelan pakaian abu-abu memberitahu dalam bisu bahwa pemuda itu bernama..

"Angga Karsono," gumamnya pelan.

Pemuda itu tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya. "Yup! Hanggita Kisari Anjasmara Putri, right?"

"Hm," dehamnya sambil menetralkan ekspresi keterkejutannya. Alisnya masih berkerut tersirat keheranan, name tag bordiran di bajunya hanya berisi nama Hanggita Kisari dan singkatan dari Anjasmara Putri-- A.P.

"Hanya sedikit tahu tentang orang-orang yang akan berhubungan dengan gue di masa depan."

Merasa tak mengerti dengan tuturan yang diberikan, Hanggita menaikkan alisnya sebelah. "Sebelumnya kita tidak saling mengenal. Masa depan? jangan konyol." Lelaki itu terkekeh dan mengamati pergerakan perempuan di depannya. Manis.

Novel dan notes book yang semula terbuka di sebelah Hanggita, kini ditutup dan dimasukkan di dalam totebag cewek itu. Pada saat kedua benda baku itu dimasukkan, selembar kertas jatuh di atas karpet lesehan perpustakaan. "Lo penulis?"

"Jangan lancang!" geram Hanggita berdiri hendak merampas selembar kertas dari jemari yang memegangnya. Angga tak memudahkannya begitu saja, ia melambaikan tangannya ke atas agar perempuan di depannya merasa dipermainkan.
Keseimbangan Angga goyah karena kakinya ikut berjinjit ke atas agar semakin susah untuk dijangkau oleh Hanggita, dipeluknya pinggang cewek itu hingga mereka terjatuh dalam posisi Hanggita menindih Angga.

"Jangan terlalu formal sama gue, dan ... masa depan yang ada di pikiran lo berbeda dengan apa yang gue maksud." Kesenyuian menyerang beberapa detik setelah pemuda itu menyelesaikan kalimatnya. Buru-buru Hanggita bangun dari posisi itu. Jantungnya berdegup kencang. Ini benar-benar awkward. Sendiri pun tidak bisa memulai obrolan, apalagi situasi yang tidak terduga seperti tadi. "Peduli setan!" desis cewek itu seraya duduk bersila.

lalu apa maksud dari perkataannya yang menyangkut pautkan dengan masa depan?

Seakan mengerti keadaan, "Maaf untuk kejadian tadi, gue reflek,"

"Tapi permintaan.. oh, atau penawaran tadi tentang mengajukan pertemanan masih bisa kan?". Sepertinya pemuda ini tidak tahu malu, Hanggita heran dibuatnya. Bingung ingin menanggapi apa, cewek berambut panjang 4 cm dari pinggang itu hanya mengangguk dan meraih selembar kertas tadi.

"Gue tanya sekali lagi, lo penulis?"

"Ya."akunya.

Aroma permen caramel kubus mengunggah memenuhi jarak dua orang yang sibuk dengan pikiran masing masing. Hanggita tak masalah jika suasana seperti ini, toh memang sering mengalaminya.

"Mau?" tawarnya sambil merobek kemasan permen itu hingga ujung. Menampakkan 8 buah permen dengan porsi yang sama, 1 buah sudah dikunyah oleh Angga, 6 buah permen dimasukkan di saku bajunya, 1 buah sisanya berada di genggamannya.

Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak, terima kasih." tolaknya lembut. Ternyata dengan tolakan halus yang diberikan, pemuda ini masih tak mengerti. Angga meletakkan satu buah permen caramel kubus itu di atas totebag teman barunya.

"Makan itu ketika lo nulis, gue akan telepati sama permen itu, ingin menemani penulis besar menulis karyanya, yang sekarang jadi teman gue." Pemuda itu menunjuk permen caramel yang ia letakkan.

Mulut yang terkatup rapat kini menganga tidak sempurna. "Lo liat isi dari kertas yang tadi?"

Kedua alis cowok itu naik turun, "Well, memang benar. Isinya kontrak penerbitan novel angkasa dan asa, novel elektronik yang populer dua bulan ini."

"Salah satu sider?" tanya Hanggita dengan nada yang menjengkelkan. Ia mengikat rambut dengan gaya kuncir kuda, tadinya rambut panjang itu terurai indah. Aktivitas itu tak luput dari pandangan Angga, lagi lagi cowok itu tersenyum simpul hingga kedua lesung pipinya terlihat.

"Tidak minat membaca sesuatu yang terlalu puitis dan penuh cinta," jawabnya tenang.

"Gue suka dengan kata-kata puitis yang lo ketik kok tapi, gue prefer ke laga."

Hanggita sedikit tersinggung dengan perkataan Angga beberapa detik lalu.
Suara mesin penyejuk ruangan terdengar mengisi ruangan yang sunyi. Jam kunjung perpustakaan sebentar lagi akan habis, namun sepasang teman baru itu tak bangkit dari posisinya.

"Sekali lagi maaf kalau perkataan gue nyinggung" Nada penyesalan meluncur dari bibir tipis nan indah cowok bermarga Karsono.

Cewek didepannya tersenyum masam sambil menganggukkan kepala. "No prob, gue permisi duluan." Seraya membereskan barang-barangnya. Permen caramel yang diberikan Angga pun ia masukkan ke dalam sakunya.
Tangan kokoh menghentikan pergerakannya. Hanggita menaikkan alisnya yang di sebelah kanan. "Instagram lo."

Handphone elegant berwarna silver keluaran terbaru dikeluarkan dari kantong celana Angga, menampilkan pencaharian nama akun di aplikasi yang ia sebutkan tadi. Handphone yang semula digenggaman pemuda itu kini sudah berada di genggaman perempuan di depannya, layarnya cerah membuat netra Hanggita tidak nyaman. Jemari lentik itu dengan gesit mengetik apa yang diminta Angga.

Angga tersenyum manis lalu berkata, "Terima kasih, teman." Hanggita berdiri dan menjinjing totebagnya, mengangguk singkat memberikan respon untuk perkataan Angga barusan. Cewek itu berlalu meninggalkan pemuda yang baru saja menjadi temennya sendirian.

"Jangan lupa follback! BTW parfum aroma vanila lo candu. Kaya rokok, Ta." Angga tahu perkataannya tak akan didengar oleh Hanggita. Karena yang diajaknya berbicara sudah melenggang pergi ke arah pintu masuk perpustakaan.

Seseorang menyaksikan interaksi yang singkat itu sambil tersenyum penuh arti. Sampai nanti perempuan yang kukasihi...

🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬

Halo semua😻
Maaf kalau aku tidak sepandai penulis lainnya. Aku baru belajar...
Pertama kali membuat cerita dengan tema yang berat.
Kritik saja ketika ada kesalahan kata, kalimat, dan tanda baca.

Terimakasih untuk author Yasa dan Asa atas bantuan yang diberikan.
Mungkin akan ada beberapa orang yang tahu siapa Hanggita yang kumaksud di cerita ku ini.
Perempuan tangguh yang mendekati kata sempurna.

Sampai berjumpa lagi🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BertautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang