Sound : Andai aku bisa - Cakra Khan (cover)
Mengenang hari di mana kala itu, Aya seorang gadis sang pemimpi. Gian, saat itu Aya tak pernah sadar bahwa kamu satu di antara manusia baik yang pernah dia temui. Hari itu Aya tengah sibuk dengan tugas-tugas sekolah kalian. Kamu tidak pernah mengetahuinya Gian! Aya hanya gadis biasa yang harus bersusah payah belajar hingga begadang setiap malam hanya untuk menghasilkan nilai bagus, tidak seperti kamu. Yang sudah terlahir dengan otak yang pintar.
Kadang ia juga tengah sibuk mempersiapkan diri untuk lomba ekstrakurikuler yang ia ikuti, Palang Merah Remaja. Sedangkan kamu mengikuti Paskibra. Kalau saja saat itu Aya menyadari perasaannya, mungkin akan berbeda keadaannya.
Siang itu sedikit Sendu, entah mungkin saja sedetik lagi langit akan menangis. Aya berlari kecil di lorong melewati kelas. Sesekali ia lihat jam di tangannya. Hari itu ia selesai latihan untuk mengikuti lomba ekstrakurikuler, siswa-siswi yang lain pun masih tengah latihan di lapangan karena memang kala itu akan diadakannya lomba dari berbagai ekstrakurikuler.
“Maaf Bu telat, ini surat ijinnya” ujar Aya di depan pintu kelas.
Kamu ingat Gian? Hari itu bukankah guru fisika kalian, bu Tina. Tengah mengadakan ulangan harian fisika. Hari ini giliran kelasnya Aya untuk ulangan fisika.
“Oh iya, kamu langsung duduk aja dulu, surat ijinnya nanti aja diserahkan ke saya” perintah bu Tina.
Dengan segera Aya duduk di kursinya yang di atas mejanya sudah tersedia kertas ulangan. Ia kerjakan dengan begitu percaya diri, karena semalaman suntuk Aya belajar hanya untuk ulangan fisika.
Di tengah ulangan berlangsung ia lihat ke arah luar pintu kelas yang terbuka. Ada barisan siswa dari ekstrakurikuler paskibra yang sedang berlatih. Suara aba-aba dari barisan siswa itu membuatnya hilang fokus. Tapi justru ada sebuah senyum tipis yang terlukis di wajah Aya, ia melihat kamu sedang berada di antara barisan itu, Gian.
Tak lama selepas ulangan fisika bu Tina membagikan hasil ulangan. Ternyata hasilnya tak berbeda dari sebelumnya, 65. Padahal hari itu Aya sudah sangat percaya diri akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi, setidaknya 75.
“Susah banget jadi pinter” keluh Aya.
***
Gian, kamu tahu hari-hari yang dilewati Aya tidak mudah. Gadis itu harus melewati beberapa masalah pelik dalam hidupnya. Ia dituntut menjadi dewasa. Baginya kala itu menjadi anak kedua adalah sebuah posisi yang semesta pilih untuknya agar ia belajar menjadi manusia yang lebih kuat. Terlebih ia juga merupakan anak perempuan pertama di keluarganya.
Aya harus bertahan menghadapi masalah tugas-tugas yang begitu banyak atau perihal masalah hatinya kini yang sedang bimbang.
Tenang Gian, Aya tidak sendiri. Semesta baik, banyak menghadirkan manusia-manusia baik di sampingnya.
Mungkin karena kala itu Aya begitu aktif mengikuti ekstrakurikuler membuatnya mempunyai banyak teman.
“ Ay, gue suka ama kak pasha “ Ujar dedew.
Aya hanya diam saja sembari membolak-balikkan halaman buku bahasa Inggris, karena kalau tidak salah hari itu akan di adakan ulangan bahasa Inggris.
“yaudah bilang lah ama orang nya” ujar Aya.
“Tapi gue malu Ay” kata dedew sembari menopang dagu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Gian
RomanceGian, patah hati ku sudah mulai reda. Hanya tinggal sisa kepingan...