Happy Reading !!
<------->
-> Jeonghan pov on
Aku masih berlari menyusul langkah Seungcheol yang menurutku cepat itu. Ketika langkah kami sudah sejajar, aku memanggilnya.
"Jamkkanman, Seungcheol-ssi. Tasmu?" panggilku pada Seungcheol yang akan menaiki tangga untuk menuju lantai atas.
Kenapa menaiki tangga? Karena lift di gedung ini rusak dan security sedang menghubungi teknisi yang akan memperbaikinya.
Kedua tanganku menengadah guna meminta tas yang ia bawa. Tapi jawabannya membuatku terpaku sejenak.
"Tidak perlu, Jeonghan-ssi. Ini hari pertama-mu, jadi tidak perlu sesibuk itu." Jawabnya.
"Tapi ini sudah menjadi tugasku, Seungcheol-ssi." Sergahku.
"Tidak masalah, aku masih bisa membawanya."
"Tap... aaahhh !!!" keseimbanganku hilang saat akan menyusul Seungcheol yang sudah menaiki anak tangga ke 20. Karena kehilangan keseimbangan tersebut, membuatku otomatis menjerit.
Belum sampai tubuh ini menyentuh lantai, aku merasakan sebuah tarikan di pergelangan tangan. Aku yang awalnya memejamkan mata, akhirnya membuka dan mendapati tangan Seungcheol-lah pelaku penarikan itu.
"Kau harus berhati-hati, Jeonghan-ssi." Ujar Seungcheol lembut.
"Joe-Joesonghamnida."
"Wae?" pertanyaan Seungcheol seketika memecahkan keheningan yang beberapa detik lalu terjadi.
"Ka-kaki ku sakit." Aku hanya bisa menunduk saat mengucapkannya.
"Yoon Jeonghan bodoh. Di hari pertama bekerja, kau sudah membuat masalah. Bagaimana di hari-hari selanjutnya, jika kau masih seceroboh ini?" cercaku dalam hati pada diri sendiri.
"Aakkhhh,, Yak ! Turunkan aku, Seungcheol-ssi. Aku mohon." Teriakku terkejut karena Seungcheol yang tiba-tiba mengendong tubuhku di punggungnya.
Dalam gendongan-nya, aku hanya terdiam dan dapat mencium wanginya parfum dan keringat Seungcheol yang bercampur. Bau tubuhnya saja sudah membuatku mabuk, mabuk untuk memakannya.
"Hilangkan pikiran mesum-mu, Yoon Jeonghan." Aku memukul pelan kepalaku yang sempat berpikiran kotor tentang bau tubuh seorang Choi Seungcheol.
------->
Setelah menaiki anak tangga yang tak terhitung lagi, akhirnya aku dan Seungcheol sudah berada di lantai dua. Dengan segera, Seungcheol melangkah lagi menuju ruang kesehatan.
Saat sampai, tubuhku di dudukan di kasur yang tersedia. Belum lama aku duduk, Seungcheol sudah pergi meninggalkanku dalam keheningan.
"Tunggu di sini dulu ya, Jeonghan-ah. Aku akan mengambil obat pereda nyeri." Katanya yang sudah hilang di balik tembok ruang kesehatan.
Ku dengar langkah kaki yang mendekat, aku sempat takut karena mengira langkah tersebut milik orang jahat. Namun, ketakutanku sirna saat tubuh namja yang menolongku tadi terlihat.
Sebuah kotak putih berukuran sedang yang kuyakini kotak obat itu, diletakkan Seungcheol di nakas samping kasur.
"Apa masih sakit, Jeonghan-ah?" tatapan mata Seungcheol yang sarat kekhawatiran membuatku terpesona.
"Jeonghan-ah !" panggil Seungcheol yang tak segera mendapat jawaban dariku.
"Aisshh,, kenapa aku harus melamun di saat yang tidak tepat ini? Yoon Jeonghan bodoh." Runtukku dalam hati.
"Oh? Rasa nyeri-nya sudah mulai berkurang. Gamsahamnida Seungcheol-ssi." Aku menundukkan kepala tanda hormat sekaligus terima kasih kepadanya.
"Tak apa. Kau harus bersyukur karena ini hanya terkilir biasa. Dan aku tak ingin di tuntut Eomma-mu, jika terjadi sesuatu yang lebih fatal."
Deg !!
Tatapan matanya yang kali ini membuatku tak berkutik. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat tatapan itu semakin lama, semakin meneduhkan.
"Kalau sudah baikan, kita langsung ke studio ya." Suara Seungcheol kembali membuyarkan kediamanku.
"Kau memang ceroboh, Yoon Jeonghan. Kau membuat seorang Seungcheol repot-repot mengurusimu yang bukan siapa-siapanya." Runtukku lagi.
-> Jeonghan pov off
<------------> ^ <------------>
Sekitar kurang lebih setengah jam berada di ruang kesehatan, Jeonghan merasa kakinya sudah lumayan membaik dan meminta Seungcheol untuk segera mengerjakan jadwal nya. Yaitu pemotretan salah satu iklan brand ternama di studio perusahaan.
Sesampai di studio, hiruk pikuk semua orang menjadi tontonan pertama yang tertangkap. Suara yang saling sahut menyahut, alat-alat perlengkapan yang di angkut sana-sini, dan masih banyak lagi.
"Junhui-ya, ada kesalahan di bagian ini. Jadi kita harus mengulanginya." Sebuah seruan dari sang sutradara menggema di ruangan shooting itu. Membuat beberapa staff menatap takut padanya.
"Ini menyebalkan." Umpat Junhui.
"Yak !! Neo? Cepat ambil minumku !" perintah Junhui pada managernya dengan nada marah.
"Dia tipe orang yang tak puas diri. Dia selalu ingin menjadi yang nomor satu." Kata seorang staff.
"Iya. Dia juga selalu marah, karena akhir-akhir ini banyak yang menyukai S.Coups daripada dirinya." sahut staff lain.
"Tawaran shooting yang ia dapat juga berkurang. Sepertinya Sajang-nim lebih memilih S.Coups ketimbang namja tampan tak tahu terima kasih itu. Wajah memang tampan, tapi hati tidak." Lanjut yang lain.
Mendengar namanya menjadi bahan gosip, membuat emosi Junhui menjadi tak stabil. Tak ingin tinggal diam, Junhui pun menimpali gosip yang dibuat staff-staff agensinya.
"Yak !! Diam kalian. S.Coups... S.Coups.. S.Coups.. kenapa semua meributkan S.Coups? Apa hebatnya dia? Menyebalkan !" Dentuman keras terdengar akibat botol minuman yang dilempar Junhui.
"Semuanya !! Shooting kita hentikan sampai di sini. Kita tidak akan mendapatkan gambar yang bagus, jika aktornya seperti ini. Jadi kita hentikan saja." Perintah sutradara guna membubarkan keributan yang terjadi.
Mendengar perintah sutradara, semua staff merasa senang, kecuali sang aktor yang sempat menjadi bahan gosip tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASSISTANT (JEONGCHEOL)
RandomYoon Jeonghan, namja yang harus menggantikan Eomma nya yang sakit untuk bekerja sebagai manajer seorang actor muda berbakat Choi Seungcheol/S.Coups. Apakah yang terjadi di antara mereka?