03

5.6K 549 8
                                    

22.40

"Sudah malam. Sisanya biar kukerjakan. Kau bisa pulang." kata Jaemin dengan tangannya yang masih sibuk menulis.

"Tapi ini masih banyak," balas Jeno sambil meletakkan kepalanya di atas meja, lalu menguap lebar.

Jaemin memutar bola matanya malas. "Sudahlah. Tidak ada bedanya aku punya kelompok atau tidak. Kau dari tadi hanya mengerjakan dua nomor, sedangkan soalnya ada lima puluh." ucap Jaemin lagi yang hanya dibalas cengiran lebar oleh Jeno sampai matanya berbentuk garis.

Tugas kelompok yang menghabiskan kertas berlembar-lembar dan hanya diberikan waktu satu hari untuk mengerjakan. Tapi menurut Jaemin ini tidak terlalu buruk, karena teman sekelompoknya adalah Jeno.

Mungkin jika teman sekelompoknya adalah orang seperti Jeno tapi bukan Jeno(?) Jaemin akan memilih mengerjakan sendiri saja, karena meskipun punya teman kelompok ia tetap bisa menyelesaikannya sendiri.

"Pulanglah lalu tidur." ulang Jaemin lagi tanpa mengalihkan pandangan dari buku.

"Tidak. Aku akan membantumu sampai selesai. Bagaimana kalau kau membuat kopi?" Jeno mengangkat kepalanya dan menegakkan duduknya.

Jaemin mendengus. Tapi setelahnya tersenyum dan berdiri menuju dapur.

Beberapa saat kemudian saat ia kembali membawa segelas kopi, dahinya mengernyit mendapati pemandangan di depannya. Jeno yang menyuruhnya membuat kopi malah tertidur dengan kepala diletakkan di atas meja.

Jaemin mendekat dan duduk di tempatnya semula. Ia memandang segelas kopi di tangannya dan Jeno yang tertidur secara bergantian.

"Baiklah aku minum saja." Jaemin mengangkat bahu lalu meniup kopi di tangannya dan meneguknya sedikit. Setelahnya ia melanjutkan kegiatannya.



Hampir selesai, hanya kurang lima nomor.

Jaemin menguap lebar, meregangkan tubuhnya lalu berbaring di sofa. Ia akan melanjutkan sisanya besok pagi.
Omong-omong mereka sedari tadi berada di ruang tamu.

Jeno? Dia sama sekali tidak bergerak. Jaemin memiringkan tubuhnya untuk melihat Jeno. Ia memandang lekat wajah sahabatnya yang sedang tertidur di karpet dengan kepala di atas meja dan berbantalkan tangan itu, begitu damai. Seulas senyum tulus tapi tersirat pilu terukir di bibir tipis Jaemin.

"Entah kapan dan bagaimana semua ini akan berakhir." ucap Jaemin dalam hati, lalu membalikkan badan dan memejamkan mata.

-TBC-

03/05/2021

SAHABAT || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang