Jungkook dan Taehyung terus berjalan berdampingan menyusuri koridor. Ah, bukan koridor. Apa harus Jungkook katakan bahwa itu lebih terlihat seperti terowongan tanpa ujung?
Hingga mereka tiba di pertigaan yang membelah jalan utama. Keduanya saling menatap, seolah bertelepati untuk mengatakan keraguan isi hati.
“Gue ikut pilihan lo, Jung,” ujar Taehyung. Jungkook tiba-tiba merasa takut, tangannya gemetar. Ia takut salah memilih dan pada akhirnya mereka berdua akan tersesat selamanya di dalam ruangan gelap tanpa batas ini.
Taehyung yang peka dengan keadaan Jungkook langsung menggenggam tangan lelaki itu seraya menatap intens matanya. “I believe on your choice, I believe you.”
Kalimat itu cukup menenangkan pikiran Jungkook. Pemuda itu kembali melihat ke tiga arah jalan yang terpisah. Tidak ada yang perbedaan, semua jalan sama-sama terselimuti kegelapan.
“T-tae, jalan kedua,” pilih Jungkook. Ia menatap lamat jalan yang berada di tengah dua jalan lainnya itu.
“Ayo!” seru Taehyung. Mengajak Jungkook untuk kembali melanjutkan langkah.
Namun, baru saja berjalan satu-dua
langkah, Jungkook menarik lengan baju Taehyung. Menghentikan langkah kaki Taehyung dan membuat laki-laki menoleh kepada pemuda yang lebih muda di belakangnya itu.“T-takut,” cicit Jungkook.
Taehyung merasakan ketakutan yang sama dengan Jungkook. Akan tetapi, ia tahu bahwa ia harus lebih kuat untuk bisa menenangkan sahabatnya itu. Mereka harus bisa pulang secepat mungkin sebelum kehabisan kekuatan untuk berjalan lagi.
Taehyung menyentuh pundak Jungkook dengan pelan, mengusapnya perlahan. “Jung, you have to be brave. Karena cuma dengan itu, lo bisa pulang. Dan lo gak usah khawatir, lo
punya gue kok di sini. Lo gak sendirian. Jadi, sekarang ayo kita jalan sama-sama. We can go home.”Jungkook yang masih gemetar pun
menganggukkan kepalanya. Taehyung benar. Ia hanya perlu bersikap lebih berani. Karena hanya dengan itu, mereka berdua bisa menemukan jalan pulang.Taehyung tersenyum, ia meraih tangan Jungkook dan kemudian menggenggamnya. Memberikan pemuda itu kekuatan lalu mengajaknya untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Satu persatu langkah kaki yang mereka ambil membawa mereka berjalan lumayan jauh di jalan ini, jalan yang mereka telah pilih sebelumnya.
Selang beberapa menit berlalu, ada suatu aroma yang menyengat memaksa masuk ke dalam indra penciuman mereka.
“Tae...”
Taehyung lantas menyuruh Jungkook mundur beberapa langkah ke belakang. “Lo punya kain, Jung?”
Jungkook mengangguk. Ia lalu mengambil tas ransel yang mereka bawa dan mengeluarkan kain yang dimaksud. “Tapi, Tae, kita cuma punya satu.”
Taehyung mengambil kain tersebut dari Jungkook dan terlihat berpikir. “Oke, lo pake,” ucap Taehyung memutuskan. Ia memberikan kain tersebut kepada Jungkook.
“Lo gila?! Gue gak mau make kalau lo gak make juga,” sahut Jungkook menolak.
“Jung, kainnya cuma satu. One of us
should use it, and it must be you.”Jungkook ingin menangis. Ia mencengkeram ujung baju Taehyung sambil menggelengkan kepalanya. “No, gue gak mau lo kenapa-napa, Tae.”
Taehyung tersenyum menatap Jungkook.“Gue gak bakal kenapa-napa, tenang aja. Jadi, lo harus pake, oke?”
Walaupun dengan berat hati, akhirnya ia mengiyakan keputusan Taehyung. Jungkook akan memakai kain itu sebagai penutup hidung dan mulutnya, sebagai perlindungan dari aroma sesuatu yang sangat menyengat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Home [BTS Oneshot] | ✔
Fanfiction[COMPLETE] Jeon Jungkook dan Kim Taehyung tersesat di suatu ruangan gelap tanpa ujung. Ketika mereka harus bisa mencari jalan pulang, they only have each other. Bisakah Jungkook dan Taehyung menemukan jalan pulang mereka? "I believe you, we can go...