BAB 3 🧚‍♀️

39 24 16
                                    

|Senyuman indahmu dibawah rintik hujan, membuatku melamun tanpa kesadaran|
🦋

●●●

Hukuman Cinta masih terus berjalan hingga membuatnya bosan, dan bertingkah seperti orang kejiwaan. Dia berlarian di halaman sekolah, mengikuti kemanapun Devan berjalan. Untuk tujuan balas dendam dengan menjahili dirinya.

"Ahh apaan sih elo, gua mo pelajaran!" Teriak Devan menghentikan Cinta.

"Kan aku cuman ngikutin kakak. Huhuu kakak kan maha benar katanya" Jawab Cinta sambil mencibirkan bibirnya.

"Gebetan elo ya Dev?" Tanya salah seorang gadis, Afina Chandra Karina namanya, memiliki rambut panjang bergelombang dengan warna sedikit coklat, menggunakan soflens dan liptint merah mencetar, bulu matanya lentik. Postur tubuhnya tinggi, ideal, huhuu.. impian setiap cewek tuh pastinya.

"Enak aja! Dia bayangan aku. Gak berwujud!" Celetuk Devan mengelak.

"Wahhh.. wahh.. aku jadi bayangan kakak? Yeay romantis dech.." Teriak Cinta sambil mengepalkan kedua tangannya didekat pipinya.

"Ihhh najis.." Celetuk Afina.

Ekspresi Afina mulai layu, seperti bunga yang lama tidak disiram, seperti buah apel terbelah yang dibiarkan tertiup angin. Memang Afina adalah teman sekelas Devan, yang merupakan teman SMP Devan juga. Tak heran jika dalam hati Afina tumbuh rasa cinta yang menggebu. Lagi pula Devan kan cogan.

"Cieew.. kakak cemburu yah?" Celetuk Cinta menyenggol pundak Afina. "Ihh aku serasa pendek" Sambung Cinta menyadari bahwa postur tubuhnya lebih pendek dari Afina.

"Dasar pendek, huu bocil" Teriak Devan.

"Gapapa dong pendek, ntar aku imut" Jawab Cinta dengan percaya diri.

"Marmut kalik" Sambung Devan.

Tangan Afina mulai mengepal, seperti akan memukul sesuatu yang keras. "Devan, gua mo bicara empat mata sama kamu!" "Ke gazebo.." Sambung Afina menarik tangan Devan.

"Loh kak.. pacar aku mau dibawa kemana" Teriak Cinta sok melas. "Huh ternyata enak ya ngerjain orang" Gumam Cinta dalam hati sambil tertawa terkekeh.

"Ngapain narik narik gua segala?!" Teriak Devan mengibaskan gandengan tangan Afina.

"Ooo jadi bener, itu bocil gebetan kamu?" Celetuk Afina dengan ekspresi marah dan cemburu.

"Emang kenapa sih, oh iya elo kan suka sama gua. Hahah.. kan gua udah pernah bilang sama elo kalo gua ga akan pernah suka sama elo!" Teriak Devan berbicara kasar.

"Bener bener gak punya hati. Gua udah ngerubah penampilan gua, gua udah ngerubah sikap gua. Tapi apa? Elo tetep gabisa nempatin gua dihati elo? Atau memang pasalnya kamu ga punya hati?!" Teriak Afina menangis tersendu sendu.

"Aduh kakak, jangan bertengkar. Kan emang kak Devan gak punya hati" Celetuk Cinta di belakang mereka.

"Hey, kan gua udah bilang mo bicara empat mata. Kenapa elo nguping?" Teriak Afina mendorong Cinta.

"Ohh empat mata, oke aku merem nih kak. Telinga aja yang kebuka" Celetuk Cinta dengan polosnya.

"Tumben kamu cerdas" Kata Devan lirih dengan senyum miring.

"Pacarnya siapa dulu, Kak Devan gitu loh" Teriak Cinta keras.

"Heh ngawur aja, yang bilang kita pacaran siapa?! orang gua aja benci ama elo kok"

"Ahhhh, gada gunanya gua disini!" Teriak Afina meninggalkan mereka berdua.

"Nah, pergi sana ah.. ganggu aja" Teriak Devan.

Entah mengapa, Devan sangat membenci Afina. Padahal dia cantik, ideal, impian semua lelaki pastinya.

"Argh.. sial mengapa dia ngaku pacar gua" Gumam Devan.

"Acie ciee.. Kak Devan mikirin aku ya?"

"Hah, mikirin elo? Ah najis, mendingan gua mikir kejebur got daripada mikirin elo" Jawab Devan cuek.

Belum sempat Devan berlari ke kelasnya,hujan malah turun dengan derasnya. Padahal mulanya tidak ada mendung ataupun gemuruh petir.

"Bagaimana bisa hujan tiba tiba tanpa ada mendung?" Celetuk Cinta.

"Hujan bisa datang kapanpun dan pergi kapanpun juga, lagi pulak ini kan musim hujan" Jawab Devan.

"Oh iya, kayak dia yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamitan, bisanya cuman ngasih harapan doang." Gumam Cinta lirih.

"Sial, semua cewek emang bucin" Kata Devan dalam hati sambil melirikkan matanya ke arah Cinta.

Meskipun hujan turun dengan lebatnya, tetapi itu semua tidak mengubah hukuman yang telah diterima Cinta. Dia belum juga diizinkan untuk masuk ke kelas, dia hanya bisa melamun dengan Devan di gazebo sekolah dengan ditemani suara gemercik air hujan.

"Pada hujan yang membawa harapan, perkenankan aku untuk merindukan sosok yang telah memberikan luka dan air mata.
Pada sepi yang membawa kedamaian, perkenankan aku untuk memikirkan sosok yang pernah aku relakan. Quotes from Cinta. Eak eak" Teriak Cinta sambil memperagakan orang yang sedang berpuisi.

"Ah sialan, mengapa hujan disaat seperti ini. Dan harus sama cewek gila ini" Celetuk Devan yang berpikir dia sial, pasalnya memang gazebo berada di pojok sudut sekolahan. Dan untuk kembali ke kelasnya artinya Devan harus menyeberangi hujan itu. Perlu digaris bawahi Devan sangat tidak suka kehujanan.

"Kak 'g u a g a k g i l a' tebelin itu" Teriak Cinta.

"Yang ditebelin apanya? Alis?" Jawab Devan memiringkan kepalanya.

"Hmmm.." Gumam Cinta tanpa kata, dia berjalan ke pinggiran gazebo. Menadahkan tangannya ke tetesan air hujan. Sambil tersenyum dengan damainya. Dia memejamkan matanya dan mulai melangkahkan kakinya ke depan.

"Heh elo gila ya? Elo mo hujan hujanan?" Teriak Devan menghentikan Cinta.

Cinta tidak menghiraukan kata kata Devan. Dia berputar pelan di bawah derasnya air hujan, dengan senyuman manis. Dia mulai membuka matanya dan berteriak "I like it"

Devan melamun, tatapannya hanya tertuju pada Cinta. Tanpa sadar Devan pun tersenyum tipis dan bergumam lirih "Ternyata elo emang cantik, apalagi saat tersenyum"

"Ah sial, mengapa aku memujinya. Gadis gila" Katanya dalam hati yang menyadarkan lamunanya.

Hai hai hai,, segini dulu yaa..
Maaf baru bisa up lagi, soalnya kuota abis🤣
Tunggu lanjutannya yakk...
Emisyuuu😄

Dendam Berujung Rasa [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang