1

1.2K 204 24
                                    

Daun-daun berguguran menyambut datangnya musim gugur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun-daun berguguran menyambut datangnya musim gugur. Orang-orang mulai mengenakan pakaian hangat saat keluar rumah. Begitu pula dengan Mira, mahasiswa semester akhir universitas Oxford. Ia mengenakan sweater tebal dan sebuah beannie hat di kepalanya.

Mira melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia berniat pergi ke kafe dekat asrama untuk sarapan.

"Hello," sapa Mira ketika memasuki kafe. Hampir setiap hari Mira datang ke kafe, makanya dia sudah cukup dekat dengan karyawan-karyawan disana.

"Hey, what's up?" sapa si kasir, Luna dengan senyum di wajahnya.

"Better than yesterday." balas Mira tersenyum ramah. "Oh, I want--"

"Americano with no sugar and pancake?" tebak Luna, ia menyeringai.

"Know my order, eh?" ucap Mira tertawa pelan. Luna ikut tertawa pelan, kemudian ia menuliskan pesanan Mira pada tab yang dibawanya.

"How could I didn't memorise it if you keep ordering that." ucap Luna. "Lucky you, no one sit on your favorite place. I'll bring it if your order's ready.

Mira mengangguk, ia mengambil struk dan kemudian berjalan menuju pojok kafe. Tempat kesukaannya. Entahlah, Mira selalu merasa tenang tiap kali duduk di sana.

"Here your americano and pancake." ucap Luna.

"Thank you." balas Mira. Uap mengepul di atas kopinya, ia meniupnya dan menyesapnya perlahan. Ketenangan menyelimuti Mira, ia sangat menyukai suasana ini. Ia melamun melihat keluar kaca, entah apa yang ia pikirkan.

"Mira!" panggil temannya yang sedikit mengejutkan Mira.

"Astaghfirullah, jangan ngagetin bisa ga?" kesal Mira. Hampir saja secangkir americano yang ada di tangannya menumpahkan diri.

Orang itu menggaruk tengkuknya pelan, merasa sedikit bersalah. "Ya sorry deh, lagian lo ga nyaut waktu gue panggil."

Mira menghela napas pelan. "Duduk gih." ucap Mira mempersilahkan termannya duduk. "Lo ngapain di sini?" tanya Mira datar.

"Senyum dikit kek. Ga seneng banget gue di sini." protes temannya.

Mira kembali menghela napas pelan, kemudian ia menyunggingkan senyumnya terpaksa. "Ada perlu apa anda kemari, saudari Viona Fadrin?" Ya, kalian tidak salah baca kok. Dia benar Viona Fadrin atau lebih dikenal dengan nama Vivi, mantan Chika dan mantan musuhnya.

Mereka bisa menjadi teman karena sama-sama anak rantau. Terlebih lagi mereka merupakan anggota himpunan pelajar Indonesia di Inggris, jadi mereka sering bertemu saat ada kegiatan organisasi.

"Gue ada urusan di sini, biasalah." jawab Vivi.

"Temen-temen lo mana?" 

"Mereka otw jam 11 nanti, daripada gabut mending gue ke sini dulu."

Choice - ChiMi [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang