Prolog

966 117 36
                                    

Siang bagaikan malam. Tetapi malam tetaplah malam.

Aku tak habis pikir tentang hal itu. Hidup dalam batas antara dunia kasatmata dan dunia tidak kasatmata. Tampaknya aku berada di tengah-tengahnya, kaku bagaikan seseorang yang tidak mampu memilih sebuah pilihan.

Saat ini aku masih berdiri di atas jembatan penghubung dunia 'kita' dengan dunia 'mereka'. Jembatan tanpa ujung namun sebenarnya berujung. Maksudku, bagi manusia normal: jembatan ini tak akan menuntun jalan menuju suatu lokasi meski hingga lelah sekali pun. Tapi, bagiku dan orang-orang sepertiku: jembatan ini akan menuntun menuju dua tempat berbeda, amat jauh berbeda.

Yah, aku terjebak di dalamnya. Terperangkap dalam kebingungan yang sangat berarti. Membedakan dua hal yang sudah jelas tidak sama. Akan tetapi, itu sulit! Memang sulit, bahkan begitu sulit.

Aku sudah tidak bisa melihat angka sembilan adalah sembilan. Yang kulihat sembilan adalah enam. Enam yang menggambarkan diriku....
Kesempurnaan harus terhenti dengan sebuah indera yang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang