•Room 614•
____
"Pasti Chanyeol," ucap Sehun sebelum menyeruput buble tea untuk kesekian kalinya.
"Nggak. Baekhyun duluan," sanggah Kai yang sedang makan nasi goreng.
Pagi masih seperti biasanya di mana para siswa sekolah sihir Chromosome sarapan di kantin. Kai dan Sehun duduk bersebelahan, menatap pemandangan membosankan di depan mereka.
Seorang cowok tinggi bernama Park Chanyeol sedang melompat zig zag mirip ninja Hatori sedang mendaki gunung lewati lembah. Menghindari sorot cahaya yang menciptakan ledakan di sana sini. Salah dia sendiri, pagi-pagi begini sudah bikin Baekhyun darah tinggi. Gara-gara dia latihan sihir di kamar, nggak sengaja bola api sihirnya terlempar ke arah Baekhyun dan bikin poni Baekhyun kebakar separuhnya.
Cowok yang seringnya dipanggil Lynx Boy karena saking garangnya itu pun murka, ngejar-ngejar Chanyeol dengan serangan sihirnya sampai Chanyeol kuwalahan.
"Balikin poni gue, bangsat!" Baekhyun berteriak sambil melempar bom cahaya dan sukses membuat meja kantin terbang. Sehun langsung menunduk, sementara Kai nggak sempat. Jadilah dahinya benjol.
"Akh! Sial!" pekiknya. Sehun tersedak karena tertawa.
"Salah lo sendiri tiba-tiba keluar kamar mandi! Bukan urusan gue, ya, nenek lampir." Chanyeol ngos-ngosan, ingin istirahat sebentar tapi serangan Baekhyun terus menerus datang.
"Apa lo bilang? Dasar penyihir nggak kompeten. Lempar bola api aja nggak becus!" Baekhyun kembali melempar bom cahaya.
Siswa-siswi lain mulai resah, satu persatu pergi meninggalkan kantin. Kecuali Sehun dan Kai yang sedang serius menonton pertandingan antara Chanyeol dan Baekhyun, juga bapak kantin yang sedang sembunyi di bawah meja dapur.
"Nggak usah sombong, lo, pendek!" Kesal, Chanyeol yang sensitif soal kompetensi ilmu sihirnya pun akhirnya mengeluarkan kata terlarang.
Sehun dan Kai membelalak. Keduanya saling pandang sejenak sebelum Kai berkata, "iya, Chanyeol duluan yang mati."
Sehun mengangguk kaku, kemudian keduanya beranjak pergi dalam langkah sembunyi-sembunyi. Karena mereka tahu, kalau Baekhyun sampai melihat mereka, bukan Chanyeol saja yang akan dibuat mati.
Mereka berdua baru saja sampai pintu kantin saat nggak sengaja hampir menabrak seseorang. Baik Kai maupun Sehun mendongak, kaget melihat siapa yang berdiri di depan pintu.
"Pak Zhang," desis Kai.
Sehun menelan ludah. "Anjir kepsek. Bisa mati bareng tuh si pasusu wannabe," batinnya.
Lay Zhang mengibaskan tangannya, memerintah dua murid laknatnya minggir. Lalu berlahan mendekati Baekhyun dan menarik telinga cowok itu.
"Byun Baekhyun..." Suara Lay Zhang rendah.
Sementara Baekhyun memekik kesakitan, Chanyeol justru menertawainya. Namun tawanya seketika terhenti waktu tangan Lay Zhang yang satunya ikut-ikutan menyambar telinga Chanyeol.
"Kamu juga sama aja. Lihat apa yang udah kalian lakukan." Lay Zhang menggerakkan dagu, menunjukkan kepada dua cowok itu betapa indahnya kantin sekolah pagi ini. Saking indahnya, sampai mirip lukisan abstrak.
"Mahakarya yang luar biasa, anak-anak." Pak Zhang tersenyum, namun ada kilatan tegas menyambar iris hitamnya.
"Baekhyun, tuh, Pak. Sembarangan gunain sihir. Saya enggak loh, Pak. Beneran." Chanyeol bersuer ria menggunakan jari-jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 614 - BL
FanfictionChanyeol dan Baekhyun adalah dua murid sekolah sihir yang saling membenci. Lalu, bagaimana jika dua orang ini harus berbagi kamar selama satu semester? Akankah perdamaian mampu mempersatukan keduanya? Atau justru akan membuat mereka semakin membenci...