Keenam

1.2K 226 18
                                    

☁️☁️☁️

     Ada yang mengatakan kalau saudara kembar itu sama. Tidak hanya fisik, sifat, tapi bahkan sampai kesukaan atau hal-hal kecil. Pernah terpikir apakah kesukaanmu dengan saudaramu itu sama?

Oh, pernah terbayang?

Jadi? Sama atau tidak?


.
.
.

Ya tentu saja tidak.

Kamu dan Shinsuke itu layaknya spons pencuci piring. Kalau bagian halus berwarna kuning adalah Shinsuke, maka yang kasar berwarna hijau adalah kamu. Teman-teman di sekolahmu saja bahkan tidak mempercayai kalau kamu dan Shinsuke adalah saudara kembar satu rahim. Jadi terbayang kan bagaimana Shinsuke mengalah memberikan ruang lebih saat di rahim? Demi dirimu yang tidak bisa diam seperti cacing.

"Eh? Lah iya masa sih? Kalian saudara kembar?"

"DEMI ALEK?! KITA SHINSUKE YANG ALIM DAN BERBUDIMAN PUNYA KEMBARAN?!"

"Alah, elunya jangan ngaku-ngaku deh. Derajat lu gak lebih tinggi dari babu istana. Bahkan lebih rendah sih."

"Gak mungkin banget sih. Kita itu kan pinter, rajin, tampan lagi! Lah kamu? Remahan roti."

Begitulah reaksi teman-temanmu ketika dirimu menjelaskan hubunganmu dengan Shinsuke. Miris, ya?

"Kayaknya aku memang anak buangan deh ..." gerutumu tanpa sadar. "Kenapa sih gak beruntung banget aku ..."

"Heh, mulutnya. Gak boleh ngomong gitu. Mikirin teman-temanmu lagi soal kita berdua, ya?"

Rupanya Shinsuke menyadari kegelisahanmu saat itu. Ia yang sedang asik membaca buku 'tata cara menjadi petani yang baik dan benar' langsung menghentikan kegiatan membacanya saat mendengarmu menggerutu. Ia menutup bukunya, beralih duduk disamping ranjangmu—bersebelahan denganmu.

"Tau begini lebih baik jadi anak tunggal aja, gak mau kembaran sama kamu." ekspresi sedih tergambar jelas diwajahmu.

Shinsuke meletakkan tangannya diatas kepalamu. Tangannya bergerak pelan diatas sana, mengelus lembut kepalamu. Lalu, ia tersenyum. "Kalau kamu jadi anak tunggal, siapa yang mau nemanin kamu kayak sekarang ini? Siapa yang mau nurutin keinginanmu kalau lagi pengen sesuatu? Siapa yang meluk kamu kalau lagi butuh pelukan?"

"Eng ... Enggak ada, sih."

"Terus kenapa mikir begitu?"

"Kamu sama aku itu bedanya jauh banget. Kamu mirip pangeran berkuda putih impian cewek-cewek, lah aku mirip troll penjaga jembatan di kartun dora."

(Sc : google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sc : google)

Shinsuke sedikit tertawa mendengar ocehanmu yang terdengar seperti lawakan ketimbang curhatan. Mengingat kalau dirimu sedang butuh support dari Shinsuke, ia cepat-cepat meredam tawa itu. Shinsuke memegang kedua pipimu, ia menatapmu lembut. "Kamu itu cantik, baik, pengertian."

"Masa? Darimana kamu bisa lihat aku begitu? Lobang sedotan sekuades?"

"Gak, ini beneran. Kalau orang lain menganggapmu sebagai benalu yang menggangguku, maka lain halnya untukku." kamu melepaskan tangan Shinsuke dari kedua pipimu. "Cuma aku yang bisa ngerasain kalau kamu itu baik juga pengertian. Abaikan perkataan orang-orang, tapi tolong jangan abaikan kata-kataku ini."

Tuh kan, kamu mulai luluh. Kita memang paling pintar membuat suasana hatimu kembali menghangat. Ah, kalau sudah seperti ini rasanya jadi beneran ingin menjadi orang lain saja, bukan saudara kembarnya. Bisa-bisa kamu dibuat mati kejang-kejang karena ucapan manisnya.

Kita's TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang